*

*

Ads

Jumat, 26 Juli 2019

Pendekar Remaja Jilid 062

Akan tetapi Goat Lan tidak mempedulikan ucapan ini, sebaliknya ia lalu memandang dengan penuh kebencian kepada Bouw Hun Ti dan berkata,

“Orang she Bouw, kalau aku tahu bahwa siluman yang malam tadi mengintai rumah kakek petani adalah jahanam yang bernama Bouw Hun Ti, tentu aku takkan mau melepaskanmu begitu saja! Bouw Hun Ti, bersiaplah kau untuk menebus semua dosa-dosamu dan mampus di tanganku!”

Sambil berkata demikian, Goat Lan mencabut keluar sepasang bambu runcingnya dan siap hendak menyerang Bouw Hun Ti.

“Eh, Nona manis, sudah miringkah otakmu? Kenapa kau tiba-tiba menjadi marah dan begitu membenciku?”

Bouw Hun Ti lebih merasa heran daripada marah mendengar makian itu karena sesungguhnya ucapan gadis ini tidak pernah disangkanya.

“Kau pernah menculik Lili puteri Pendekar Bodoh, juga secara kejam kau telah membunuh Kakek Yousuf! Kalau aku memberitahumu bahwa aku adalah puteri dari Kwee An, apakah otakmu yang tumpul masih tidak tahu mengapa aku hendak membunuhmu?”

Sambil berkata demikian secepat kilat tubuhnya berkelebat maju dan ia mengirim serangan maut ke arah tubuh Bouw Hun Ti. Orang she Bouw ini menjadi terkejut sekali ketika ia mendengar bahwa nona ini adalah puteri dari Kwee An dan lebih-lebih kagetnya ketika ia melihat serangan yang mendatangkan angin dingin mengerikan itu.

Ia cepat melompat mundur ke belakang, akan tetapi kedua ujung bambu runcing di tangan Goat Lan tidak mau melepaskannya dan terus mengejar hebat. Terpaksa Bouw Hun Ti mencabut keluar goloknya dan melakukan perlawanan sekuatnya. Akan tetapi, begitu goloknya bertemu dengan bambu runcing gadis itu, ia merasa tangannya tergetar dan secara aneh sepasang bambu runcing itu menggunting goloknya dan diputar sedemikian rupa sehingga goloknya kena dirampas!

Bouw Hun Ti berteriak kaget dan cepat ia melompat ke belakang tiga orang kakek yang memandang kagum.

“Sam-wi Lo-enghiong! Dia ini adalah keponakan Pendekar Bodoh dan seorang diantara musuh-musuhmu yang sombong itu!”

Thian-he Te-it Siansu melompat ke depan sambil menggerakkan payungnya. Senjata istimewa ini mengeluarkan angin sambaran yang kuat sekali sehingg Goat Lan cepat miringkan tubuh dan menyabetkan bambu runcingnya. Ia maklum bahwa kakek ini tinggi sekali ilmu silatnya, maka ia lalu berkata,

“Locianpwe, harap kau orang tua tidak mencampuri urusan pribadi orang lain!”

“Ha-ha-ha, Nona yang gagah perkasa! Kami bertiga sengaja datang turun gunung karena dimintai bantuan oleh sahabat Bouw Hun Ti. Kulihat kau mainkan Ilmu Silat Bambu Runcing dari Hok Peng Taisu, sungguh mengagumkan! Biarlah kita main-main sebentar dan berilah kesempatan kepadaku untuk merasakan kelihaian bambu runcing dari Hok Peng Taisu!” sambil berkata demikian, payungnya meluncur ke depan dan ternyata bahwa ujung payung yang tumpul itu dipergunakan untuk menotok jalan darah lawan!

Gerakannya cepat dan bertenaga besar, sedangkan tiap kali payung itu ditarik kembali, maka cabang-cabangnya berkembang merupakan perisai (tameng) yang kuat untuk menjaga diri!

“Twa-suheng (Kakak Seperguruan Tertua), jangan borong sendiri, biarkan siauwte (Adik) merasai kelihaian Nona ini!” seru Lak Mou Couwcu yang segera memutar rantai bajanya.

Memang ketiga orang kakek ini paling suka bertempur. Di dalam dunia persilatan tingkat tinggi, hanya ada dua rombongan orang aneh yang paling doyan bertempur. Rombongan pertama adalah Hek Pek Mo-ko (Dua Saudara Setan Hitam dan Putih) yang amat ditakuti orang karena tiap kali kedua orang saudara ini turun tangan dalam pertempuran, pasti mereka membunuh orang. Keduanya merupakan manusia buas yang haus darah. Berkelahi dan membunuh orang merupakan “hobby” (kesukaan) mereka, tanpa mempedulikan siapakah orang yang dibunuhnya itu dan apa alasannya!

Pembaca dari cerita Pendekar Bodoh tentu masih ingat bahwa Hek Mo-ko menjadi guru dari Kwee An dan betapa kedua orang Iblis Hitam dan Putih ini kemudian tewas karena bertempur sendiri.

Rombongan ke dua yang paling doyan berkelahi adalah Hailun Thai-lek Sam-kui ini. Juga bagi mereka ini, pertempuran merupakan kebiasaan dan kesukaan, sungguhpun sifat mereka berbeda dengan Hek Pek Mo-ko.






Ketiga orang kakek ini suka berkelahi dan mencoba kepandaian orang lain, hanya untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kepandaian yang lebih unggul! Mereka tidak biasa membunuh lawan yang mereka kalahkan, cukup asal mempermainkan mereka saja dan memaksa agar lawan-lawan mereka itu mengaku kalah!

Di dalam setiap pertempuran, ketiganya tentu maju bersama, bukan dengan maksud mengeroyok karena sifat mereka curang, melainkan tak seorang pun diantara mereka yang mau mengalah dan yang mau tinggal diam, karena ketiganya haus akan kemenangan dan ingin mempunyai saham dalam kemenangan itu!

Demikianlah, ketika Thian-he Teit Siansu menyerang Goat Lan, Lam Mou Couwsu si kakek gemuk bertopi pendeta Buddha itu lalu maju pula menyerang, dan Si Tinggi Kurus pun lalu melompat maju memutar tongkatnya!

Tentu saja Goat Lan merasa mendongkol sekali melihat betapa Hailun Thai-lek Sam-kui yang terkenal memiliki kepandaian tinggi itu mengeroyoknya. Hal ini ia anggap amat tidak tahu malu dan curang. Lenyaplah semua penghormatannya terhadap tiga orang kakek ini.

“Bagus, tidak tahunya kalian hanyalah tua-tua bangka tidak tahu malu!” teriaknya sambil memutar sepasang bambu runcingnya dengan cepat sekali sehingga sepasang senjata ini berubah menjadi dua sinar kuning yang bergulung-gulung!

Melihat betapa tiga orang kakek sakti itu mengeroyok Goat Lan, Bouw Hun Ti diam-diam tersenyum girang. Dari serangan tadi, ia telah maklum akan kelihaian gadis puteri Kwee An ini, maka kalau tidak dilenyapkan sekarang, mau tunggu kapan lagi? Ia lalu melompat maju dengan golok di tangan, akan tetapi tiba-tiba terdengar suara keras dan goloknya terlempar lagi dari pegangan!

Kalau tadi sepasang bambu runcing di tangan Goat Lan telah melemparkan goloknya yang diambilnya kembali, kini goloknya terlempar lebih jauh lagi. Ia menjadi sangat terkejut karena tahu bahwa yang menangkis goloknya dan membuat senjatanya terlempar itu adalah rantai baja di tangan Lak Mou Couwsu!

“Minggirlah dan jangan mengganggu kami kalau kami sedang bermain-main dengan Nona ini!” Lak Mou Couwsu berkata. “Gangguanmu itu sama artinya dengan penghinaan!”

Bukan main heran dan kagetnya hati Bouw Hun Ti menyaksikan watak yang aneh ini. Terpaksa ia mengambil kembali goloknya dan berdiri menonton saja, sama sekali tidak berani coba-coba lagi untuk membantu.

Sementara itu, Goat Lan merasa amat gelisah ketika mendapat kenyataan bahwa ilmu silat ketiga orang kakek ini benar-benar tinggi dan lihai. Kalau saja mereka maju seorang demi seorang, agaknya ia masih akan sanggup melawannya, akan tetapi dikeroyok tiga oleh tiga orang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian tinggi, sebentar saja ia telah terkurung dan sinar senjatanya makin rnengecil, tanda bahwa gerakannya amat terkurung dan tidak leluasa.

Ia hanya mengandalkan kegesitan tubuhnya, untuk mengelak dan menangkis setiap serangan yang datang. Yang membuat ia terheran dan mendongkol adalah kenyataan bahwa tiga orang kakek ini tidak bermaksud mencelakakannya. Setiap kali senjata mereka telah mendekat tubuhnya, maka senjata itu tiba-tiba ditarik kembali dan terdengar suara kakek-kakek itu tertawa mengejek! Goat Lan merasa dirinya dipermainkan, maka ia lalu menahan napas mengumpulkan semangat untuk mengadakan perlawanan yang hebat.

Tiba-tiba dengan seruan keras, ujung rantai baja di tangan Lak Mau Couwsu menangkap dan membelit kedua bambu runcingnya dan dari kiri menyambarlah ujung payung Thian-he Te-it Siansu menotok nadi tangannya ditambah lagi dengan totokan dari kanan oleh ujung tongkat Bouw Ki si tinggi kurus ke arah nadi tangan kanannya!

Terpaksa untuk menolong kedua tangannya, Goat Lan melepaskan sepasang bambu runcingnya. Terdengar gelak terbahak dari ketiga orang kakek itu,

“Aduh, sungguh lihai Ilmu Silat Bambu Kuning dari Hok Peng Taisu!” kata Si Kakek Kate.

“Hayo, mengakulah bahwa kau kalah terhadap kami!” seru Lak Mou Couwsu sambil melemparkan sepasang bambu runcing itu ke atas tanah.

“Akuilah bahwa kami Hailun Thailek Sam-kui lebih menang daripada Hok Peng Taisu yang terkenal!” juga Bouw Ki mendesak.

Akan tetapi, Goat Lan adalah puteri dari suami isteri pendekar besar gagah berani, juga murid dari guru-guru besar yang sakti. Mana dia mau mengaku kalah begitu saja? Sambil menggertak gigi, ia lalu mainkan serangan dari Ilmu Silat Im-yang-sin-na, yaitu ilmu silat dari suhunya Ciu-sin-mo Im-yang Giok-cu tokoh Kun-lun-san yang terkenal itu!

Thian-he Te-it Siansu cepat menyambut serangan ini dengan gembira, dan setelah bertempur sepuluh jurus, ia berkata dengan gembira,

“Aduh! Bukankah ini Im-yang Sin-na dari Kun-lun-pai? He, Nona kau tentu murid dari Im-yang Ciok-cu, tosu pemabukan itu, bukan?”

“Memang Im-yang Giok-cu adalah Suhuku!” jawab Goat Lan dan memperhebat serangannya.

“Bagus!”

Lak Mou Couwsu dan Bouw Ki berseru keras.
“Hari ini benar-benar kita beruntung sekali! Setelah mencoba kepandaian dari Hok Peng Taisu dan berhasil mengalahkannya, sekarang mendapat kesempatan untuk mengalahkan Im-yang Giok-cu sutenya! Ha-ha-ha!”

Mereka lalu maju menyerbu lagi dan kembali Goat Lan yang bertangan kosong dikeroyok tiga oleh Thai-lek Sam-kui yang bersenjata aneh!

Memang guru Goat Lan yang bernama Im-yang Giok-cu adalah sute (adik seperguruan) dari Hok Peng Taisu. Ilmu Silat Im-yang-sin-na yang dimainkan oleh Goat Lain adalah ilmu silat yang memang khusus dipergunakan untuk menghadapi lawan yang bersenjata. Kalau saja yang mengeroyok Goat Lan orang lain yang tingkat kepandaiannya seperti Bouw Hun Ti saja, besar kemungkinan ia akan dapat merampas senjata-senjata para pengeroyoknya.

Akan tetapi, yang ia hadapi sekarang adalah Thai-lek Sam-kui, tokoh-tokoh persilatan yang amat tinggi ilmu kepandaiannya, maka biarpun senjata-senjata mereka hanya senjata aneh yang sederhana saja, namun sukarlah baginya untuk dapat merampas senjata mereka! Kembali ia terkurung dan terdesak hebat!

Pada suatu saat, dengan amat jitunya, ujung payung di tangan Thian-he Te-it Siansu telah menotok pundak kanan Goat Lan di bagian jalan darah Kim-seng-hiat! Kalau orang lain yang tertotok, betapapun lihainya, tentu tubuh atas bagian kanan akan menjadi kaku dan tak berdaya lagi.

Akan tetapi Goat Lan tidak percuma menjadi murid tersayang dari Yok-ong Sin Kong Tianglo Si Raja Obat, tokoh yang amat terkenal karena kepandaiannya dalam hal pengobatan. Dari suhunya ini, Goat Lan telah banyak mempelajari ilmu kepandaian untuk mengobati segala macam luka dan penderitaan tubuh, juga tentang penotokan berbagai pukulan yang berbahaya.

Begitu merasa pundaknya kaku karena totokan yang lihai itu, tiba-tiba tubuhnya melompat ke atas mengandalkan tenaga kedua kaki, berjungkir balik di udara sambil mengeluarkan seruan keras dari dalam dada, “Hu! Hu! Hu!” Kemudian setelah tubuhnya tiba di atas tanah, ia sengaja menjatuhkan tubuhnya dengan pundak kanan di bawah, lalu bergulingan beberapa kali. Dan ketika ia melompat kembali, ternyata bahwa totokan pada jalan darah Kim-seng-hiat di pundak kanannya itu telah sembuh!

Melihat perbuatan gadis ini, ketiga orang kakek itu saling pandang dengan mata terbelalak. Thian-he Te-it Siansu lalu maju selangkah dan berkata dengan suara menyatakan keheranannya.

“Hai! Bukankah yang kau perlihatkan barusan adalah Ilmu Menolak Tiam Hwat dari Yok-ong Sin Kong Tianglo?”

“Dia adalah Suhuku juga!” jawab Goat Lan dengan singkat dan marah karena ia masih merasa mendongkol sekali.

“Hebat!” kakek kate itu memuji. “Kau menjadi seorang muda yang benar-benar beruntung. Mewarisi kepandaian Hok Peng Taisu, Im-yang Giok-cu, dan Sin Kong Tianglo! Nona, kalau kau tidak memberi tahu bahwa kau adalah murid Sin Kong Tianglo, hal itu masih tidak apa. Akan tetapi setelah kami tahu bahwa kau adalah murid Sin Kong Tianglo, kami takkan dapat melepaskan kau sebelum kau menyerahkan Thian-te-ban-yo Pit-kip (Kitab Rahasia Selaksa Pengobatan Bumi Langit)! Bukankah gurumu itu setelah meninggal dunia lalu meninggalkan kitab obatnya kepadamu?”

Goat Lan terkejut sekali. Benar seperti telah dikatakan oleh gurunya, Im-yang Giok-Cu, bahwa banyak sekali orang-orang kang-ouw yang menghendaki kitab rahasia yang amat berharga itu. Dan kini ketiga orang iblis tua ini telah dapat menduganya, celaka! Mengingat akan kelihaian ketiga orang tua ini, tanpa banyak cakap lagi Goat Lan lalu melompat pergi sambil mengerahkan tenaga dan kepandaiannya melarikan diri!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar