Memang tidak terlalu salah kalau Lili mempersamakan penunggang kuda itu dengan tokoh dalam dongeng kakeknya, karena orang-orang ini memang bukan orang Han, dan muka mereka mempunyai potongan yang sama pula dengan Yousuf. Dan kalau Lili mengenal siapa adanya Si Brewok itu dan tahu apa maksud kedatangannya di kota Shaning, tentu anak ini takkan berdiri setenang dan sesenang itu menghadapi ketiga orang penunggang kuda ini!
Melihat seorang anak perempuan yang cantik jelita berdiri di tengah jalan sambil memandang dengan mata terbelatak, Si Brewok menahan kudanya, diturut oleh kedua orang pengikutnya.
“Hei, Nona kecil! Tahukah kau di mana rumahnya bangsat tua Yousuf?” suaranya parau dan kata-katanya ini diucapkan dalam bahasa Han yang amat kasar dan kaku, akan tetapi yang amat menyakitkan hati Lili adalah sebutan “bangsat tua” kepada kakeknya itu!
Lili telah tahu pula bahwa kong-kongnya mempunyai nama yang aneh, dan pernah kakeknya itu menceritakan bahwa ia datang dari negeri barat yang amat jauh dan di sana ia disebut orang “Yousuf”. Akan tetapi Lili sendiri selalu menyebutnya “Yo-kong-kong”. Ia dapat menduga bahwa orang berkuda ini tentu mencari kong-kongnya, akan tetapi ia sengaja menjawab dengan mulut mentertawakan orang itu.
“Tidak ada bangsat-bangsat disini, biar tua maupun muda. Apakah kau yang bernama Aladin?” Lili menyebutkan nama tokoh dongeng yang diceritakan oleb kakeknya itu.
Si Brewok itu memandang heran mendengar pertanyaan ini.
“Eh, apa maksudmu?” tanyanya sambil menahan kendali kudanya yang telah tidak sabar dan kaki depannya menggaruk-garuk tanah.
Lili tidak menjawab, hanya tersenyum mengejek, lalu ia pun membuat gerakan melompat-lompat seperti kuda dan terdengar pula nyanyiannya.
“Plak! Plok! Plak Plok!
Si Tolol naik kuda,
Kudanya putih tua,
Jalannya seperti onta!”
Ia sengaja mengganti kata-kata “kudanya sudah tua” menjadi “kudanya putih tua” karena kuda yang ditunggangi oleh Si Brewok itu memang berbulu putih.
Mendengar nyanyian ini, Si Brewok dan kedua orang kawannya nampak terkejut dan heran. Nyanyian dongeng Turki, bagaimana anak bangsa Han ini dapat menyanyikannya?
“Bocah kurang ajar, siapakah yang mengajarmu bernyanyi seperti itu?” Si Brewok membentak sambil memandang tajam.
Lili masih tersenyum-senyum lucu dan karena mengira bahwa ketiga orang itu mengagumi nyanyiannya seperti orang-orang lain, ia menjawab bangga,
“Di kota ini, siapa lagi kalau bukan Yo-kong-kong yang dapat mengajar nyanyian bagus-bagus? Kalau kau mencari orang, lebih baik kau bertanya kepada kakekku Yo Se Fu, akan tetapi jangan berlaku kurang ajar kepadanya!”
Berubahlah wajah Si Brewok itu ketika ia bertanya,
“Jadi Yo Se Fu adalah kakekmu? Apakah kau anak dari Sie Cin Hai?”
“Dia memang ayahku! Siapa yang tidak tahu hal ini?” kata pula Lili dengan bangga karena memang ia tahu bahwa ayahnya dipuji-puji dan disegani orang.
Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika ia melihat betapa Si Brewok itu ketika mendengar bahwa ia adalah cucu Yo Se Fu dan anak Sie Cin Hai, lalu mukanya berubah beringas dan sambil mencabut gotok tajam yang tergantung di pinggang, membentak,
“Bagus! Kalau begitu, kau pun harus mampus mendahului Yousuf!”
Setelah membentak demikian, Si Brewok itu lalu majukan kudanya dan menggunakan goloknya membacok ke arah Lili yang masih berdiri di atas jalan batu, di sebelah kanan kudanya itu!
Bacokan itu cepat dan kuat sekali sehingga yang nampak hanya berkelebatnya sinar putih dari goloknya yang tajam berkilau diikuti sinar merah dari ronce-ronce goloknya. Bagaikan kilat menyambar, golok ini menyambar ke arah leher Lili yang masih berdiri tak bergerak. Agaknya dengan sekali bacok saja, akan putuslah leher anak itu!
Melihat seorang anak perempuan yang cantik jelita berdiri di tengah jalan sambil memandang dengan mata terbelatak, Si Brewok menahan kudanya, diturut oleh kedua orang pengikutnya.
“Hei, Nona kecil! Tahukah kau di mana rumahnya bangsat tua Yousuf?” suaranya parau dan kata-katanya ini diucapkan dalam bahasa Han yang amat kasar dan kaku, akan tetapi yang amat menyakitkan hati Lili adalah sebutan “bangsat tua” kepada kakeknya itu!
Lili telah tahu pula bahwa kong-kongnya mempunyai nama yang aneh, dan pernah kakeknya itu menceritakan bahwa ia datang dari negeri barat yang amat jauh dan di sana ia disebut orang “Yousuf”. Akan tetapi Lili sendiri selalu menyebutnya “Yo-kong-kong”. Ia dapat menduga bahwa orang berkuda ini tentu mencari kong-kongnya, akan tetapi ia sengaja menjawab dengan mulut mentertawakan orang itu.
“Tidak ada bangsat-bangsat disini, biar tua maupun muda. Apakah kau yang bernama Aladin?” Lili menyebutkan nama tokoh dongeng yang diceritakan oleb kakeknya itu.
Si Brewok itu memandang heran mendengar pertanyaan ini.
“Eh, apa maksudmu?” tanyanya sambil menahan kendali kudanya yang telah tidak sabar dan kaki depannya menggaruk-garuk tanah.
Lili tidak menjawab, hanya tersenyum mengejek, lalu ia pun membuat gerakan melompat-lompat seperti kuda dan terdengar pula nyanyiannya.
“Plak! Plok! Plak Plok!
Si Tolol naik kuda,
Kudanya putih tua,
Jalannya seperti onta!”
Ia sengaja mengganti kata-kata “kudanya sudah tua” menjadi “kudanya putih tua” karena kuda yang ditunggangi oleh Si Brewok itu memang berbulu putih.
Mendengar nyanyian ini, Si Brewok dan kedua orang kawannya nampak terkejut dan heran. Nyanyian dongeng Turki, bagaimana anak bangsa Han ini dapat menyanyikannya?
“Bocah kurang ajar, siapakah yang mengajarmu bernyanyi seperti itu?” Si Brewok membentak sambil memandang tajam.
Lili masih tersenyum-senyum lucu dan karena mengira bahwa ketiga orang itu mengagumi nyanyiannya seperti orang-orang lain, ia menjawab bangga,
“Di kota ini, siapa lagi kalau bukan Yo-kong-kong yang dapat mengajar nyanyian bagus-bagus? Kalau kau mencari orang, lebih baik kau bertanya kepada kakekku Yo Se Fu, akan tetapi jangan berlaku kurang ajar kepadanya!”
Berubahlah wajah Si Brewok itu ketika ia bertanya,
“Jadi Yo Se Fu adalah kakekmu? Apakah kau anak dari Sie Cin Hai?”
“Dia memang ayahku! Siapa yang tidak tahu hal ini?” kata pula Lili dengan bangga karena memang ia tahu bahwa ayahnya dipuji-puji dan disegani orang.
Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika ia melihat betapa Si Brewok itu ketika mendengar bahwa ia adalah cucu Yo Se Fu dan anak Sie Cin Hai, lalu mukanya berubah beringas dan sambil mencabut gotok tajam yang tergantung di pinggang, membentak,
“Bagus! Kalau begitu, kau pun harus mampus mendahului Yousuf!”
Setelah membentak demikian, Si Brewok itu lalu majukan kudanya dan menggunakan goloknya membacok ke arah Lili yang masih berdiri di atas jalan batu, di sebelah kanan kudanya itu!
Bacokan itu cepat dan kuat sekali sehingga yang nampak hanya berkelebatnya sinar putih dari goloknya yang tajam berkilau diikuti sinar merah dari ronce-ronce goloknya. Bagaikan kilat menyambar, golok ini menyambar ke arah leher Lili yang masih berdiri tak bergerak. Agaknya dengan sekali bacok saja, akan putuslah leher anak itu!
Akan tetapi, biarpun usianya baru delapan tahun, Lili adalah anak dari Pendekar Bodoh, seorang pendekar gagah perkasa yang berkepandaian tinggi, dan semenjak kecil Lili telah mendapat gemblengan ilmu silat dari ayah dan ibunya, bahkan mendapat banyak petunjuk dari Yousuf, maka biarpun ia belum memiliki ilmu silat tinggi, namun ia telah memiliki dasar-dasarnya dan telah pula memiliki gerakan otomatis dan gaya reflek, yakni pergerakan yang timbul dengan sendirinya dalam keadaan bahaya gerakan yang dikendalikan oleh perasaan dan urat syarafnya apabila melihat atau mendengar sesuatu yang mungkin mendatangkan bahaya atau serangan pada dirinya, sebagaimana dimiliki oleh semua jago silat yang telah tinggi kepandaiannya.
Maka, ketika Lili melihat berkelebatnya sinar golok ke arah lehernya dan mendengar bunyi angin sambaran senjata itu, otomatis ia lalu membuang tubuh bagian atas ke kiri sehingga golok itu menyambar lewat di atas punggungnya. Demikian cepat dan kerasnya sambaran golok itu sehingga Lili merasa betapa leher dan punggungnya menjadi dingin!
Ketiga orang itu melongo ketika melihat betapa anak perempuan itu dengan gerakan yang indah dapat mengelakkan diri dari serangan tadi, padahal Si Brewok itu biasanya kalau sudah turun tangan, jarang sekali dapat gagal biarpun yang diserang memiliki kepandaian silat. Apalagi hanya seorang anak-anak!
Merasa bahwa dirinya berada dalam bahaya maut, Lili mempergunakan saat ketiga orang itu masih terheran-heran, lalu melompat cepat ke pinggir sebuah rumah dan rnelarikan diri. Ia mendengar suara kaki orang turun dari kuda dan mengejarnya. Cepat bagaikan seekor tikus yang dikejar oleh kucing, Lili menyelinap masuk ke dalam sebuah pintu rumah yang terbuka dan bersembunyi di balik pintu. Ia sama sekali tidak merasa ketakutan, akan tetapi tidak berani pula mengeluarkan suara, hanya berdiri diam sambil mengepal kedua tinjunya yang kecil!
Para pengejarnya berlari cepat melewati pintu rumah itu dan tak lama kemudian mereka datang kembali dengan langkah perlahan. Ketika tiba di depan pintu rumah itu, Si Brewok melangkah masuk, akan tetapi hanya menjenguk ke dalam saja. Melihat di dalam rumah tidak ada orang, ia lalu keluar lagi dan berkata kepada kawan-kawannya.
“Setan cilik itu telah pergi, biarlah kita mencari Yousuf lebih dulu. Mudah untuk mencarinya kemudian!”
Orang-orang itu pergi lagi dan Lili yang bersembunyi di balik daun pintu tersenyum girang, lalu keluar dan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah kawan-kawannya. Anak kecil ini tidak begitu mempedulikan ucapan orang-orang tadi dan tidak tahu akan adanya bahaya yang mengancam kakeknya, karena biarpun ia dapat menduga bahwa mereka tidak mempunyai maksud baik terhadap kakeknya, namun ia percaya penuh bahwa kakeknya yang amat pandai itu akan dapat mengusir mereka.
Siapakah sebetulnya tiga orang tadi? Dan mengapa ia mencari Yousuf dan tiba-tiba menyerang Lili anak kecil itu ketika mendengar bahwa Lili adalah cucu perempuan Yousuf dan anak Sie Cin Hai? Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, marilah kita meninjau secara singkat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dua belas tahun yang lampau.
Maka, ketika Lili melihat berkelebatnya sinar golok ke arah lehernya dan mendengar bunyi angin sambaran senjata itu, otomatis ia lalu membuang tubuh bagian atas ke kiri sehingga golok itu menyambar lewat di atas punggungnya. Demikian cepat dan kerasnya sambaran golok itu sehingga Lili merasa betapa leher dan punggungnya menjadi dingin!
Ketiga orang itu melongo ketika melihat betapa anak perempuan itu dengan gerakan yang indah dapat mengelakkan diri dari serangan tadi, padahal Si Brewok itu biasanya kalau sudah turun tangan, jarang sekali dapat gagal biarpun yang diserang memiliki kepandaian silat. Apalagi hanya seorang anak-anak!
Merasa bahwa dirinya berada dalam bahaya maut, Lili mempergunakan saat ketiga orang itu masih terheran-heran, lalu melompat cepat ke pinggir sebuah rumah dan rnelarikan diri. Ia mendengar suara kaki orang turun dari kuda dan mengejarnya. Cepat bagaikan seekor tikus yang dikejar oleh kucing, Lili menyelinap masuk ke dalam sebuah pintu rumah yang terbuka dan bersembunyi di balik pintu. Ia sama sekali tidak merasa ketakutan, akan tetapi tidak berani pula mengeluarkan suara, hanya berdiri diam sambil mengepal kedua tinjunya yang kecil!
Para pengejarnya berlari cepat melewati pintu rumah itu dan tak lama kemudian mereka datang kembali dengan langkah perlahan. Ketika tiba di depan pintu rumah itu, Si Brewok melangkah masuk, akan tetapi hanya menjenguk ke dalam saja. Melihat di dalam rumah tidak ada orang, ia lalu keluar lagi dan berkata kepada kawan-kawannya.
“Setan cilik itu telah pergi, biarlah kita mencari Yousuf lebih dulu. Mudah untuk mencarinya kemudian!”
Orang-orang itu pergi lagi dan Lili yang bersembunyi di balik daun pintu tersenyum girang, lalu keluar dan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah kawan-kawannya. Anak kecil ini tidak begitu mempedulikan ucapan orang-orang tadi dan tidak tahu akan adanya bahaya yang mengancam kakeknya, karena biarpun ia dapat menduga bahwa mereka tidak mempunyai maksud baik terhadap kakeknya, namun ia percaya penuh bahwa kakeknya yang amat pandai itu akan dapat mengusir mereka.
Siapakah sebetulnya tiga orang tadi? Dan mengapa ia mencari Yousuf dan tiba-tiba menyerang Lili anak kecil itu ketika mendengar bahwa Lili adalah cucu perempuan Yousuf dan anak Sie Cin Hai? Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, marilah kita meninjau secara singkat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dua belas tahun yang lampau.
**** 002 ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar