Senin, 09 September 2019

Pendekar Remaja Jilid 141

“Kau menertawakan aku? Agaknya kau tidak tahu sampai dimana kelihaian Liong-coan-kiam ini!”

Sambil berkata demikian, Lili lalu mainkan pedangnya dengan hebat, menyerang nenek itu. Akan tetapi, pedangnya terbentur dengan tongkat bambu dan terpental kembali, diiringi suara ketawa nenek itu.

Lili tahu bahwa nenek ini tentu memiliki kepandaian tinggi, maka ia lalu mainkan jurus-jurus dari Liong-coan-kiam-sut ciptaan ayahnya. Pedangnya lenyap menjadi segulung sinar yang mengurung tubuh nenek itu. Akan tetapi ke manapun juga pedangnya berkelebat, selalu pedang ini terbentur kembali oleh tongkat bambu yang luar biasa itu dan tiba-tiba, dibarengi oleh suara ketawanya, nenek itu menggunakan tangan kanannya merampas pedang Lili!

Dengan amat mudahnya ia menangkap pedang itu dan membetotnya tanpa Lili dapat berdaya apa-apa! Dan ketika gadis ini memandang, ia membelalakkan kedua matanya karena sekali tekuk saja dengan jari-jari tangan kanannya, pedang Liong-coan-kiam telah dipatahkan!

“Nenek gila kau berani merusak pedangku?” bentak Lili dengan marah dan kini ia mengeluarkan kipasnya, kemudian tanpa menanti lagi ia lalu mainkan ilmu kipas yang ia pelajari dari Swi Kiat Siansu, yakni Ilmu Kipas San-sui-san-hoat yang lihai.

Kembali ia terperanjat ketika semua jurus dari San-sui-san-hoat diperlihatkan, sekali ulur tangannya saja nenek itu telah merampas kipasnya dan mematahkannya pula seperti pedang tadi!

Lili menjadi makin gelisah. Celaka pikirnya, sekarang aku menemui kematian di tempat ini. Akan tetapi ia tidak menjadi takut, bahkan mengambil keputusan untuk melawan sampai napas terakhir, ia kini maju menyerang dengan tangan kosong, dan mengeluarkan ilmu silat tangan kosong yang dipelajari dari orang tuanya, yaitu Pek-in-hoatsut diganti-ganti dengan Kong-ciak-sinna!

Dua macam ilmu silat tangan kosong ini adalah ilmu yang tangguh dari Bu Pun Su, akan tetapi menghadapi nenek ini agaknya seperti tenaga air sungai bertemu dengan laut karena nenek itu sambil tertawa-tawa kini juga mainkan Pek-in-hoatsut untuk melawan Lili! Akhirnya, Lili kehabisan tenaga dan robohlah ia pingsan di depan nenek itu saking lelah, lapar, marah dan putus harapan!

Ketika ia siuman kembali, nenek itu memberinya tiga butir buah hitam dan memberi tanda supaya ia makan buah itu. Lili merasa tubuhnya letih dan lapar, maka karena sudah tidak ada jalan keluar lagi, ia menjadi seperti seekor harimau betina yang menemui manusia kuat. Ia makan tiga butir buah itu yang ternyata enak dan wangi dan perutnya terasa penuh dan kenyang! Kemudian, nenek itu menggurat-guratkan ujung tongkatnya di atas lantai dan ternyata bahwa nenek itu telah menuliskan beberapa huruf yang cukup indah. Lili lalu membacanya,

“Kau berjodoh untuk menjadi muridku selama dua pekan. Kau harus mempelajari ilmu silat ciptaanku yang kuberi nama Hang-liong-cap-it-ciang-hoat (Ilmu Silat Penakluk Naga Sebelas Jurus). Akan tetapi ada syaratnya, yaitu di waktu kau masih mempelajari dan melatih ilmu silat ini selama satu bulan kau tidak boleh bicara dan harus bertapa gagu!”

Lili merasa aneh sekali akan tetapi setelah ia maklum bahwa ia tidak akan mati dan bahkan menjadi murid seorang yang pandai luar biasa, ia menjadi girang dan cepat menjatuhkan diri berlutut di depan nenek itu.

“Teecu akan mentaati semua perintah Suthai.”

Demikianlah, selama dua pekan, dara perkasa ini mempelajari semacam ilmu silat yang baru dan yang luar biasa lihainya, dan biarpun ilmu silat Hang-liong-cap-it-ciang-hoat hanya terdiri dari sebelas jurus, akan tetapi setiap jurus memerlukan gerakan yang sukar dan sempurna serta tenaga yang luar biasa.

Setiap hari, gurunya menempelkan telapak tangan kiri pada telapak tangan kanannya, sedangkan tangan kiri Lili lalu disuruh mendorong daun pintu itu untuk membukanya. Pertama kali Lili masih saja tidak kuat, kecuali setelah gurunya mengerahkan tenaga dan menyalurkannya melalui telapak tangannya. Begitu gurunya melepaskan tempelan telapak tangannya, pintu itu turun kembali tanpa Lili dapat menahannya!

Akan tetapi lambat laun, setelah sembilan hari, Lili dapat membuka daun pintu itu dengan tenaga sendiri! Ternyata bahwa lwee-kangnya telah meningkat secara luar biasa dan cepat sekali. Setelah dua minggu, tamatlah pelajarannya. Gurunya bertanya kepadanya melalui tulisan di atas lantai,

“Aku menurunkan ilmu silat ini kepadamu hanya karena kau pernah mempelajari Pek-in-hoatsut dari Lu Kwan Cu (Bu Pun Su). Pernah apakah kau dengan dia?”

“Dia adalah Sucouw-ku (Kakek Guruku),” jawab Lili, juga dengan tulisan di atas lantai karena ia menepati janjinya bertapa gagu selama sebulan! Kemudian ia menambahkan. “Dan bolehkah teecu bertanya, siapakah nama Suthai?”

Nenek yang seperti tengkorak itu hanya menuliskan tiga huruf di atas lantal yang berbunyi ,

“Bu-liang-sim” yang artinya “Tiada Pribadi”, kemudian ia menudingkan tongkatnya ke arah pintu gua mengusir Lili pergi dari situ.

Lili berlutut dan mencium tangan gurunya yang aneh ini sebagai tanda terima kasih, kemudian ia lalu membuka batu besar yang menjadi pintu gua dan keluar dari situ. Alangkah girangnya ketika ia melihat kelinci putih yang dulu dilempar keluar oleh gurunya masih berada di situ, akan tetapi kelinci ini telah menjadi begitu kurus karena selama dua pekan tidak makan!

Kalau dulu Lili ingin sekali makan dagingnya, sekarang gadis ini menjadi kasihan melihatnya. Ia memegang binatang itu pada kedua telinganya, lalu membawanya melompat ke atas, keluar dari sumur itu.

Setelah tiba di atas, ia lalu memandang ke kanan kiri dan melemparkan kelinci itu ke dalam semak belukar. Ia menarik napas panjang dengan penuh kebahagiaan karena merasa masih hidup setelah mengalami pengalaman yang hebat.

Kemudian, setelah ia menghafal keadaan sekeliling itu untuk mengingat tempat tinggal gurunya, ia lalu menggunakan semak-semak untuk menutupi lubang itu agar jangan sampai terlihat oleh orang lain. Kemudian pergilah dia dari situ, tidak lupa untuk melatih Ilmu Silat Hang-liong-cap-it-ciang-hoat yang masih dipelajarinya.

Biarpun ia telah kehilangan Liong-coan-kiam dan kipasnya, dua senjata yang diandalkannya akan tetapi sekarang karena ia telah mendapatkan ilmu silat yang luar biasa ini, ia merasa lebih percaya kepada diri sendiri daripada dahulu.

**** 141 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar