Jumat, 16 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 104

Kwee Cin berkata bangga,
“Memang ilmu bambu runcing Ibu tidak ada bandingannya di atas dunia ini, akan tetapi kata Ayah, dalam hal ilmu pedang, tidak ada yang melebihi Ilmu Pedang Liong-cu Kiam-sut dari Kouw-thio!”

“Baiklah, Cin-ji, kelak kalau ada waktu, kau boleh mempelajari ilmu pedang dariku.”

Kwee Cin menjadi girang sekali dan ia lalu menarik tangan bibi dan pamannya itu, diajak masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, sebelum mereka melangkah ke ambang pintu, dari dalam keluarlah Kwee An dan Ma Hoa dengan wajah girang sekali. Kedua suami isteri ini telah mendengar dari pelayan akan kedatangan kedua orang tamu dari Shaning ini.

Mereka segera bercakap-cakap dengan gembira sekali, akan tetapi kegembiraan mereka itu tidak berlangsung lama, terutama bagi pihak tuan rumah. Ketika Lin Lin menceritakan kembali penuturan Kam Liong tentang peristiwa yang terjadi di istana kaisar dan hukuman yang dijatuhkan Kaisar kepada Goat Lan, wajah Ma Hoa menjadi pucat.

Seperti juga suaminya, Ma Hoa juga puteri seorang perwira, maka ia tahu betul akan arti semua peristiwa ini.

“Keputusan Kaisar tak dapat diubah. Tidak ada jalan lain, kita harus menyusul ke utara untuk membantu tugas yang diberikan kepada anak kita!” kata Ma Hoa setelah dapat menenteramkan hatinya dari berita mengejutkan ini.

“Memang kami berdua pun telah mengambil keputusan untuk menyusul ke sana,” kata Lin Lin yang kemudian menceritakan bahwa Hong Beng dan Goat Lan telah mendapat pertolongan Kam Liong bahkan telah diberi nasihat untuk menempati bekas benteng di lereng Bukit Alkata-san.

“Biar aku saja yang pergi bersama Lin Lin dan Cin Hai,” kata Kwee An kepada isterinya. “Kita tak dapat pergi berdua meninggalkan Cin-ji seorang diri di rumah. Banyak orang-orang jahat sedang memusuhi kita, maka tidak baik rumah ditinggalkan, apalagi kalau meninggalkan Cin-ji seorang diri tanpa ada yang menjaganya.”

“Ayah, aku mau pergi! Aku mau ikut pergi menyusul Enci Lan dan membantunya menghancurkan pengacau-pengacau yang mengganggu orang-orang di daerah perbatasan!” tiba-tiba Kwee Cin berkata dengan penuh semangat.

Anak ini nampak lucu sekali, kedua tangannya dikepal dan sepasang matanya bersinar-sinar!

“Tidak boleh, sama sekali tidak boleh!” kata ayahnya. “Perjalanan ke utara bukanlah perjalanan mudah. Kau tinggal di rumah dengan ibumu!”

Kwee Cin nampak murung, akan tetapi Ma Hoa yang dapat merasakan kebenaran ucapan suaminya ini, menghibur puteranya dan berkata,

“Ayahmu berkata benar, Cin-ji. Kau tidak boleh ikut dan kita berdua tinggal di rumah menjaga kalau-kalau ada musuh datang.”

“Kalau ada musuh datang, jangan sembunyikan aku di dalam kamar, Ibu. Biarkan aku ikut menghadapi mereka!”

Setelah ibunya menyanggupi, baru Kwee Cin tidak murung lagi. Cin Hai dan Lin Lin hanya bermalam satu malam saja di rumah Kwee An, dan pada keesokan harinya, Kwee An, Cin Hai dan Lin Lin berangkat naik kuda menuju ke utara.

**** 104 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar