*

*

Ads

Sabtu, 03 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 076

“Aku tidak tahu siapa Ang I Niocu dan siapa pula pemuda itu, akan tetapi ilmu kepandaiannya memang hebat,” tiba-tiba Lo Sian berkata. “Aku masih ingat kepada Lie Kong Sian dan agaknya pemuda itu memang patut menjadi putera Lie Kong Sian. Ilmu sitatnya tinggi dan tadi ia merampas sepatumu hanya untuk membalas penghinaan yang berkali-kali kau lakukan kepadanya.”

Thian Kek Hwesio memandang heran kepada pembicara ini,
“Eh, Sicu, apa rnaksudmu? Mengapa kau menyatakan bahwa Nona Sie telah menghinanya berkali-kali?”

Lo Sian yang telah waras pikirannya dan memiliki pemandangan yang lebih awas dari Thian Kek Hwesio berkata tenang,

“Lo-suhu, di dalam pertempuran tadi, Nona ini memang selalu menjadi pendesak dan lebih lihai kepandaiannya. Akan tetapi Nona ini sengaja tidak mau melukai dan merobohkan lawan, selalu memberi ampun dan menarik kembali serangannya pada saat pedangnya akan mengenai sasaran. Di dalam sebuah pibu, tentu saja hal ini dianggap gerakan yang amat menghina dan merendahkan lawan. Bagi seorang gagah, lebih baik dirobohkan daripada diberi ampun dan diberi kesempatan melepaskan diri dari ancaman senjata!”

Merahlah wajah Lili setelah mendengar ucapan Lo Sian ini. Tak disangkanya bahwa suhunya masih bermata setajam itu dan dapat melihat semua gerakannya! Akan tetapi, hwesio gendut itu menggeleng-geleng kepala dan menghela napas berkati-kali.

“Kalian ini orang-orang dunia persilatan benar-benar aneh sekali! Untung pinceng tak pernah mempelajari ilmu silat, karena kalau pinceng dulu mempelajarinya, entah sudah berapa kali pinceng harus berkelahi seperti binatang buas!”

Terpaksa Lili menerima pemberian Thian Kek Hwesio yaitu sepasang sepatu hwesio yang besar. Ia memotong dan menjahit lagi sepatu itu, dikecilkan untuk dapat dipakai oleh sepasang kakinya yang kecil mungil. Kemudian ia membujuk kepada Lo Sian untuk ikut dengan dia ke rumah ayah-bundanya di Shaning.

“Aku tidak kenal siapa adanya ayahmu yang bernama Pendekar Bodoh itu, akan tetapi oleh karena aku yakin bahwa dulu tentu aku pernah mengenalmu dan tahu bahwa kau adalah seorang yang mulia, maka biarlah aku ikut dengan kau, Nona.”

“Suhu, mengapa kau menyebutku nona saja? Sungguh tidak enak bagiku. Sebutlah saja namaku seperti dulu, yaitu Lili!” kata Lili cemberut.

Lo Sian tersenyum. Air mukanya mulai berseri dan bercahaya seakan-akan kehidupan baru memasuki tubuhnya. Ia merasa gembira dapat melihat kejenakaan, kemanjaan, dan kegagahan nona ini, maka ia lalu menjawab,

“Baiklah, Lili, sungguhpun aku sama sekali tidak mengerti mengapa kau menyebutku Suhu, padahal kalau melihat kepandaianmu, lebih patut akulah yang menjadi muridmu!”

Demikianlah, setelah menanti sampai tiga hari akan tetapi tidak melihat kedatangan Hong Beng dan Goat Lan, Lili menjadi hilang sabar dan ia mengajak Lo Sian menuju ke Shaning kembali ke rumah orang tuanya.

Di sepanjang jalan tiada hentinya ia menuturkan hal-hal yang terjadi di waktu dahulu kepada Lo Sian, namun, Sin-kai Lo Sian mendengar ini sebagai hal yang baru sama sekali dan ia tidak ingat apa-apa melainkan kematian Lie Kong Sian! Ini pun tak ia ketahui sebab-sebabnya. Lupalah ia akan nama-nama seperti Ban Sai Cinjin, Hok Ti Hwesio, Mo-kai Nyo Tiang Le dan yang lain-lain.

**** 076 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar