Rabu, 24 Juli 2019

Pendekar Remaja Jilid 058

Sementara itu, setelah dapat melarikan diri dari kuil dan meninggalkan Ban Sai Cinjin dan Toat-beng Lo-mo Wi Kong Siansu yang lihal, Lili lalu membawa Goat Lan untuk mampir ke rumah penginapan dan mengambil buntalan pakaiannya. Kemudian, pada pagi itu juga mereka lalu melarikan diri keluar dari dusun Tong-sin-bun.

“Ah, sungguh lihai tosu tua itu!” kata Goat Lan setelah mereka tiba di luar dusun. Ia berhenti dan memegang kedua tangan Lili. “Akan tetapi mengapa kau bisa berada di dalam kuil itu, Lili? Dan apakah yang terjadi? Pertemuanku dengan kau di tempat itu selain amat menggirangkan hati, juga amat mengejutkan dan mengherankan!”

Lili membalas pelukan Goat Lan dan berkata sambil tertawa.
“Sesungguhnya, aku sedang melakukan perjalanan untuk mengunjungi kau di Tiang-an.”

“Aih, aneh benar kau ini. Dari tempat tinggalmu ke Tiang-an, sama sekali tidak melewati tempat ini. Apakah kau tersesat jalan?”

Lili tersenyum lagi.
“Goat Lan, berjanjilah dulu, bahwa kau takkan membuka rahasiaku ini kepada orang lain. Juga tidak kepada ayah ibu, karena sesungguhnya aku telah mengambil jalan sendiri!”

“Rahasia apakah?” Goat Lan bertanya heran.

“Sesungguhnya, dari rumah aku berpamit untuk pergi ke Tiang-an dengan alasan sudah merasa rindu kepadamu. Akan tetapi, diam-diam aku tidak menuju ke rumahmu, melainkan membelok ke Tong-sin-bun untuk mencari musuh besarku, Bouw Hun Ti. Kau tentu sudah mendengar bahwa Bouw Hun Ti adalah murid dari Ban Sai Cinjin, maka aku langsung menuju ke sana untuk mencarinya. Nah, jangan kau ceritakan hal ini kepada ayah atau ibuku, karena mereka tentu akan marah besar. Memang ayah ibuku benar, karena hampir saja aku mendapat celaka besar.”

Maka berceritalah Lili tentang pengalamannya, akan tetapi tentu saja ia tidak menceritakan bahwa ketika ia tertawan, Kam Seng telah mencium jidatnya! Ia hanya memberitahukan kepada Goat Lan bahwa Kam Seng itu sesungguhnya adalah putera dari Song Kun, suheng dari ayah Lili!

“Dan bagaimana kau bisa kebetulan sekali datang pada malam hari tadi, Goat Lan?”

“Mari kita mengaso dulu dibawah pohon itu,” kata Goat Lan sambil menuju ke arah sebatang pohon besar di pinggir jalan. “Ceritaku agak panjang karena memang telah lama kita tidak saling bertemu. Mari kita duduk disana dan mari kuceritakan pengalamanku. Kau tentu akan tertarik mendengarnya. Karena ketahuilah bahwa aku pernah bertemu dengan Bouw Hun Ti musuh besarmu itu!”

Mereka lalu pergi dan duduk di bawah pohon yang rindang itu, dan berceritalah Goat Lan dengan jelas, didengarkan oleh Lili dengan asyiknya.

Memang sudah terlalu lama kita meninggalkan Goat Lan dan sepatutnya kita menengok keadaannya semenjak ia diambil murid Yok-ong Sin Kong Tianglo dan Im-yang Giok-cu.

Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Goat Lan dibawa oleh kedua suhunya ke Bukit Liong-ki-san, sebuah bukit yang puncaknya nampak di sebelah selatan kota Tiang-an. Dengan amat tekun dan rajinnya Goat Lan melatih diri dibawah bimbingan Sin Kong Tianglo dan Im-yang Giok-cu.

Selama delapan tahun ia berlatih silat, juga ia mempelajari ilmu pengobatan dari Yok-ong Sin Kong Tianglo. Kedua kakek ini merasa amat gembira melihat ketekunan dan kemajuan murid tunggal mereka dan menurunkan ilmu-ilmu silat yang paling tinggi.

Goat Lan tidak merasa kesepian oleh karena hampir sebulan sekali, ayah ibunya tentu datang menengoknya, bahkan ia menerima pula latihan ilmu silat dari kedua orang tuanya. Sebaliknya kedua orang suhunya pada waktu menganggur selalu bermain catur dan kedua orang kakek itu biarpun sudah seringkali mendapat petunjuk dari Goat Lan, tetap saja masih amat bodoh dalam hal permainan catur! Agaknya memang betul kata orang-orang dulu bahwa otak orang tua sudah menjadi keras dan tumpul!

Tidak saja Kwee An dan Ma Hoa seringkali berkunjung ke puncak Liong-ki-san, bahkan beberapa kali Pendekar Bodoh Sie Cin Hai dan isterinya, yaitu Lin Lin, membawa Lili naik ke gunung itu untuk mengunjungi. Oleh karena itu, hubungan antara Lili dan Goat Lan menjadi erat.

Delapan tahun kemudian, Sin Kong Tianglo dan Im-yang Giok-cu yang sudah merasa bahwa kepandaian yang mereka ajarkan kepada Goat Lan sudah cukup, kedua orang kakek yang kini telah berusia amat tua itu lalu kembali ke tempat tinggal masing-masing, yaitu di daerah utara.






Goat Lan kembali ke Tiang-an, melanjutkan pelajaran ilmu silatnya dari ayah bundanya sehingga ia kini menjadi seorang gadis yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kalau dibuat perbandingan, gadis muda ini memiliki lebih banyak ilmu silat yang tinggi-tinggi daripada ibu atau ayahnya, maka tentu saja Kwee An dan Ma Hoa menjadi amat bangga akan puteri tunggalnya ini.

Dua tahun lamanya Goat Lan mempelajari ilmu pedang dari ayahnya dan Ilmu Silat Bambu Runcing dari ibunya. Seperti ibunya, ia dapat mainkan Ilmu Silat Bambu Runcing ciptaan Hok Peng Taisu dengan amat baiknya dan bahkan berkat didikan Im-yang Giok-cu ia memiliki lwee-kang yang amat hebat serta gin-kang yang dilatihnya dari Sin Kong Tianglo membuat gerakannya laksana seekor burung walet.

Pada suatu hari, datanglah Im-yang Giok-cu yang membawa berita amat menyedihkan hati Goat Lan dan orang tuanya. Ternyata bahwa Sin Kong Tianglo yang sudah amat tua itu meninggal dunia di daerah utara.

“Sin Kong Tianglo meninggalkan sebuah pesanan untukmu, Goat Lan,” kata Im-yang Giok-cu setelah kesedihan Goat Lan agak reda. “Pada waktu ini, putera Kaisar yang menjadi Putera Mahkota, menderita sakit hebat sekali. Menurut Sin Kong Tianglo, obat satu-satunya yang dapat menyembuhkan penyakit pangeran itu hanyalah To-hio-giok-ko (Daun Golok Buah Mutiara) yang terdapat di daerah bersalju sebelah utara tapal batas. Dan karena mencari obat itulah maka ia menemui kematiannya! Tubuhnya yang amat tua itu tidak kuat menahan dingin dan karena serangan hawa dingin dan kelelahan, ia tewas disana!”

“Mengapa ia bersusah payah mencarikan obat untuk Putera Mahkota?” tanya Ma Hoa dengan heran.

Pertanyaan ini agaknya terkandung dalam pikiran Kwee An dan Goat Lan pula karena mereka juga memandang kepada Im-yang Giok-cu untuk mendengar bagaimana jawaban kakek itu.

Im-yang Giok-cu menurunkan guci araknya dan sebelum menjawab ia meneguk dulu araknya.

“Memang Raja Obat itu orangnya aneh sekali. Seperti juga aku tua bangka tiada guna, ia tidak menaruh perhatian tentang keadaan Kaisar dan keluarganya. Akan tetapi, sebagai seorang ahli pengobatan ia mempunyai satu kelemahan, yaitu selalu ingin menyembuhkan penyakit yang paling aneh. Selain daripada itu, harus diakui bahwa diantara para pangeran, maka Putera Mahkota boleh disebut seorang pemuda yang paling baik, mempunyai sifat-sifat baik dan agaknya kalau ia menjadi Kaisar kelak, ia akan menjadi seorang Raja yang bijaksana. Karena itulah, maka banyak sekali ahli pengobatan yang mencoba untuk menyembuhkannya, hanya untuk mencegah agar jangan sampai ada pangeran lain yang menggantikannya menjadi Putera Mahkota kalau ia meninggal.”

“Dan apakah pesan mendiang Suhu untukku?” tanya Goat Lan kepada suhunya yang kedua ini.

“Ia mengharuskan engkau untuk pergi ke utara mencari obat itu dan menyembuhkan penyakit Putera Mahkota!” jawab Im-yang Giok-cu sambil meneguk araknya lagi.

Goat Lan menerima berita ini dengan tenang saja, akan tetapi kedua orang tuanya saling pandang dengan muka berubah. Mereka telah maklum akan berbahayanya perjalanan ke daerah utara yang selain dingin juga banyak terdapat orang-orang buas dan jahat.

“Mengapa harus Goat Lan yang pergi mencari obat itu?” tanya Kwee An dan Ma Hoa menyambung dengan suara penasaran.

“Apakah tidak bisa orang lain yang mencarikannya?”

Im-yang Giok-cu tertawa bergelak.
“Tentu saja aku maklum akan kekhawatiranmu berdua. Siapa orangnya yang akan membiarkan Goat Lan pergi seorang diri ke tempat jauh itu? Akan tetapi Sin Kong Tianglo memang orang aneh!” Ia mengangguk-angguk lalu menyambung, “Aneh dan gila!”

Bagi Goat Lan, tidak aneh kalau Im-yang Giok-cu memaki gila kepada Sin Kong Tianglo, karena memang dua orang suhunya ini sudah biasa saling memaki!

“Dan susahnya, ini adalah pesannya, pesan orang yang hendak menghembuskan nyawanya. Pesan seorang yang sudah meninggal harus dilaksanakan dan dipenuhi, kalau tidak, ah… aku orang tua takkan dapat hidup tenang dan tenteram lagi. Arwah Sin Kong Tianglo tentu akan menjadi setan dan mengejar-ngejarku ke mana-mana. Pesannya ialah Giok Lan seorang, tidak boleh orang lain, harus melanjutkan usahanya mencari obat To-hio-giok-ko itu dan menyembuhkan penyakit Putera Mahkota.”

“Akan tetapi,” bantah Ma Hoa, “mengapa mendiang Sin Kong Locianpwe begitu mengkhawatirkan kesehatan Putera Mahkota dan tidak mempedulikan bahaya yang dapat menimpa diri anakku? Apakah ini adil namanya? Atau, apakah dia tidak sayang kepada muridnya?”

Im-yang Giok-cu tertawa bergelak.
“Belum kuceritakan yang lebih aneh lagi. Sesungguhnya Sin Kong Tiangto sendiri tidak berapa peduli apakah Putera Mahkota akan mati atau hidup, akan tetapi sampai pada saat terakhir, orang tua yang berkepala batu itu selalu hendak mempertahankan namanya! Ia memang angkuh dan menjaga namanya sebagai Yok-ong (Raja Obat)! Ketahuilah, secara kebetulan Yok-ong Sin Kong Tianglo tiba di kota raja dan ia bertemu dengan orang-orang kang-ouw ahli pengobatan yang terkenal dari seluruh daerah. Tentu saja, tukang obat bertemu ahli obat, mereka bicara asyik tentang hal pengobatan dan akhirnya mereka itu berdebat ramai sekali. Semua tukang obat yang berada di kota raja menyatakan bahwa untuk penyakit yang diderita oleh Putera Mahkota, tidak ada obatnya lagi di dunia ini.

Akan tetapi Yok-ong Sin Kong Tianglo menyatakan bahwa ada obatnya! Ia dibantah oleh banyak orang dan akhirnya semua orang minta bukti. Kakek gila itu menantang dan menyatakan kesanggupannya, bahwa ia akan mendapatkan obat itu dan menyembuhkan Putera Mahkota dengan taruhan bahwa kalau ia tidak bisa, ia tidak mau memakai gelar Yok-ong (Raja Obat) lagi! Nah, celakanya, ketika ia sedang mencari obat itu, ia terserang hawa dingin dan meninggal dunia. Masih baik bahwa ia bertemu denganku dan aku sudah menawarkan tenaga untuk melanjutkan usahanya mencari obat itu, akan tetapi ia tidak mau menerima tawaranku, katanya, harus muridku yang akan mencari obat dan menyembuhkan penyakit Putera Mahkota. Biarlah muridku sendiri yang menolong namaku dari hinaan orang, dan biar muridku yang membuktikan bahwa julukan Yok-ong bukanlah sia-sia belaka!”

Kwee An, Ma Hoa, dan Goat Lan mendengarkan penuturan ini dengan bengong. Tanpa diberitahu, mereka bertiga maklum bahwa hal ini menyangkut nama baik dan kehormatan Sin Kong Tianglo.

“Nah, kalian tahu sekarang mengapa dia menghendaki Goat Lan seorang yang mencari obat itu? Kakek gila itu takut kalau-kalau para ahli obat di dunia kang-ouw akan mencela, mentertawainya, dan menghina julukannya sebagai Yok-ong! Dan aku tahu, kalau terjadi hal demikian, nyawa Yok-ong itu tentu akan berkeliaran dan terutama sekali yang dijadikan sasaran adalah aku, karena akulah yang berjanji kepadanya untuk menyampaikan hal ini kepada Goat Lan dan membujuknya agar supaya suka berbakti kepadanya.”

“Baik, Suhu, teecu akan pergi melanjutkan usaha Suhu Sin Kong Tianglo!” tiba-tiba Goat Lan berkata dengan suara tetap.

Im-yang Giok-cu tertawa bergelak lalu menenggak araknya lagi.
“Ha-ha-ha, sudah kuduga!” katanya dengan mata dikedip-kedipkan girang. “Kalau tidak demikian jawabanmu, kau tentu bukan murid Yok-ong dan aku!”

Im-yang Giok-cu lalu menuangkan semua sisa araknya ke dalam perut lalu berkata lagi dengan wajah berseri,

“Goat Lan, Sin Kong Tianglo telah berkata kepadaku bahwa kalau kau sanggup melanjutkan usahanya dan mengangkat namanya sebagai Yok-ong, aku boleh memberikan barang warisannya ini!” Ia lalu mengeluarkan sebuah bungkusan segi empat yang tipis kepada muridnya.

Goat Lan menerimanya dan dengan hati-hati ia membuka bungkusan kain kuning itu dan ternyata bahwa di dalamnya terdapat sebuah kitab yang sudah usang dan kuning.

“Kitab obat dari Suhu!”

Goat Lan berseru dengan mata terbelalak. Pernah Yok-ong Sin Kong Tianglo menyatakan kepadanya bahwa banyak sekali orang-orang pandai dan orang-orang jahat yang menginginkan kitab itu, akan tetapi suhunya itu selalu menjaganya dengan baik-baik.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar