*

*

Ads

Sabtu, 03 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 078

“Aku pun datang untuk mencoba peruntungan menjadi ketua perkumpulan ini!” tiba-tiba It-ci-sin-kang Cong Tan menyela.

Diam-diam Hong Beng dan Goat Lan saling pandang dengan geli dan heran. Bagaimanakah ada orang-orang yang memperebutkan kedudukan sebagai ketua perkumpulan para pengemis? Apakah enaknya menjadi ketua pengemis?

Adapun kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang ketika mendengar ucapan ini, lalu berdiri merupakan sebuah barisan dan Hek Liong sebagai orang tertua berkata keras,

“Bagus sekali! Kalian semua telah mendengar pilihan para pemimpin cabang bahwa kami berlima masih tetap dikehendaki memimpin Hek-tung Kai-pang. Nah, siapa yang menyatakan tidak setuju boleh maju ke muka!”

Melihat sikap kelima orang yang maju bersama ini, Beng Beng Tojin mengerutkan kening dan berkata lemah,

“Apa…? Kalian berlima maju berbareng?”

Juga It-ci-sin-kang CongTan memperlihatkan rasa gentarnya.
“Ah, ini tidak adil!” katanya.

Hek Liong tersenyum mengejek,
“Ketahuilah bahwa kami berlima adalah saudara seperguruan yang sudah bersumpah sehidup semati, senasib sependeritaan. Dan kalian mendengar sendiri bahwa yang diangkat menjadi pangcu adalah kami berlima, maka andaikata seorang diantara kalian ada yang dapat mengalahkan aku masih ada empat orang saudaraku yang harus dikalahkan pula. Oleh karena itu, kami merupakan sekelompok yang tak dapat dipisah-pisahkan. Terserah siapa yang ingin merobohkan kami, boleh maju. Yang merasa takut tak usah mencari penyakit!”

Tiga orang pemimpin Coa-tung Kai-pang itu tadinya memandang kepada Beng Beng Tojin dan Cong Tan dengan senyum menghina, akan tetapi tiba-tiba Si Muka Hitam itu mendapat akal baik.

Ia dan kawan-kawannya hanya tiga orang sedangkan pihak lawan ada lima orang, belum ditambah oleh para pemimpin-pemimpin cabang Hek-tung Kai-pang yang nampaknya berpihak kepada lima orang ketua mereka. Mengapa dalam keadaan kalah tenaga ini ia tidak menarik tangan kedua orang ini?

“Ji-wi Eng-hiong,” katanya kepada tosu dan orang bertopi bundar itu, “Ji-wi jauh-jauh sudah datang kesini dan biarpun antara Ji-wi dengan kami bertiga tidak ada hubungan, namun maksud kedatangan kita disini adalah sama. Sekarang dengan secara licik tuan rumah hendak maju berlima, mengapa kita tidak bergabung saja sehingga kita pun menjadi lima orang? Kalau kita menang, percayalah bahwa kami bertiga tidak akan berlaku curang seperti tuan rumah dan kita kelak boleh menentukan siapa diantara kita yang cakap menjadi ketua!”

Tosu dan orang bertopi itu saling pandang, kemudian mengangguk-anggukkan kepala.
“Bagus, memang demikianlah baru adil!”

Sementara itu, kelima orang she Hek itu dapat mengerti kecerdikan pihak Coa-tung Kai-pang, namun mereka tidak takut.

“Baiklah, lekas kalian memperlihatkan kepandaian, banyak bicara tiada guna!”

Setelah berkata demikian, dengan otomatis ia dan kawan-kawannya lalu berpencar dan membentuk sebuah barisan segi lima.

“Hayo serang!” kata Si Muka Hitam, pemuka dari pemimpin Coa-tung Kai-pang sambil menggerakkan tongkat ularnya.

Beng Beng Tojin tertawa bergelak dan mengeluarkan senjatanya yang istimewa yaitu sepasang sumpit gading yang panjang dan berujung runcing, sedangkan It-ci-sin-kang Cong Tan lalu mengeluarkan senjatanya yang berupa golok.

Dengan berbareng, kelima orang tamu ini menyerang pihak Hek-tung Kai-pang. Indah sekali gerakan kelima saudara Hek itu, mereka menyambut lawan-lawannya. Tubuh mereka bergerak secara teratur dan begitu tongkat hitam mereka menangkis mereka lalu menggerakkan kaki dengan gerakan yang sama dan dengan teratur sekali mereka lalu menyerang lawan di sebelah kiri masing-masing, bukan lawan yang rnenyerang tadi!

“Moi-moi,” kata Hong Beng perlahan kepada Goat Lan yang duduk di sebelah kanannya, “perhatikan baik-baik. Lima saudara Hek itu menggunakan barisan yang teratur sekali.”

Goat Lan mengangguk sambil memandang penuh perhatian.
“Memang dugaanmu tepat, Koko. Mereka tidak mau melayani lawan yang menyerang, sebaliknya menyerang orang di sebelah kiri sehingga pihak lawan menjadi kacau mereka pecah perhatiannya. Lihat, benar-benar mereka lihai dan sukar dilawan! Biarpun lima orang melawan lima, namun pihak lawan selalu akan merasa terkurung dan terkeroyok!”






“Aku pernah mendengar dari Suhu tentang Ilmu Tongkat Hek-tung-hwat, dan melihat pergerakan barisan mereka, kalau tidak salah mereka itu mempergunakan barisan yang hampir sama dengan Ngo-bun-tin.”

“Apakah ada persamaannya dengan Ngo-heng-tin (Barisan Lima Anasir)?” tanya Goat Lan sambil menonton pertempuran yang kini berjalan seru itu.

“Tidak sama,” jawab Hong Beng. “Ngo-bun-tin (Barisan Lima Pintu) mempunyai lima pintu, yaitu Thian-bun (Pintu Langit), Tee-bun (Pintu Bumi), Hai-bun (Pintu Laut), Hong-bun (Pintu Angin) dan In-bun (Pintu Awan). Kedudukan mereka kuat sekali karena tiap kali seorang diantara mereka diserang dan menangkis, maka kawan di sebelah kanan atau kirinya lalu maju menyerang lawan yang menyerangnya itu, dengan demikian penyerangan lawan tak dapat diputuskan.”

Kedua orang muda itu lalu memperhatikan jalannya pertempuran. Ternyata bahwa Ilmu Tongkat Hek-tung-hwat memang hebat sekali. Tongkat hitam di tangan kelima orang itu bergerak bagaikan seekor naga hitam yang mengamuk dan tiap kali tongkat mereka beradu dengan senjata lawan, tentu terjadi benturan yang amat keras dan jelas nampak bahwa tenaga kelima ketua Hek-tung Kai-pang itu masih menang setingkat.

Kecuali apabila yang ditangkis itu golok di tangan It-ci-sin-kang Cong Tan, karena ternyata bahwa Si Jari Lihai ini benar-benar kuat sekali tenaganya. Hampir saja karena kurang hati-hati, tongkat di tangan Hek Sai saudara termuda dari lima ketua itu, terlepas dari pegangan ketika ia menangkis golok Cong Tan!

“Ngo-hek-pangcu tentu akan menang,” kata Goat Lan setelah menonton pertempuran yang sudah berjalan dua puluh jurus lebih itu.

“Memang, kepandaian pihak tamu belum dapat menyamai kelihaian tuan rumah, akan tetapi kulihat Ilmu Tongkat Coa-tung-hwat tidak kalah lihai daripada Hek-tung-hwat, hanya gerakan tiga orang itu masih kurang sempurna. Mereka itu hanya tokoh-tokoh kedua saja, kalau ketua-ketua dari Coa-tung Kai-pang tentu akan hebat sekali permainan tongkatnya,” kata Hong Beng.

Memang kedua orang muda ini memiliki pandangan yang amat tajam dan awas, hal ini mungkin karena kepandaian mereka masih jauh lebih tinggi tingkatnya daripada kepandaian mereka yang sedang bertempur.

Tepat seperti yang mereka duga, kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang mulai mendesak lawan mereka dan yang pertama kali terkena pukulan adalah It-ci-sin-kang Cong Tan. Pada satu saat yang amat tepat, yaitu ketika goloknya menyambar ke arah leher Hek Kwi, orang ke empat dari Ngo-pangcu ini lalu menangkis dan menggunakan tongkat hitamnya untuk menempel golok.

Hal ini dapat terjadi oleh karena dalam tangkisan ini ia menggunakan gerakan coan (memutar) sehingga Cong Tan merasa sukar untuk menarik kembali goloknya. Pada saat itu, bagaikan telah diatur sebelumnya tongkat hitam Hek Pa telah meluncur dan menotok pundak Cong Tan pada jalan darah Keng-hin-hiat!

Cong Tan memekik kesakitan dan merasa betapa seluruh tubuhnya terlepas dari pegangan dan sekali Hek Kwi menendang, tubuhnya terlempar keluar dari kalangan pertempuran dan tak dapat bergerak pula!

Tak lama setelah Cong Tan roboh, kembali Beng Beng Tojin menjadi korban di tangan Hek Liong, saudara yang paling lihai ilmu tongkatnya. Pada saat Hek Liong menusukkan tongkatnya ke dada tosu itu, Beng Beng Tojin lalu menggerakkan sepasang sumpit gadingnya untuk menjepit dan menggunting tongkat lawan.

Jepitan sumpitnya ini amat keras, disertai tenaga lwee-kang yang hebat, akan tetapi ternyata bahwa ia masih kalah tenaga. Hek Liong membuat tongkatnya tergetar dalam tangannya dan begitu tongkat tadi bergetar keras, maka jepitan itu dengan sendirinya terlepas, akan tetapi tongkat itu masih terus bergetar diantara kedua sumpit itu sehingga Beng Beng Tosu tidak berani sembarangan menarik sumpitnya karena takut kalau-kalau ia kalah cepat dan kalau-kalau tongkat itu akan mendahuluinya dengan serangan hebat. Akan tetapi, pada saat itu, Hek Houw yang sudah menduduki Tee-bun (Pintu Bumi) dengan cepat mengirim tusukan dengan tongkatnya ke arah lambungnya.

Beng Beng Tojin menjatuhkan diri ke belakang dan “bret!” jubahnya yang lebar itu tertusuk tongkat dan robek lebar sekali, sedangkan kulit pahanya ikut pula robek dan terluka! Masih untung baginya bahwa kedua saudara Hek ini tidak bermaksud mencelakakannya dan tidak mengejarnya dengan serangan lain. Tosu ini melompat ke belakang, mengebut-ngebutkan bajunya dengan muka merah, lalu berkata,

“Pinto mengaku kalah!” Kemudian tubuhnya berkelebat cepat dan lenyap dari situ!

Kini tinggallah ketiga orang pemimpin Coa-tung Kai-pang yang melakukan perlawanan hebat dan mati-matian. Memang betul seperti yang dikatakan oleh Hong Beng tadi. Ilmu tongkat mereka benar-benar lihai dan ganas sekali. Tongkat berbentuk ular di tangan mereka itu nampak seakan-akan hidup dan tongkat itu seperti ular asli yang bergerak-gerak dan gerakan amat tak terduga-duga.

Namun, tadi dibantu oleh orang lain yang cukup tinggi kepandaiannya, mereka masih tak dapat mengalahkan kelima ketua Hek-tung Kai-pang, apalagi sekarang mereka yang hanya bertiga itu terkurung oleh lima orang lawannya yang tangguh. Mereka terdesak hebat, dan terkurung rapat sehingga mereka hanya dapat memutar tongkat mereka mempertahankan diri tanpa diberi kesempatan membalas serangan.

Ketika Hong Beng dan Goat Lan mengerling ke arah para anggauta Hek-tung Kai-pang, pada wajah mereka terbayang kegembiraan besar melihat kemenangan ketua mereka, akan tetapi tak seorang pun yang menggetarkan suara maupun gerakan. Wajah mereka tetap tegang dan siap siaga seperti tadi sehingga diam-diam kedua orang muda ini menjadi kagum. Hal ini membuktikan pula bahwa Hek-tung Kai-pang memang betul merupakan perkumpulan yang berdisiplin baik.

Tiga orang pemimpin Coa-tung Kai-pang yang sudah amat terdesak itu makin lama makin lemah gerakan tongkat mereka. Memang harus dipuji keuletan mereka karena sebegitu lama belum juga kelima orang lawan mereka dapat merobohkan mereka. Pertahanan mereka kuat sekali. Tiba-tiba Si Muka Hitam berseru keras,

“Robohkan mereka!”

Dan komando ini diikuti oleh gerakan mereka menuju ke arah para lawan dengan tongkat mereka dan tiba-tiba dari kepala tongkat itu menyambar keluar senjata rahasia yang berwarna hitam!

“Celaka, Koko!” seru Goat Lan yang hendak melompat, akan tetapi tiba-tiba lengannya dipegang oleh Hong Beng.

“Tenanglah, Moi-moi,” kata pemuda itu.

Karena amat tegang, maka Hong Beng tanpa disadarinya pula telah memegang lengan tunangannya dan ketika Goat Lan merasa betapa lengannya dipegang tak dilepaskan pula, tiba-tiba mukanya berubah merah sekali!

“Koko, lepaskan,” bisiknya, “tak malukah dilihat orang?”

Barulah Hong Beng sadar bahwa semenjak tadi ia telah memegang lengan orang yang berkulit halus dan hangat itu, maka dengan muka kemerahan dan mulut tersenyum malu-malu ia lalu melepaskan lengan tunangannya. Sepasang mata mereka bertemu untuk saat pendek, karena keduanya segera melihat ke tempat orang-orang bertempur.

Ternyata bahwa dari sikap kedua orang muda tadi, Hong Beng lebih tenang dan ketenangannya ini membuat pandangannya lebih awas daripada Goat Lan. Goat Lan yang merasa tegang dan kuatir, mengira bahwa ketua-ketua Hek-tung Kai-pang akan terkena celaka, akan tetapi Hong Beng yang melihat sikap Ngo-hek-pangcu itu maklum bahwa mereka telah siap dan tidak akan mudah diserang dengan senjata rahasia begitu saja.

Memang betul, ketika kelima orang ketua she Hek itu melihat benda-benda hitam menyambar, serentak mereka mendekam ke bawah dan dengan gerakan yang berbareng bagaikan telah diatur lebih dulu, tongkat-tongkat mereka menyapu ke arah kaki ketiga lawan itu.

Terdengar suara bak-buk dah terjungkallah tiga orang pemimpin Coa-tung Kai-pang itu! Tulang kaki mereka telah terpukul hebat dan biarpun tenaga lwee-kang mereka telah mencegah tulang kaki itu remuk, namun pukulan itu cukup keras sehingga untuk beberapa lama mereka takkan dapat bangun karena tulang kaki mereka terasa sakit dan linu sekali. Senjata rahasia yang keluar dari tongkat mereka tadi adalah jarum-jarum berbisa yang amat berbahaya!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar