Akan tetapi dalam hal siasat kejahatan, Bu Kwan Ji kalah jauh oleh Ban Sai Cinjin, kalah cerdik dan kalah pengalaman. Sambil tertawa haha-hehe, Ban Sai Cinjin berkata,
“Bu-ciangkun, mengapa begitu bodoh? Kau adalah seorang panglima besar yang dipercaya penuh oleh Kaisar. Bukan rahasia lagi bahwa kau sedang mengejar-ngejar pemberontak, yakni putera-putera Pendekar Bodoh. Sekarang kau mengetahui bahwa kedua orang pemberontak yang kau kejar-kejar itu berada di dalam kamar Pangeran Mahkota. Kalau tiba-tiba kau menyerbu dengan para perwira untuk menangkap atau membunuh pemberontak-pemberontak yang berbahaya, biarpun Kaisar akan menjadi marah, mudah saja bagimu mencari alasan yang kuat. Kau dapat mengatakan bahwa kau menguatirkan keadaan Kaisar dan hendak melenyapkan orang-orang jahat yang dapat mencuri masuk ke dalam istana. Apa salahnya?”
Tiga orang tabib itu segera menyatakan persetujuannya dan Bu Kwan Ji berpikir keras. Ada benarnya juga ucapan kakek mewah ini. Memang ia dapat melakukan hal itu, dan seandainya ia dapat menangkap atau membunuh kedua orang muda tadi, kalau Kaisar marah mudah saja baginya untuk minta maaf, apalagi ada Song Tian Ci yang akan membelanya dan yang akan membujuk Kaisar!
Sore hari itu Pangeran Mahkota sudah nampak sehat setelah dua kali makan buah Giok-ko. Menurut perhitungan, sekali lagi atau sehari lagi maka akan tertolonglah nyawa Pangeran Mahkota ini. Diam-diam Goat Lan dan Hong Beng merasa girang sekali dan Goat Lan berkata kepada Kaisar,
“Oleh karena Paduka sudah menyaksikan sendiri bahwa hamba dan kawan hamba bukanlah orang-orang jahat atau pemberontak-pemberontak sebagaimana orang telah menuduh hamba, maka sudah jelas bahwa Pangeran Ong Tiang Houw sekeluarga tidak berdosa apa-apa. Maka hamba mohon, sudilah kiranya Paduka menaruh hati kasihan kepada keluarga Pangeran Ong dan membebaskan mereka.”
Kaisar mengangguk-angguk.
“Mudah saja, Nona. Biarlah kita melihat dan menanti satu hari lagi sampai puteraku betul-betul sembuh.”
Sementara itu, dengan bisikan-bisikan mesra dan bujukan-bujukan halus, Song Tian Ci berusaha membangkitkan kecurigaan Kaisar terhadap dua orang muda itu.
“Betapapun juga, hamba masih curiga besar,” katanya, “maka harus hamba sendiri yang minumkan obat kepada puteranda!”
Akan tetapi, ketika obat daun yang dimasak oleh Goat Lan sudah matang dan setelah didinginkan gadis itu hendak memberi minum kepada Pangeran, Goat Lan menolak keras ketika selir cantik itu hendak minta obat itu.
“Aku harus memeriksa dulu isi cawan itu!” kata selir itu dengan bengis. “Siapa tahu kalau kau memberinya minum racun seperti kemarin dulu?”
Goat Lan tidak menduga bahwa selir ini adalah pemegang kendali komplotan yang hendak membunuh Putera Mahkota, maka dengan halus ia berkata,
“Maaf, tidak boleh orang lain yang meminumkannya, kecuali aku sendiri!”
Selir itu hendak marah dan hendak merampas cawan, akan tetapi mana ia bisa mendekati Goat Lan? Pada waktu selir itu masih mengejar-ngejar sambil memaki-maki, Kaisar datang membujuknya.
“Biarlah, biarkan Nona itu meminumkannya sendiri. Kalau kelak ternyata bahwa putera kita tidak sembuh, masih banyak waktu untuk mengadilinya!”
Malam hari itu, di atas genteng kamar itu terdapat empat orang yang mengintai ke dalam. Hanya Hong Beng dan Goat Lan saja yang dapat mengetahui hal ini, bahkan mereka berdua tahu betul bahwa yang datang adalah empat orang yang berkepandaian tinggi.
Memangg yang berada di atas itu adalah Ban Sai Cinjin dan ketiga orang tabib istana. Bu Kwan Ji tidak berani muncul, karena tentu saja ia tidak mau secara berterang melakukan percobaan ini. Ia hanya memberi tugas kepada empat orang kawannya ini untuk terlebih dulu secara rahasia mencoba untuk membunuh kedua orang muda itu atau kalau tidak mungkin boleh membunuh Pangeran Mahkota!
Goat Lan dan Hong Beng tahu betul bahwa mereka tak usah menguatirkan keselamatan Kaisar dan selirnya. Siapa berani mengganggu Kaisar? Akan tetapi, keselamatan Putera Mahkota harus dijaga baik-baik.
Pada malam hari itu, Goat Lan sedang memasak daun obat berikutnya untuk diminumkan esok hari, akan tetapi malam hari itu, begitu mendengar suara kaki orang di atas genteng, ia lalu meninggalkan masakan obat dan mendekati Pangeran Mahkota yang sudah tidur. Ia memberi isyarat dengan mata kepada Hong Beng yang membalasnya, dan pemuda ini pun siap sedia di dekat pintu dengan penuh kewaspadaan.
Sesaat suasana sunyi saja. Tiba-tiba terdengar angin mendesir dan tiga sinar kecil sekali menyambar ke bawah, ke arah Putera Mahkota, Goat Lan dan Hong Beng! Goat Lan menyambar ujung selimut di atas pembaringan itu dan sekali ia mengebut, dua batang jarum yang mengarah dia dan Pangeran telah menancap pada selimut itu! Juga Hong Beng dengan mudah saja mengelak sehingga nampak sebatang jarum hitam menancap pada lantai di dekatnya!
Kaisar belum tidur dan Kaisar ini di waktu mudanya pernah mempelajari ilmu silat, maka ia dapat melihat juga sinar tiga batang jarum tadi.
“Apakah itu?” tanyanya.
Goat Lan dan Hong Beng memberikan tiga batang jarum itu kepada Kaisar dan meletakkan senjata-senjata rahasia itu ke atas meja sambil berkata,
“Ada orang jahat sengaja menyerang hamba berdua dan Pangeran!”
Kaisar terkejut sekali, akan tetapi pada saat itu, dari atas menyambar turun asap hitam yang bergulung-gulung.
“Cepat, Koko. Telan obat ini!”
Gadis itu mengeluarkan sebutir pel merah kepada Hong Beng yang segera menelannya. Hawa harum dan hangat keluar dari dalam perutnya, memenuhi mulut dan hidung. Goat Lan sendiri menelan sebutir pel merah dan berkata kepada Kaisar,
“Harap paduka menyelamatkan diri di ujung kamar, akan tetapi sebaiknya semua orang berbaring di atas lantai agar jangan terserang oleh asap beracun itu!”
Dengan cekatan, Goat Lan lalu memondong Pangeran yang masih tidur, lalu menidurkannya di sudut kamar, di atas lantai yang sudah ditilami oleh selimut. Bingunglah semua pelayan dan mereka dengan wajah pucat lalu menurut nasihat Goat Lan, berbaring di atas lantai.
Sementara itu, asap makin banyak masuk. Memang ini adalah perbuatan Ban Sai Cinjin yang mengeluarkan asap pemabok. Dia tidak ingin membunuh Kaisar, maka asap yang dilepaskan dari huncwenya hanyalah asap yang cukup kuat untuk memabukkan orang.
Dalam suasana tegang dan sibuk ini, selir Kaisar tiba-tiba melompat dan berlari menuju ke tempat pemasakan obat.
“Aku masih tidak percaya kepadamu! Mungkin semua ini adalah buatanmu sendiri untuk meracuni kami!”
Selir ini lalu berpura-pura lari menghampiri Goat Lan, akan tetapi dengan cerdik sekali kakinya menendang tempat obat sehingga tumpahlah obat ini. Goat Lan hendak menghalangi, akan tetapi terlambat. Dengan gemas Goat Lan lalu membentak,
“Mundurlah! Hanya kepada Kaisar dan Pangeran saja aku tunduk, tidak kepadamu! Kalau tidak mundur, terpaksa akan kupukul!”
Akan tetapi sebelum ia menggerakkan tangan, selir itu telah menghisap asap hitam dan sambil mengeluh ia terhuyung-huyung. Untung Goat Lan cepat menangkapnya, lalu mengangkat dan membawanva kepada Kaisar. Gadis itu membiarkan selir tadi berbaring di situ dan ia cepat kembali ke tempat Hong Beng berdiri.
“Ban Sai Cinjin, manusia pengecut! Kalau kau berani, turunlah jangan menggunakan akal busuk!”
Terdengar Ban Sai Cinjin tertawa bergelak, lalu disusul suara Ang Lok Cu, tosu yang melepas jarum-jarum berbisa tadi.
“Jangan gelisah, Hong-siang! Hamba sekalian datang akan membebaskan Paduka, menangkap pemberontak berbahaya ini!”
Genteng dibuka dari atas dan agaknya orang-orang di atas genteng itu akan menyerbu ke dalam, akan tetapi terdengar Kaisar berseru keras,
“Ang Lok Cu Totiang! Apakah kau dan yang lain-lain sudah gila? Hayo cepat mundur sebelum aku menjatuhkan hukuman mati kepada kalian!”
Suara Kaisar amat berpengaruh sehingga terdengar oleh para bayangkari di luar pintu yang tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam kamar, akan tetapi mereka tetap saja tidak berani masuk.
Mendengar bentakan Kaisar ini, Ang Lok Cu dan kawan-kawannya menjadi jerih juga dan mereka mengajak Ban Sai Cinjin pergi dari situ. Ban Sai Cinjin merasa kecewa dan tidak puas, akan tetapi tanpa bantuan kawan-kawan ini, apa dayanya terhadap Goat Lan dan Hong Beng yang sudah dikenal kelihaiannya itu?
Pergilah mereka dari situ dan asap hitam yang ringan itu perlahan-lahan naik ke atas genteng sehingga kamar itu menjadi bersih kembali. Selir yang tadinya pingsan telah siuman kembali, dan menangis terisak-isak karena mendapat marah dari Kaisar yang masih belum sadar bahwa selirnya inilah sesungguhnya kepala komplotan jahat itu!
Selama itu sampai pagi tidak terjadi sesuatu dan baiknya Goat Lan masih mempunyai banyak daun obat sehingga ia dapat memasak obat lagi. Begitu terang tanah dan Pangeran sudah bangun, gadis ini lalu memberi buah Giok-ko ke tiga. Semenjak makan obat Giok-ko dan daun To-hio, keadaan Pangeran itu sudah baik sekali. Kalau biasanya ia selalu mengeluarkan kotoran darah, kini darah telah berhenti dan sakit pada perutnya sudah lenyap sama sekali.
Giranglah hati Kaisar dan ia hendak menyuruh membuka pintu. Akan tetapi Goat Lan mencegahnya dan menyatakan bahwa masih sekali lagi Pangeran harus minum air daun obat siang nanti. Akan tetapi tiba-tiba di luar terdengar suara gaduh dan disusul dengan teriakan-teriakan keras.
“Buka pintu! Tangkap pemberontak! Tolong dan bebaskan Kaisar!”
Suara gaduh itu adalah suara senjata yang beradu karena ternyata bahwa Bu Kwan Ji dengan beberapa orang perwira serta tiga orang tabib itu telah datang menyerbu, memaksa membuka pintu. Ketika bayangkari melawan, mereka ini diserang!
Pintu terbuka dan lima orang bayangkari cepat menghampiri Kaisar untuk melindunginya, sedangkan yang lain masih menahan majunya para penyerbu itu!
“Cepat lindungi Kaisar dan Pangeran!” seru Goat Lan kepada lima orang bayangkari itu, kemudian ia dan Hong Beng lalu menyerbu keluar.
“Tangkap pemberontak!” seru Bu Kwan Ji ketika melihat kedua orang muda itu.
“Kaulah pemberontak dan pengkhianat!” seru Goat Lan, sedangkan Hong Beng tidak mau banyak cakap lagi, langsung menyerang dengan hebatnya.
Dua orang perwira kena dirobohkan oleh tendangannya dan kini ia menyerbu tiga orang tabib istana itu dengan tongkatnya! Adapun Goat Lan segera dikeroyok oleh Bu Kwan Ji, Ban Sai Cinjin dan beberapa orang perwira ikut pula menyerbu, tiga orang mengeroyok Goat Lan dan tiga orang lagi mengeroyok Hong Beng.
Enam orang perwira ini adalah kawan-kawan atau kaki tangan Bu Kwan Ji, demikian pun dua orang yang sudah roboh oleh tendangan Hong Beng. Pertempuran hebat terjadi di luar kamar pangeran, tempat yang cukup luas itu. Kaisar menjadi marah sekali.
“Lekas panggil datang semua perwira dan pengawal istana!” perintahnya kepada seorang bayangkari, dan Kaisar lalu mengambil sendiri obat di atas tungku, lalu memberi minum secawan obat kepada puteranya. Obat terakhir dan selamatlah nyawa Pangeran Mahkota!
Amukan Hong Beng dan Goat Lan hebat sekali. Dengan sepasang bambu runcingnya, Goat Lan dapat menahan serbuan para pengeroyoknya, bahkan dengan kecepatan kilat ia berhasil menotok lambung Bu Kwan Ji yang roboh terguling dalam keadaan pingsan dan merobohkan pula dua orang perwira!
Adapun Hong Beng juga sudah melukai pundak Ang Lok Cu dan bahkan telah menewaskan Cu Siang Hwesio! Akan tetapi mereka tetap masih dikurung, terutama sekali Ban Sai Cinjin merupakan lawan yang tangguh sekali, yang berusaha sekuat tenaga untuk merobohkan Goat Lan!
Pada saat itu, datanglah seorang panglima yang gagah sekali, diiringi oleh beberapa orang pengawal yang nampaknya gagah dan kuat. Panglima muda ini bukan lain adalah Kam Liong yang gagah perkasa!
“Bu-ciangkun, mengapa begitu bodoh? Kau adalah seorang panglima besar yang dipercaya penuh oleh Kaisar. Bukan rahasia lagi bahwa kau sedang mengejar-ngejar pemberontak, yakni putera-putera Pendekar Bodoh. Sekarang kau mengetahui bahwa kedua orang pemberontak yang kau kejar-kejar itu berada di dalam kamar Pangeran Mahkota. Kalau tiba-tiba kau menyerbu dengan para perwira untuk menangkap atau membunuh pemberontak-pemberontak yang berbahaya, biarpun Kaisar akan menjadi marah, mudah saja bagimu mencari alasan yang kuat. Kau dapat mengatakan bahwa kau menguatirkan keadaan Kaisar dan hendak melenyapkan orang-orang jahat yang dapat mencuri masuk ke dalam istana. Apa salahnya?”
Tiga orang tabib itu segera menyatakan persetujuannya dan Bu Kwan Ji berpikir keras. Ada benarnya juga ucapan kakek mewah ini. Memang ia dapat melakukan hal itu, dan seandainya ia dapat menangkap atau membunuh kedua orang muda tadi, kalau Kaisar marah mudah saja baginya untuk minta maaf, apalagi ada Song Tian Ci yang akan membelanya dan yang akan membujuk Kaisar!
Sore hari itu Pangeran Mahkota sudah nampak sehat setelah dua kali makan buah Giok-ko. Menurut perhitungan, sekali lagi atau sehari lagi maka akan tertolonglah nyawa Pangeran Mahkota ini. Diam-diam Goat Lan dan Hong Beng merasa girang sekali dan Goat Lan berkata kepada Kaisar,
“Oleh karena Paduka sudah menyaksikan sendiri bahwa hamba dan kawan hamba bukanlah orang-orang jahat atau pemberontak-pemberontak sebagaimana orang telah menuduh hamba, maka sudah jelas bahwa Pangeran Ong Tiang Houw sekeluarga tidak berdosa apa-apa. Maka hamba mohon, sudilah kiranya Paduka menaruh hati kasihan kepada keluarga Pangeran Ong dan membebaskan mereka.”
Kaisar mengangguk-angguk.
“Mudah saja, Nona. Biarlah kita melihat dan menanti satu hari lagi sampai puteraku betul-betul sembuh.”
Sementara itu, dengan bisikan-bisikan mesra dan bujukan-bujukan halus, Song Tian Ci berusaha membangkitkan kecurigaan Kaisar terhadap dua orang muda itu.
“Betapapun juga, hamba masih curiga besar,” katanya, “maka harus hamba sendiri yang minumkan obat kepada puteranda!”
Akan tetapi, ketika obat daun yang dimasak oleh Goat Lan sudah matang dan setelah didinginkan gadis itu hendak memberi minum kepada Pangeran, Goat Lan menolak keras ketika selir cantik itu hendak minta obat itu.
“Aku harus memeriksa dulu isi cawan itu!” kata selir itu dengan bengis. “Siapa tahu kalau kau memberinya minum racun seperti kemarin dulu?”
Goat Lan tidak menduga bahwa selir ini adalah pemegang kendali komplotan yang hendak membunuh Putera Mahkota, maka dengan halus ia berkata,
“Maaf, tidak boleh orang lain yang meminumkannya, kecuali aku sendiri!”
Selir itu hendak marah dan hendak merampas cawan, akan tetapi mana ia bisa mendekati Goat Lan? Pada waktu selir itu masih mengejar-ngejar sambil memaki-maki, Kaisar datang membujuknya.
“Biarlah, biarkan Nona itu meminumkannya sendiri. Kalau kelak ternyata bahwa putera kita tidak sembuh, masih banyak waktu untuk mengadilinya!”
Malam hari itu, di atas genteng kamar itu terdapat empat orang yang mengintai ke dalam. Hanya Hong Beng dan Goat Lan saja yang dapat mengetahui hal ini, bahkan mereka berdua tahu betul bahwa yang datang adalah empat orang yang berkepandaian tinggi.
Memangg yang berada di atas itu adalah Ban Sai Cinjin dan ketiga orang tabib istana. Bu Kwan Ji tidak berani muncul, karena tentu saja ia tidak mau secara berterang melakukan percobaan ini. Ia hanya memberi tugas kepada empat orang kawannya ini untuk terlebih dulu secara rahasia mencoba untuk membunuh kedua orang muda itu atau kalau tidak mungkin boleh membunuh Pangeran Mahkota!
Goat Lan dan Hong Beng tahu betul bahwa mereka tak usah menguatirkan keselamatan Kaisar dan selirnya. Siapa berani mengganggu Kaisar? Akan tetapi, keselamatan Putera Mahkota harus dijaga baik-baik.
Pada malam hari itu, Goat Lan sedang memasak daun obat berikutnya untuk diminumkan esok hari, akan tetapi malam hari itu, begitu mendengar suara kaki orang di atas genteng, ia lalu meninggalkan masakan obat dan mendekati Pangeran Mahkota yang sudah tidur. Ia memberi isyarat dengan mata kepada Hong Beng yang membalasnya, dan pemuda ini pun siap sedia di dekat pintu dengan penuh kewaspadaan.
Sesaat suasana sunyi saja. Tiba-tiba terdengar angin mendesir dan tiga sinar kecil sekali menyambar ke bawah, ke arah Putera Mahkota, Goat Lan dan Hong Beng! Goat Lan menyambar ujung selimut di atas pembaringan itu dan sekali ia mengebut, dua batang jarum yang mengarah dia dan Pangeran telah menancap pada selimut itu! Juga Hong Beng dengan mudah saja mengelak sehingga nampak sebatang jarum hitam menancap pada lantai di dekatnya!
Kaisar belum tidur dan Kaisar ini di waktu mudanya pernah mempelajari ilmu silat, maka ia dapat melihat juga sinar tiga batang jarum tadi.
“Apakah itu?” tanyanya.
Goat Lan dan Hong Beng memberikan tiga batang jarum itu kepada Kaisar dan meletakkan senjata-senjata rahasia itu ke atas meja sambil berkata,
“Ada orang jahat sengaja menyerang hamba berdua dan Pangeran!”
Kaisar terkejut sekali, akan tetapi pada saat itu, dari atas menyambar turun asap hitam yang bergulung-gulung.
“Cepat, Koko. Telan obat ini!”
Gadis itu mengeluarkan sebutir pel merah kepada Hong Beng yang segera menelannya. Hawa harum dan hangat keluar dari dalam perutnya, memenuhi mulut dan hidung. Goat Lan sendiri menelan sebutir pel merah dan berkata kepada Kaisar,
“Harap paduka menyelamatkan diri di ujung kamar, akan tetapi sebaiknya semua orang berbaring di atas lantai agar jangan terserang oleh asap beracun itu!”
Dengan cekatan, Goat Lan lalu memondong Pangeran yang masih tidur, lalu menidurkannya di sudut kamar, di atas lantai yang sudah ditilami oleh selimut. Bingunglah semua pelayan dan mereka dengan wajah pucat lalu menurut nasihat Goat Lan, berbaring di atas lantai.
Sementara itu, asap makin banyak masuk. Memang ini adalah perbuatan Ban Sai Cinjin yang mengeluarkan asap pemabok. Dia tidak ingin membunuh Kaisar, maka asap yang dilepaskan dari huncwenya hanyalah asap yang cukup kuat untuk memabukkan orang.
Dalam suasana tegang dan sibuk ini, selir Kaisar tiba-tiba melompat dan berlari menuju ke tempat pemasakan obat.
“Aku masih tidak percaya kepadamu! Mungkin semua ini adalah buatanmu sendiri untuk meracuni kami!”
Selir ini lalu berpura-pura lari menghampiri Goat Lan, akan tetapi dengan cerdik sekali kakinya menendang tempat obat sehingga tumpahlah obat ini. Goat Lan hendak menghalangi, akan tetapi terlambat. Dengan gemas Goat Lan lalu membentak,
“Mundurlah! Hanya kepada Kaisar dan Pangeran saja aku tunduk, tidak kepadamu! Kalau tidak mundur, terpaksa akan kupukul!”
Akan tetapi sebelum ia menggerakkan tangan, selir itu telah menghisap asap hitam dan sambil mengeluh ia terhuyung-huyung. Untung Goat Lan cepat menangkapnya, lalu mengangkat dan membawanva kepada Kaisar. Gadis itu membiarkan selir tadi berbaring di situ dan ia cepat kembali ke tempat Hong Beng berdiri.
“Ban Sai Cinjin, manusia pengecut! Kalau kau berani, turunlah jangan menggunakan akal busuk!”
Terdengar Ban Sai Cinjin tertawa bergelak, lalu disusul suara Ang Lok Cu, tosu yang melepas jarum-jarum berbisa tadi.
“Jangan gelisah, Hong-siang! Hamba sekalian datang akan membebaskan Paduka, menangkap pemberontak berbahaya ini!”
Genteng dibuka dari atas dan agaknya orang-orang di atas genteng itu akan menyerbu ke dalam, akan tetapi terdengar Kaisar berseru keras,
“Ang Lok Cu Totiang! Apakah kau dan yang lain-lain sudah gila? Hayo cepat mundur sebelum aku menjatuhkan hukuman mati kepada kalian!”
Suara Kaisar amat berpengaruh sehingga terdengar oleh para bayangkari di luar pintu yang tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam kamar, akan tetapi mereka tetap saja tidak berani masuk.
Mendengar bentakan Kaisar ini, Ang Lok Cu dan kawan-kawannya menjadi jerih juga dan mereka mengajak Ban Sai Cinjin pergi dari situ. Ban Sai Cinjin merasa kecewa dan tidak puas, akan tetapi tanpa bantuan kawan-kawan ini, apa dayanya terhadap Goat Lan dan Hong Beng yang sudah dikenal kelihaiannya itu?
Pergilah mereka dari situ dan asap hitam yang ringan itu perlahan-lahan naik ke atas genteng sehingga kamar itu menjadi bersih kembali. Selir yang tadinya pingsan telah siuman kembali, dan menangis terisak-isak karena mendapat marah dari Kaisar yang masih belum sadar bahwa selirnya inilah sesungguhnya kepala komplotan jahat itu!
Selama itu sampai pagi tidak terjadi sesuatu dan baiknya Goat Lan masih mempunyai banyak daun obat sehingga ia dapat memasak obat lagi. Begitu terang tanah dan Pangeran sudah bangun, gadis ini lalu memberi buah Giok-ko ke tiga. Semenjak makan obat Giok-ko dan daun To-hio, keadaan Pangeran itu sudah baik sekali. Kalau biasanya ia selalu mengeluarkan kotoran darah, kini darah telah berhenti dan sakit pada perutnya sudah lenyap sama sekali.
Giranglah hati Kaisar dan ia hendak menyuruh membuka pintu. Akan tetapi Goat Lan mencegahnya dan menyatakan bahwa masih sekali lagi Pangeran harus minum air daun obat siang nanti. Akan tetapi tiba-tiba di luar terdengar suara gaduh dan disusul dengan teriakan-teriakan keras.
“Buka pintu! Tangkap pemberontak! Tolong dan bebaskan Kaisar!”
Suara gaduh itu adalah suara senjata yang beradu karena ternyata bahwa Bu Kwan Ji dengan beberapa orang perwira serta tiga orang tabib itu telah datang menyerbu, memaksa membuka pintu. Ketika bayangkari melawan, mereka ini diserang!
Pintu terbuka dan lima orang bayangkari cepat menghampiri Kaisar untuk melindunginya, sedangkan yang lain masih menahan majunya para penyerbu itu!
“Cepat lindungi Kaisar dan Pangeran!” seru Goat Lan kepada lima orang bayangkari itu, kemudian ia dan Hong Beng lalu menyerbu keluar.
“Tangkap pemberontak!” seru Bu Kwan Ji ketika melihat kedua orang muda itu.
“Kaulah pemberontak dan pengkhianat!” seru Goat Lan, sedangkan Hong Beng tidak mau banyak cakap lagi, langsung menyerang dengan hebatnya.
Dua orang perwira kena dirobohkan oleh tendangannya dan kini ia menyerbu tiga orang tabib istana itu dengan tongkatnya! Adapun Goat Lan segera dikeroyok oleh Bu Kwan Ji, Ban Sai Cinjin dan beberapa orang perwira ikut pula menyerbu, tiga orang mengeroyok Goat Lan dan tiga orang lagi mengeroyok Hong Beng.
Enam orang perwira ini adalah kawan-kawan atau kaki tangan Bu Kwan Ji, demikian pun dua orang yang sudah roboh oleh tendangan Hong Beng. Pertempuran hebat terjadi di luar kamar pangeran, tempat yang cukup luas itu. Kaisar menjadi marah sekali.
“Lekas panggil datang semua perwira dan pengawal istana!” perintahnya kepada seorang bayangkari, dan Kaisar lalu mengambil sendiri obat di atas tungku, lalu memberi minum secawan obat kepada puteranya. Obat terakhir dan selamatlah nyawa Pangeran Mahkota!
Amukan Hong Beng dan Goat Lan hebat sekali. Dengan sepasang bambu runcingnya, Goat Lan dapat menahan serbuan para pengeroyoknya, bahkan dengan kecepatan kilat ia berhasil menotok lambung Bu Kwan Ji yang roboh terguling dalam keadaan pingsan dan merobohkan pula dua orang perwira!
Adapun Hong Beng juga sudah melukai pundak Ang Lok Cu dan bahkan telah menewaskan Cu Siang Hwesio! Akan tetapi mereka tetap masih dikurung, terutama sekali Ban Sai Cinjin merupakan lawan yang tangguh sekali, yang berusaha sekuat tenaga untuk merobohkan Goat Lan!
Pada saat itu, datanglah seorang panglima yang gagah sekali, diiringi oleh beberapa orang pengawal yang nampaknya gagah dan kuat. Panglima muda ini bukan lain adalah Kam Liong yang gagah perkasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar