*

*

Ads

Minggu, 11 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 091

Terkejut Goat Lan memandang kepada Hong Beng.
“Mungkinkah ada orang berpangkat pengawal istana yang menghendaki kematian Pangeran?”

“Siapa tahu?” Hong Beng menggerakkan kedua pundaknya. “Menurut Ayah, di dunia ini banyak sekali terjadi kejahatan-kejahatan yang mengerikan. Iblis telah berkuasa di banyak hati manusia. Oleh karena itu, biarlah kita untuk sementara tinggal di hotel dan menanti perkembangan selanjutnya. Kita tak usah kuatir, biarpun ada Ban Sai Cinjin yang membantu Bu Kwan Ji, kita tak perlu takut!”

Disebutnya nama ini membuat Goat Lan mengerutkan keningnya.
“Aku tidak takut kepada Huncwe Maut itu, hanya aku merasa heran sekali bagaimana kakek jahat itu bisa sampai ikut campur tangan? Benar-benar aneh!”

Memang ucapan Goat Lan beralasan. Mungkin para pembaca juga merasa heran seperti gadis cantik itu. Bagaimanakah tahu-tahu Ban Sai Cinjin bisa muncul di kota raja dan ikut melakukan penangkapan dan membantu Bu Kwan Ji?

Setelah rumahnya menderita amukan Lie Siong yang membakar dan membunuh banyak anak buahnya, diam-diam Ban Sai Cinjin menjadi terkejut dan mulai merasa kuatir. Ternyata bahwa keturunan Pendekar Bodoh dan kawan-kawannya amat tinggi ilmu kepandaiannya dan juga amat ganasnya.

Memang betul bahwa dia telah berhasil mengundang pembantu-pembantu yang tangguh seperti suhengnya sendiri Wi Kong Siansu yang ilmu kepandaiannya belum tentu kalah oleh Pendekar Bodoh, juga telah berhasil mengundang Thai-lek Sam-kui, Tiga Iblis Geledek dari Hailun yang juga memiliki ilmu kepandaian yang boleh diandalkan dan hanya sedikit di bawah tingkat Wi Kong Siansu. Ia lalu mengadakan perundingan dengan suhengnya dan tiga orang Iblis Geledek itu, bagaimana untuk menghadapi musuh-musuh besarnya, yaitu Pendekar Bodoh dan keturunan serta kawan-kawannya.

“Mereka itu terlalu sombong dan mengandalkan kepandaian mereka,” kata Ban Sai Cinjin, “kalau kita tidak mengambil tindakan, akan hancurlah nama kita! Seorang pemuda keturunan Pendekar Bodoh berani sekali membunuh orang-orangku, tamu-tamuku dan juga membakar rumahku, sungguh hebat sekali! Ilmu kepandaian Bu Pun Su ternyata telah diwarisi oleh orang-orang muda yang ganas dan kejam!”

Memang mudahlah bagi mulut untuk mengatakan kejam pada lain orang, sama sekali tidak ingat akan kekekejaman sendiri yang dianggapnya selalu benar!

“Biarlah aku pergi mengunjungi Pendekar Bodoh untuk menegurnya dan sekalian menyampaikan undangan untuk pibu di puncak Thai-san tahun depan, bagaimana pikiranmu?” tiba-tiba Wi Kong Siansu bertanya.

Tentu saja semua orang menyatakan persetujuan.
“Akan lebih baik lagi kalau begitu. Kita bisa mempersiapkan diri, dan kalau Suheng bertemu dengan kawan-kawan sehaluan di tengah perjalanan, boleh sekalian minta bantuan mereka.”

Hailun Thai-lek Sam-kui tertawa bergelak dan saling pandang.
“Masih tahun depan? Alangkah lamanya, kami kira sekarang akan diadakan pibu! Ah, kalau begitu biarlah kami bertiga melancong dulu menghibur hati, nanti musim semi tahun depan kami akan datang di Thai-san!” kata Thian-he Te-it Siansu, kakek yang kate gemuk dan selalu membawa payung itu.

Tiga orang ini termasuk orang-orang aneh yang tidak dapat dihalangi kehendaknya, maka Ban Sai Cinjin juga tidak dapat mencegah keberangkatan mereka. Ia amat mengharapkan bantuan orang-orang ini dan kalau mereka sudah berjanji akan datang membantu pada nanti tahun depan di puncak Thai-san, tentu mereka tidak akan melanggar janji. Ia lalu memberi bekal banyak uang emas dan barang-barang berharga, yang diterima oleh Hailun Thai-lek Sam-kui dengan gembira.

Demikianlah, Wi Kong Siansu dan muridnya, Song Kam Seng, berangkat menuju ke Shaning untuk mencari Pendekar Bodoh dan di tengah perjalanan, yaitu di Lianing, ia bertemu dengan Lili dan Lo Sian sebagaimana telah dituturkan di depan dan menyampaikan tantangan pibunya melalui gadis puteri Pendekar Bodoh itu.

Setelah Thai-lek Sam-kui pergi, Ban Sai Cinjin yang ditinggal seorang diri merasa tidak enak sekali. Diam-diam ia memikirkan nasibnya yang seakan-akan dikelilingi oleh lawan-lawan muda yang amat tangguhnya. Ia tidak merasa gentar, akan tetapi sesunguhnya ada perkara yang lebih penting dan besar daripada perkara permusuhannya dengan golongan Pendekar Bodoh.






Dari para sahabatnya di kota raja, ia mendengar tentang keadaan yang amat genting di dalam istana. Biarpun dari luar tidak terdengar sesuatu dan rakyat hanya mengetahui bahwa Pangeran Mahkota telah sakit keras sekali, akan tetapi sebetulnya di dalam istana terjadi perebutan kekuasaan yang hebat!

Ban Sai Cinjin adalah seorang yang mempunyai cita-cita besar. Ia amat haus akan kedudukan tinggi dan kemewahan hidup, dan keadaannya yang telah kaya raya itu masih belum memuaskan nafsunya. Alangkah baiknya kalau ia bisa menjadi pembesar tinggi, menjadi bangsawan yang dihormati oleh laksaan orang!

Telah lama ia menjadi sahabat Ang Lok Cu, tosu yang berjuluk Ngo-tok Lo-koai dan yang kini tiba-tiba kejatuhan bintang dan menjadi tabib istana berkat pertolongan Bu Kwan Ji. Ia lalu menghubungi sahabatnya ini dan diperkenalkan kepada Bu Kwan Ji.

Perwira yang cerdik ini amat gembira dapat berkenalan dengan Ban Sai Cinjin, karena orang macam inilah yang amat dibutuhkan untuk membantunya mencapai cita-cita. Biarpun ketiga orang ahli obat itu merupakan tenaga-tenaga yang cakap, akan tetapi ilmu silat mereka kurang tinggi.

Semenjak perkenalan itu, Ban Sai Cinjin selalu mengadakan hubungan dengan Bu Kwan Ji dan kaki tangannya, atau lebih tepat lagi, dengan kaki tangan selir Kaisar yang bercita-cita mengangkat puteranya sendiri menjadi pengganti kaisar!

Persekutuan gelap dibentuk dan Ban Sai Cinjin telah menyanggupi untuk mempersiapkan pasukan yang kuat dari Mongol apabila sewaktu-waktu terjadi perang. Muridnya, Bouw Hun Ti di rumah melawat ke Mongol dan mengadakan hubungan dengan kepala suku Mongol yang dikenalnya baik, yaitu Malangi Khan.

Kemudian Ban Sai Cinjin teringat akan bekas muridnya, yaitu Ong Tek. Ia merasa menyesal sekali mengapa ia telah kehilangan Ong Tek, oleh karena ia tahu bahwa ayah Ong Tek, yaitu Pangeran Ong Tiang Houw, adalah seorang pembesar yang amat berpengaruh di dalam istana. Dan sekarang ia bahkan telah menanam kebencian di dalam hati Ong Tek yang tentu saja telah menuturkan semua peristiwa yang terjadi kepada ayahnya!

“Ong Tek merupakan bahaya besar, Suhu,” kata Hok Ti Hwesio, murid satu-satunya yang amat dipercaya oleh Ban Sai Cinjin. “Akan baik sekali kalau Suhu bisa mencari dan membunuhnya agar ia tidak banyak membuka mulutnya memburukkan nama Suhu.”

Demikianlah, dengan hati kesal setelah semua orang pergi, ia lalu memesan Hok Ti Hwesio agar menjaga kuilnya, kemudian ia lalu berangkat ke kota raja, dengan tujuan pertama-tama untuk mengadakan perundingan dengan Bu Kwan Ji tentang perkembangan cita-cita mereka, kedua kalinya untuk mencari dan kalau mungkin membunuh bekas muridnya, yaitu Ong Tek!

Dan pada saat ia tiba di gedung tempat kediaman Bu Kwan Ji itulah maka kebetulan sekali Bu Kwan Ji sedang menghadapi urusan besar, yaitu datangnya dua orang muda yang mewakili Sin Kong Tianglo membawa obat untuk Pangeran Mahkota yang sedang sakit!

Dengan lincahnya, Bu Kwan Ji berunding dengan selir Kaisar yang menyampaikan kepada Kaisar tentang adanya dua orang muda yang mencurigakan dan yang katanya datang membawa obat untuk Pangeran.

“Mereka itu masih muda, mana bisa memiliki kepandaian tinggi?” Kaisar dibujuk oleh selirnya. “Boleh mencoba obat mereka, akan tetapi lebih baik mereka jangan diperbolehkan mendekati Pangeran, siapa tahu kalau mereka itu utusan para pemberontak yang diam-diam hendak membunuh Pangeran?”

Bujukan itu termakan oleh Kaisar dan sebagaimana dituturkan di bagian depan, Goat Lan dan Hong Beng tidak diperbolehkan mendekati Pangeran, hanya buah Giok-ko saja yang diterima oleh Kaisar.

Mudah sekali diduga bahwa setelah obat itu diberikan kepada tiga orang tabib istana untuk dicobakan kepada Pangeran yang sakit, obat itu telah dibuang dan diganti dengan obat lain yang tidak ada khasiatnya bahkan yang merusak kesehatan Pangeran yang malang itu.

Kaisar menjadi marah dan menyuruh Bu Kwan Ji pergi mencari dan memanggil kedua orang muda yang telah membawa obat palsu!! Perwira she Bu ini karena merasa kuatir kalau-kalau dua orang muda itu melawan, lalu mengajak Ban Sai Cinjin pergi mengunjungi rumah gedung Pangeran Ong. Sungguh hal yang kebetulan sekali, pikir mereka, karena kedua orang muda itu ternyata kenal baik dengan Pangeran Ong. Kesempatan sekali untuk memfitnah keluarga Pangeran Ong!

Siasat yang licin, akal busuk dijalin oleh para pengkhianat itu dan Hong Beng bersama Goat Lan merasa kuatir, tidak tahu apakah yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tidak tahu bahwa musuh-musuh tersembunyi sedang mengatur siasat yang jahat terhadap mereka dan keluarga Pangeran Ong!

Bu Kwan Ji membawa Ban Sai Cinjin menghadap Kaisar. Dengan pandai sekali ia menuturkan bahwa kedua orang muda itu telah dilindungi oleh Pangeran Ong Tiang Houw, dan bahkan kedua orang itu berkepandaian tinggi, melawan ketika hendak ditangkap.

“Baiknya ada Losuhu ini yang menolong hamba, kalau tidak, hamba tentu akan binasa oleh mereka” kata Bu Kwan Ji menutup laporannya.

“Hamba sudah tahu bahwa mereka itu adalah keturunan Pendekar Bodoh, seorang yang terkenal sebagai pemberontak di masa pemerintahan ayah Paduka.” Ban Sai Cinjin berkata kepada Kaisar. “Agaknya Pendekar Bodoh dan kawan-kawannya masih saja mempunyai keinginan untuk memberontak dan bersekutu dengan bangsawan-bangsawan yang berhati khianat!”

Bukan main marahnya Kaisar mendengar ucapan-ucapan yang menghasut ini.
“Bagaimana mungkin?” katanya ragu-ragu. “Ong Tiang Houw adalah seorang pembesar yang setia, bahkan masih terhitung keluarga istana! Agaknya tak mungkin ia berhati khianat dan mengadakan perhubungan dengan segala pemberontak dan penjahat.”

“Hamba tidak berani menuduh,” kata Bu Kwan Ji, “hanya akan lebih aman dan baik sekali apabila Pangeran Ong dipanggil untuk memberikan keterangan.”

“Baik, kau pergi dan panggil dia datang, seluruh keluarganya!” bentak Kaisar. “Dan Losuhu ini, siapakah namanya?”

“Hamba disebut orang Ban Sai Cinjin, seorang hamba sahaya biasa saja yang bersedia mengorbankan tenaga dan nyawa untuk negara.”

“Bagus, kau bantulah Bu Kwan Ji, akan kupikirkan kedudukan yang sesuai dengan jasamu!”

Bukan main girangnya hati Ban Sai Cinjin mendengar ucapan Kaisar ini dan lalu mengundurkan diri untuk melakukan. tugas yang diperintahkan oleh Kaisar. Untuk kali ini, Bu Kwan Ji menerima surat kuasa yang berupa bendera lengki (bendera tanda pesuruh kaisar). Dengan lengki di tangannya, mudah saja Bu Kwan Ji membawa Pangeran Ong sekeluarganya, digiring semua ke tahanan, sementara menanti perintah Kaisar untuk memeriksa mereka. Suara tangis riuh-rendah memenuhi tempat tahanan akan tetapi Pangeran Ong Tiang Houw dengan tenang berkata,

“Tak usah menangis! Kita telah difitnah orang, akan tetapi mengapa gelisah? Tunggulah sampai aku dapat bertemu dengan Kaisar, tentu aku akan sanggup menyadarkan Kaisar yang agaknya dihasut oleh mulut jahat!”

**** 091 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar