Selasa, 13 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 097

Pemuda ini menjadi bingung melihat betapa dua orang muda yang elok sedang mengamuk laksana sepasang naga dan banyak perwira pengawal telah rebah disana-sini. Tentu saja tidak sukar baginya untuk memilih kawan, dan serta merta ia dan kawan-kawannya lain lalu mengeroyok Hong Beng dan Goat Lan. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar bentakan Kaisar,

“Kam-ciangkun! Jangan serang mereka! Bantulah mereka menangkap para pengkhianat!”

Panglima muda ini menjadi terkejut dan heran sekali, terutama Ban Sai Cinjin yang mendengar bentakan Kaisar ini, maklumlah ia bahwa tidak ada harapan lagi baginya. Ternyata bahwa usaha Bu Kwan Ji telah gagal! Dengan menyebarkan asap hitamnya ia lalu melarikan diri keluar dari istana!

Beberapa orang perwira hendak mengejarnya, akan tetapi dengan tabir asap hitam yang jahat sebagai pelindung, tak seorang pun dapat mendekatinya. Baru saja mencium asap, pengejar-pengejar itu telah jatuh menggeletak seperti mayat! Akhirnya kakek ini dapat melarikan diri tanpa seorang pun dapat menangkapnya.

Adapun Cu Tong Hwesio tak kuat menghadapi tongkat Hong Beng, maka ia pun robohlah dengan dada tertotok tongkat. Sebentar saja, dengan bantuan Kam Liong, semua orang kaki tangan Bu Kwan Ji sudah tertangkap dan banyak yang tewas.

“Penggal kepala mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah matil” seru Kaisar dengan marah sekali. “Kecuali Bu-ciangkun, jangan bunuh dia, tahan dengan kuat. Aku perlu mendengar keterangan dan pengakuan tentang pengkhianatannya!”

Pucatlah wajah Tian Ci mendengar ini. Kalau Bu Kwan Ji dibunuh seketika itu juga, akan amanlah dia. Akan tetapi kini Kaisar hendak memeriksa perwira itu, sungguh amat berbahaya baginya!

Setelah keadaan menjadi beres, Goat Lan dan Hong Beng berlutut di depan Kaisar minta ampun tentang kelancangan mereka yang sudah berani menahan Kaisar di dalam kamar itu. Kaisar tersenyum dan berkata,

“Tentu saja ada hukuman bagi pelanggar dan ada hadiah bagi yang berjasa. Kalian telah melanggar dan berbareng berjasa pula. Sekarang tinggallah di gedung tamu, tunggu saja keputusanku!”

Sebetulnya Goat Lan dan Hong Beng hendak pergi pada saat itu juga, akan tetapi mereka tidak berani membantah kehendak Kaisar, dan lagi, mereka pun perlu sekali beristirahat setelah tiga hari tiga malam tidak pernah tidur dan jarang makan itu. Maka sepasukan pengawal lalu mengiringkan mereka dengan penuh penghormatan ke gedung tamu yang letaknya di sebelah kiri istana.

Pada keesokan harinya, terjadi peristiwa yang menggemparkan, ketika Bu Kwan Ji terdapat telah terbunuh di dalam kamar tahanannya! Tak seorang pun mengetahui siapa yang membunuh perwira ini, dan Kaisar menjadi marah sekali, karena sesungguhnya Kaisar ingin sekali membongkar rahasia komplotan itu.

Tak seorang pun mengetahui, kecuali Song Tian Ci, selir Kaisar itu. Oleh karena sesungguhnya, yang membunuh adalah penjaga tahanan sendiri yang sudah “dibeli” oleh selir yang lihai ini. Song Tian Ci maklum bahwa kalau Bu Kwan Ji sampai diperiksa di bawah alat penyiksa, bukan tak mungkin kalau orang she Bu ini akan membongkar rahasia perhubungannya dengan perwira ini.

Dengan matinya Bu Kwan Ji, maka amanlah nama Song Tian Ci dan semenjak saat itu, dia tidak berani lagi berpikir untuk merebut kedudukan calon kaisar untuk puteranya. Akan tetapi diam-diam Song Tian Ci menaruh hati dendam kepada Goat Lan dan Hong Beng, karena orang muda inilah yang menggagalkan rencananya dan bahkan membuat ia berada dalam bahaya besar.

Wanita ini cerdik sekali dan mempunyai pandangan mata yang amat tajam. Pengalamannya di dalam kamar Pangeran telah membuka matanya dan ia dapat mengetahui bahwa antara Goat Lan dan Hong Beng terdapat pertalian cinta kasih yang besar. Inilah kesempatan membalas dendam! Ia maklum bahwa salah satu jalan terbaik untuk membalas dendam adalah menghancurkan kebahagiaan orang.

Dengan amat licin ia lalu membujuk Kaisar. Dipuji-pujinya Goat Lan setinggi langit dan tentu saja Kaisar membenarkan pujian ini.

“Sudah sepatutnya gadis seperti Nona Kwee itu diberi ganjaran yang setimpal dengan jasa-jasanya,” katanya mengakhiri pujiannya.

“Memang,” Kaisar membenarkan, “Aku sendiri pun sedang bingung memikirkan apa gerangan yang dapat kuhadiahkan kepadanya. Kalau dia seorang laki-laki tentu akan kuangkat menjadi seorang pembesar tinggi. Akan tetapi ia seorang gadis.”






“Kedudukan tinggi bagi seorang gadis adalah menjadi isteri seorang berpangkat tinggi. Nona Kwee amat cantik jelita dan gagah perkasa, mengambilnya sebagai seorang selir jauh lebih berharga daripada mengambil selir seorang bidadari kahyangan!”

Kaisar memandang selirnya ini dengan mata terbelalak.
“Apakah kau mabuk? Aku sudah tua, mana dapat menyia-nyiakan hidup seorang gadis seperti dia? Tidak, aku tidak ingin menambah selirku!”

“Harap Paduka jangan salah paham,” Seng Tian Ci membantah, “maksud hamba bukan Paduka yang mengambilnya menjadi selir, akan tetapi untuk Pangeran Mahkota! Bukankah Nona Kwee sudah berjasa besar menyelamatkan nyawa Putera Mahkota? Lihat saja betapa telaten dan sabar Nona itu merawatnya, tanda bahwa Nona itu tentu suka kepada Pangeran. Kalau Nona itu bisa diambil sebagai selirnya, tidak saja dapat menjaga keselamatan Pangeran, juga hal itu merupakan hadiah yang paling berharga untuknya!”

Kaisar mengangguk-angguk sambil mengelus jenggotnya.
“Akan tetapi puteraku baru berusia lima belas tahun kurang, dan Nona itu agaknya sudah ada dua puluh tahun.”

“Soal usia tidak menjadi halangan, apalagi bukan sebagai isteri yang sah, hanya sebagai selir nomor satu.”

“Bagaimana kalau dia menolaknya?”

“Tak mungkin seorang gadis dari rakyat biasa akan menolak anugerah Paduka yang sedemikian besarnya. Penolakan berarti penghinaan karena sama halnya dengan menolak Pangeran! Akan tetapi, untuk hal ini mudah saja. Bukankah Nona Kwee dan kawannya sudah melakukan pelanggaran besar? Menahan Paduka di dalam kamar sampai tiga hari saja sudah cukup untuk menghukum mati kepada mereka. Sekarang hukuman ditiadakan, bahkan ia diangkat menjadi mantu Kaisar, tak mungkin dia menolak!”

Demikianlah, dengan siasat yang licin sekali Song Tian Ci berusaha untuk menghancurkan kebahagiaan Giok Lan, berusaha memisahkannya dari Hong Beng untuk dijadikan selir oleh Pangeran Mahkota! Dan akhirnya Kaisar merasa setuju sekali.

Pada keesokan harinya, Goat Lan dan Hong Beng dipanggil menghadap. Para perdana menteri dan hulubalang lengkap menghadap raja yang duduk di singgasana dengan wajah girang. Juga Pangeran Mahkota itu hadir pula di dekat ayahnya. Semua pembesar yang setia kepada Kaisar, memandang kepada Pangeran itu dengan wajah riang.

Semua sudah mendengar tentang penyembuhan itu maka ketika Goat Lan dan Hong Beng datang menghadap, semua mata ditujukan kepada mereka dengan kagum sekali. Sambil menunjuk kepada Goat Lan dan Hong Beng yang berlutut di hadapan Kaisar, Kaisar berkata,

“Kalian semua yang hadir disini sudah mendengar tentang jasa besar dari kedua orang muda ini. Lihatlah, betapa puteraku telah sembuh sama sekali, semua ini berkat pengobatan Nona Kwee Goat Lan dan sahabatnya yang bernama Sie Hong Beng. Oleh karena itu, hari ini aku hendak memberi hadiah dan anugerah kepada mereka berdua.”

Semua yang hadir menganggukkan kepala dan tersenyum, karena mereka semua merasa bahwa hal ini sudah cukup pantas.

“Anugerah pertama,” kata Kaisar, “adalah pembebasan mereka dari tuntutan. Sungguhpun mereka berdua telah berani berlaku lancang memasuki istana tanpa ijin, bahkan telah menahan Kaisar dan Pangeran di dalam kamar selama tiga hari, namun aku bebaskan mereka dari kesalahan ini.”

Goat Lan dan HongBeng mengangguk-anggukkan kepala menyatakan terima kasih mereka.

“Anugerah kedua bagi Sie Hong Beng, dia kuberi pangkat congtok dan boleh melakukan tugasnya di kota Nan-kiang, kuberi dua ekor kuda terbaik dari kandang kuda di istana dan uang perak seribu tael. Bagaimana penerimaanmu tentang anugerah ini, orang muda?”

Sie Hong Beng merasa terkejut sekali. Ia sama sekali tidak mengharapkan hadiah, akan tetapi bagaimana ia dapat menolak hadiah Kaisar? Ia cepat mengangguk-anggukkan kepala dan berkata dengan suara perlahan,

“Mohon ampun sebanyaknya kalau hamba berani berlaku tidak patut. Bukan sekali-kali hamba tidak menghargai kurnia Paduka yang dilimpahkan kepada hamba, akan tetapi sesungguhnya hamba tidak sanggup untuk menjabat pangkat di suatu tempat. Mohon Hong-siang suka mengampuni hamba dan membolehkan hamba menolak kedudukan dan pangkat itu.”

Hening suasana di situ. Tak seorang pun berani mengangkat kepala karena merasa heran dan juga kuatir mendengar jawaban Hong Beng. Kaisar sendiri merasa tertegun, akan tetapi kemudian terdengar ia berkata,

“Darah petualang agaknya mengalir di tubuhmu, anak muda. Tidak apalah, kalau kau tidak dapat menerima pangkat, biar hadiah uang kutambah lima ratus tael lagi!”

Lega hati Hong Beng dan biarpun ia suka menerima hadiah uang akan tetapi tentu saja ia tidak berani menolak lagi. Cepat ia menghaturkan terima kasihnya sambil berlutut.

“Dan sekarang untuk Nona Kwee Goat Lan yang paling berjasa dalam hal ini. Tanpa adanya Nona ini, mungkin puteraku takkan dapat sembuh dari sakitnya. Oleh karena pembelaannya ini, maka seakan-akan berarti bahwa jiwa raga Pangeran telah dapat dirampasnya dari tangan maut, dan oleh karena itu, biarlah untuk selama hidupnya, ia memiliki jiwa raga Pangeran! Biarpun puteraku baru berusia lima belas tahun dan belum menikah, akan tetapi aku mengangkat Nona Kwee menjadi selir pertama dari puteraku atau sama dengan mantuku yang pertama!”

Bukan main kagetnya Goat Lan dan Hong Beng mendengar ini. Goat Lan sampai menjadi pucat sekali dan kedua kakinya yang berlutut itu menggigil. Tak disangkanya sama sekali bahwa ia akan mendapat anugerah macam ini. Ia mengerling ke arah Hong Beng yang juga menjadi pucat dan mengerutkan kening, kemudian ketika tak disengaja ia menengok ke arah Pangeran Mahkota, Pangeran itu tersenyum-senyum malu, agaknya suka sekali akan keputusan ayahnya ini!

Semua yang hadir juga merasa setuju sekali dengan keputusan ini, karena hal ini dianggapnya sebagai anugerah terbesar yang mungkin diberikan kepada gadis itu.

“Bagaimana, Nona Kwee Goat Lan? Kau tentu dapat menerirna keputusan kami ini, bukan?”

Kaisar mendesak ketika dilihatnya nona itu menundukkan mukanya. Ketika Goat Lan mengangkat muka, Kaisar melihat betapa pucatnya wajah gadis itu.

“Mohon beribu ampun bahwa hamba terpaksa tak dapat menerima penghormatan besar ini!”

Kali ini keadaan menjadi jauh lebih sunyi daripada ketika Hong Beng menolak pengangkatan. Bagaimana gadis ini berani menolak pinangan Kaisar yang diucapkan oleh Kaisar sendiri untuk Putera Mahkota? Hampir tak dapat mereka percaya! Terdengar orang menarik kursi dan ternyata Pangeran Mahkota yang mundur dari tempat duduknya memberi hormat kepada Kaisar sebagai pengganti ucapan maaf dan akhirnya, setelah memandang ke arah Goat Lan dengan muka merah dan mata sayu Pangeran ini lalu mengundurkan diri ke dalam!

Setelah itu, belum juga Kaisar mengeluarkan suara. Tak seorang pun yang memandang wajah Kaisar yang sebentar pucat sebentar merah itu. Ia merasa terhina sekali.

Di hadapan para pembesar, para hulubalang, seorang gadis biasa saja telah berani menolak pinangannya! Pinangan seorang raja besar untuk putera mahkota, ditolak oleh seorang gadis biasa saja. Alangkah hinanya! Teringat ia akan ucapan Song Tian Ci selirnya itu, bahwa gadis ini mempunyai dosa dan untuk dosa itu sudah patut memberi hukuman mati kepadanya.

“Kwee Goat Lan…!” tiba-tiba suara Kaisar memecah kesunyian, suara yang cukup dikenal oleh para penghadap, karena kalau Kaisar sudah lambat dan parau suaranya, tanda bahwa orang besar ini sedang marah sekali, “insyaf benarkah kau akan apa yang kau ucapkan tadi? Sadarkah kau bahwa jawabanmu itu berarti penolakan terhadap pinangan rajamu? Kau telah menghina Kaisar dan membuat malu seorang Pangeran, seorang Putera Mahkota! Tahukah kau akan dosamu yang besar ini?”

Dengan air mata menitik keluar dari pelupuk matanya, Goat Lan menganggukkan kepalanya.

“Hamba terpaksa… hamba tak dapat menerima kehormatan besar itu.”

Hanya kekerasan hatinya saja yang menahan Goat Lan tidak sampai menangis tersedu-sedu di situ!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar