Kwee An juga memberi hormat dengan menjura kepada susiok dari isterinya itu.
“Dengarlah, Kwee An dan kau juga, eh, siapa pula namamu?” tanya kakek itu kepada Ma Hoa.
“Teecu bernama Ma Hoa.”
“Hemm, bagus, dengarlah. Kalau kalian memang sayang kepada anakmu yang berbakat baik itu biarlah dia kalian serahkan kepada kami untuk dididik selama empat atau lima tahun. Kami akan membawanya ke Bukit Long-ki-san yang tak berapa jauh letaknya dari sini. Kawanku ini, Sin Kong Tianglo, adalah seorang tokoh besar dari Go-bi-san dan kepandaiannya tak boleh disebut lebih rendah daripada kepandaianku, sungguhpun tak mudah baginya untuk mengalahkan aku. Kalau kalian rela melepas anakmu, maka itu berarti bahwa nasib anakmu memang baik. Akan tetapi, kalau kalian tidak membolehkannya, setelah kini aku mengetahui bahwa kau adalah murid Suhengku, tentu saja aku takkan memaksa.”
Sebenarnya Ma Hoa merasa berat sekali harus berpisah dari puterinya, akan tetapi karena ia maklum bahwa apabila puterinya menjadi murid kedua orang tua itu kelak akan menjadi seorang yang tinggi kepandaiannya, ia menjadi ragu-ragu untuk menolaknya. Ia memandang kepada suaminya dengan mata mengandung penyerahan.
“Ji-wi Locianpwe,” kata Kwee An dengan hormat, “teecu berdua tentu saja merasa amat berbahagia apabila anak teecu menerima pelajaran dari Ji-wi. Akan tetapi oleh karena teecu hanya mempunyai seorang anak maka perkenankanlah teecu berdua sewaktu-waktu datang menengok anak kami itu.”
“Boleh, boleh…” kata Im-yang Giok-cu sambil tertawa, “tentu saja hal itu tidak ada halangannya.”
“Goat Lan, kau tentu suka menjadi murid kedua Locianpwe ini, bukan?” tanya Ma Hoa kepada anaknya. “Mereka jauh lebih tinggi kepandaiannya daripada ayah bundamu sendiri, dan ketahuilah bahwa Locianpwe ini adalah Susiok-kongmu sendiri.”
Semenjak tadi, Goat Lan telah mendengarkan percakapan orang-orang tua dengan amat teliti, maka sebagai seorang anak yang cerdik sekali ia maklum bahwa tidak ada guru-guru yang lebih sempurna baginya daripada kedua kakek yang aneh dan yang bodoh kepandaian caturnya itu. Ia lalu menjatuhkan diri berlutut dan berkata,
“Teecu merasa suka sekali menjadi murid Ji-wi Suhu (Guru Berdua).”
Im-yang Giok-cu dan Sin Kong Tianglo saling pandang dan tertawa bergelak dengan hati puas, akan tetapi Goat Lan lalu berdiri dan memeluk ibunya.
“Ibu, kalau kau lama sekali tidak datang mengunjungi tempatku, aku akan minggat dari tempat tinggal Suhu dan pulang sendiri!”
Semua orang tertawa mendengar ucapan yang nakal ini.
“Jangan khawatir, Goat Lan. Kami juga tidak akan merasa senang kalau terlalu lama tidak bertemu dengan kau,” kata Kwee An.
Kedua orang kakek itu lalu mengajak Goat Lan pergi dari situ, tidak mau ditahan-tahan lagi. Karena maklum bahwa mereka adalah orang-orang berwatak aneh, maka Kwee An dan Ma Hoa juga tidak berani memaksa dan menahannya. Setelah memeluk ayah ibunya dengan mesra, dan mendengar bisikan ibunya,
“Goat Lan, jangan menangis dan jangan nakal!”
Goat Lan lalu dituntun oleh kedua suhunya di kanan kiri dan sekali kedua kakek itu berkelebat, maka anak perempuan itu telah dibawa lompat dan lenyap dari situ!
Kwee An-dan Ma Hoa saling pandang. Terharulah hati Kwee An melihat betapa kedua mata isterinya yang tercinta itu menjadi basah, maka ia lalu mengajak isterinya pulang dan menghiburnya.
“Dengarlah, Kwee An dan kau juga, eh, siapa pula namamu?” tanya kakek itu kepada Ma Hoa.
“Teecu bernama Ma Hoa.”
“Hemm, bagus, dengarlah. Kalau kalian memang sayang kepada anakmu yang berbakat baik itu biarlah dia kalian serahkan kepada kami untuk dididik selama empat atau lima tahun. Kami akan membawanya ke Bukit Long-ki-san yang tak berapa jauh letaknya dari sini. Kawanku ini, Sin Kong Tianglo, adalah seorang tokoh besar dari Go-bi-san dan kepandaiannya tak boleh disebut lebih rendah daripada kepandaianku, sungguhpun tak mudah baginya untuk mengalahkan aku. Kalau kalian rela melepas anakmu, maka itu berarti bahwa nasib anakmu memang baik. Akan tetapi, kalau kalian tidak membolehkannya, setelah kini aku mengetahui bahwa kau adalah murid Suhengku, tentu saja aku takkan memaksa.”
Sebenarnya Ma Hoa merasa berat sekali harus berpisah dari puterinya, akan tetapi karena ia maklum bahwa apabila puterinya menjadi murid kedua orang tua itu kelak akan menjadi seorang yang tinggi kepandaiannya, ia menjadi ragu-ragu untuk menolaknya. Ia memandang kepada suaminya dengan mata mengandung penyerahan.
“Ji-wi Locianpwe,” kata Kwee An dengan hormat, “teecu berdua tentu saja merasa amat berbahagia apabila anak teecu menerima pelajaran dari Ji-wi. Akan tetapi oleh karena teecu hanya mempunyai seorang anak maka perkenankanlah teecu berdua sewaktu-waktu datang menengok anak kami itu.”
“Boleh, boleh…” kata Im-yang Giok-cu sambil tertawa, “tentu saja hal itu tidak ada halangannya.”
“Goat Lan, kau tentu suka menjadi murid kedua Locianpwe ini, bukan?” tanya Ma Hoa kepada anaknya. “Mereka jauh lebih tinggi kepandaiannya daripada ayah bundamu sendiri, dan ketahuilah bahwa Locianpwe ini adalah Susiok-kongmu sendiri.”
Semenjak tadi, Goat Lan telah mendengarkan percakapan orang-orang tua dengan amat teliti, maka sebagai seorang anak yang cerdik sekali ia maklum bahwa tidak ada guru-guru yang lebih sempurna baginya daripada kedua kakek yang aneh dan yang bodoh kepandaian caturnya itu. Ia lalu menjatuhkan diri berlutut dan berkata,
“Teecu merasa suka sekali menjadi murid Ji-wi Suhu (Guru Berdua).”
Im-yang Giok-cu dan Sin Kong Tianglo saling pandang dan tertawa bergelak dengan hati puas, akan tetapi Goat Lan lalu berdiri dan memeluk ibunya.
“Ibu, kalau kau lama sekali tidak datang mengunjungi tempatku, aku akan minggat dari tempat tinggal Suhu dan pulang sendiri!”
Semua orang tertawa mendengar ucapan yang nakal ini.
“Jangan khawatir, Goat Lan. Kami juga tidak akan merasa senang kalau terlalu lama tidak bertemu dengan kau,” kata Kwee An.
Kedua orang kakek itu lalu mengajak Goat Lan pergi dari situ, tidak mau ditahan-tahan lagi. Karena maklum bahwa mereka adalah orang-orang berwatak aneh, maka Kwee An dan Ma Hoa juga tidak berani memaksa dan menahannya. Setelah memeluk ayah ibunya dengan mesra, dan mendengar bisikan ibunya,
“Goat Lan, jangan menangis dan jangan nakal!”
Goat Lan lalu dituntun oleh kedua suhunya di kanan kiri dan sekali kedua kakek itu berkelebat, maka anak perempuan itu telah dibawa lompat dan lenyap dari situ!
Kwee An-dan Ma Hoa saling pandang. Terharulah hati Kwee An melihat betapa kedua mata isterinya yang tercinta itu menjadi basah, maka ia lalu mengajak isterinya pulang dan menghiburnya.
**** 015 ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar