Sabtu, 03 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 079

Setelah dapat berdiri lagi, ketiga orang itu lalu memungut tongkat ular yang tadi terlepas dari pegangan, kemudian mereka berkata kepada tuan rumah,

“Kami telah menerima kalah, akan tetapi harap kalian siap menghadapi pembalasan ketua-ketua kami!” Setelah demikian, dengan terpincang-pincang ketiga orang itu lalu pergi dari situ.

Barulah terdengar sorak-sorai dari para anggauta Hek-tung Kai-pang karena kemenangan mutlak dari ketua-ketua mereka ini. Akan tetapi Hek Liong lalu mengangkat tangan memberi tanda kepada mereka agar supaya diam.

“Kawan-kawan,” katanya dengan wajah muram, “hari ini adalah hari yang sial bagi kita, tak boleh kita bersuka-ria karenanya. Ketahuilah bahwa baru tiga orang dari Coa-tung Kai-pang tadi saja sudah demikian lihai, padahal mereka itu adalah orang-orang bertingkat dua. Kalau ketua mereka yang datang, belum tentu kami berlima akan kuat menghadapinya. Sekarang karena kekalahan mereka tadi, pihak Coa-tung Kai-pang tentu tak akan tinggal diam. Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga dan betapapun juga daripada harus tunduk kepada Coa-tung Kai-pang yang jahat, lebih baik kita hancur lebur!”

“Setuju! Setuju!” terdengar jawaban para pengemis yang bersemangat gagah itu.

Kemudian, Hek Liong berpaling kepada Hong Beng dan dengan suara keren ia berkata,
“Orang muda, tadi kami tidak berani menantangmu oleh karena kami tadi untuk sementara meletakkan jabatan. Setelah sekarang kami diangkat kembali, maka menjadi kewajiban kamilah untuk menegurmu! Kau kemarin telah melukai orang-orang kami dan setelah kau melihat kelihaian kami tadi, apakah kau tidak lekas-lekas minta maaf? Ketahuilah, bahwa kami bukanlah orang-orang yang suka menaruh dendam, asal saja kau suka minta maaf, kami akan memandang muka Li-hiap murid Sin Kong Tianglo yang menjadi sahabatmu ini untuk memaafkan kau dan melupakan segala peristiwa kemarin.”

Mendengar ucapan yang mengandung sedikit kebanggaan atas kemenangan tadi, Hong Beng tersenyum. Akan tetapi ia tidak menjawab, sebaliknya, ia menunjuk ke arah tubuh It-ci-sin-kang Cong Tan yang masih rebah di atas tanah tak bergerak.

“Eh, Hek-pangcu, apakah kau lupa orang itu? Apakah kau akan membiarkan ia mati disitu?”

Barulah Hek Liong dan adik-adiknya teringat akan Cong Tan yang tadi telah terkena totokan, maka cepat mereka menghampiri Cong Tan.

“Pergilah kau dari sini!” kata Hek Liong sambil menepuk pundak orang itu.

Akan tetapi, alangkah kagetnya ketika ia melihat betapa tubuh Cong Tan masih saja kaku tak dapat bergerak dengan mata melotot! Ia mengira bahwa tepukannya untuk membebaskan totokannya sendiri tadi kurang tepat, maka ia menepuk lagi, bahkan mengurut urat pundak bekas lawan itu.

Akan tetapi sia-sia belaka, tubuh Cong Tan tetap kaku tak dapat bergerak. Lima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu menjadi terheran-heran dan seorang demi seorang mereka turun tangan untuk membebaskan Cong Tan dari pengaruh totokan. Namun percuma saja, tak seorang pun diantara mereka dapat menolong.

“Celaka!” terdengar Hek Liong berkata. “Yang terkena totokan adalah jalan darahnya Keng-hin-hiat, kalau tidak dapat dilepaskan ia akan mati dalam waktu setengah hari!”

Tiba-tiba terdengar angin menyambar dan ketika lima orang itu menengok, ternyata Goat Lan telah melompat ke tempat itu. Gadis ini amat tertarik melihat keadaan yang aneh itu, dan sebagai seorang ahli pengobatan murid Sin Kong Tianglo, tentu saja ia amat tertarik dan ingin menyaksikan dengan mata sendiri.

“Ngo-wi harap mundur dan biarkan aku memeriksanya!” kata gadis ini dan kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu lalu melangkah mundur karena mereka maklum bahwa dara jelita ini adalah seorang ahli pengobatan yang amat terkenal di dunia kang-ouw.

Goat Lan segera berjongkok dan memeriksa keadaan tubuh Cong Tan yang masih kaku. Beberapa kali ia memijit pundak yang tertotok itu dan akhirnya ia tersenyum, lalu berkata kepada para ketua yang masih merubungnya dengan muka heran.

“Ngo-wi Pangcu, ketahuilah bahwa orang ini pernah meyakinkan Ilmu Pi-ki-hu-Nat (Menutup Hawa Melindungi Jalan Darah), akan tetapi pelajaran yang dilatihnya itu belum sempurna benar. Ia telah mempelajari ilmu itu di bagian penggunaan hawa tubuh untuk membuyarkan totokan pada jalan darah. Maka ketika tadi tertotok roboh, ia telah berusaha mengumpulkan hawa tubuhnya untuk membuka totokan itu, akan tetapi oleh karena ia belum paham betul, maka penggunaannya salah, tidak diatur bersama dengan pernapasannya. Karena itu maka sekarang hawa itu berkumpul di pundaknya, menutup jalan darahnya yang masih tertotok sehingga ketika Ngo-wi mencoba melepaskannya, tentu saja terhalang oleh hawa tubuh yang berkumpul ini!”

Setelah berkata demikian, Goat Lan lalu mencabut tusuk kondenya dari perak dan dengan gerakan cepat sekali ia menusukkan ujung tusuk kondenya yang runcing itu pada pundak Cong Tan yang tertotok.






“Aduuuh…!”

It-ci-sin-kang Cong Tan pulih kembali. Orang ini lalu bangun berdiri, memandang kepada Goat Lan dengan mata melotot lalu memaki,

“Perempuan kurang ajar! Kau telah melukai dan mempermainkan aku dalam keadaan aku tidak berdaya! Kau harus menebus kekurang ajaranmu itu!”

Sambil berkata demikian Cong Tan yang galak segera menyerang Goat Lan dengan jari tangan terbuka, menotok dada gadis itu! Goat Lan sempat melompat ke belakang sambil memandang heran.

Kelima orang ketua dari Hek-tung Kai-pang itu menjadi marah dan mendongkol sekali. Ditolong orang tidak berterima kasih, bahkan lalu menyerang penolongnya, aturan manakah ini? Akan tetapi melihat gerakan mereka, Goat Lan tersenyum dan berkata,

“Biarlah Ngo-wi Pangcu, biar ia melepaskan kemarahannya kepadaku!”

Terpaksa kelima orang she Hek itu lalu mundur, membiarkan Goat Lan menghadapi It-ci-sin-kang Cong Tan yang marah-marah. Memang Cong Tan tadi merasa mendongkol dan malu sekali karena ia yang tadinya menyombongkan kepandaiannya dan hendak merebut kedudukan pangcu dari Hek-tung Kai-pang, baru beberapa jurus saja sudah tertotok seperti arca bergelimpangan!

Dan ketika Goat Lan menolongnya, ia sebetulnya sama sekali tidak mengerti bahwa dirinya ditolong dan dikiranya bahwa nona itu mempermainkannya dan sengaja melukai pundaknya, maka ia menjadi makin marah sekali. Untuk melampiaskan kemendongkolannya kepada para ketua Hek-tung Kai-pang, ia tidak berani karena merasa tidak dapat menang, maka kini ia sengaja hendak memperlihatkan kepandaiannya dengan menyerang gadis ini. Mustahil ia akan kalah menghadapi seorang gadis muda seperti ini?

“Rasakanlah pembalasan dari It-ci-sin-kang Cong Tan!” serunya sambil menyerbu Goat Lan yang berdiri dengan tenang itu.

Cong Tan memang bertenaga besar, ia ahli tenaga gwa-kang dan setiap hari berlatih diri di rumahnya dengan mengangkat dan mempermainkan batu-batu besar yang beratnya ratusan kati, juga ia telah metatih jari-jari tangannya sehingga jari-jari tangan itu dapat memukul hancur batu! Yang hebat adalah dua jari tangan kanan dan kirinya, yaitu telunjuk dan jari tengah, karena ia bersilat dengan jari-jari ini terbuka, digunakan untuk menotok jalan darah lawan!

Akan tetapi, segera ia mendapat kenyataan bahwa bertempur melawan gadis cantik jelita yang mengeluarkan bau harum seperti kembang ini, sama halnya dengan bertempur melawan bayangannya sendiri di waktu terang bulan. Kemana juga ia menubruk dan menyerang, selalu yang tertangkap dan terpukul olehnya hanyalah angin belaka! Ia laksana seekor kerbau gila yang menyerang kain merah yang diikatkan di depan tanduknya. Menubruk sana menyerang sini, selalu mengenai angin.

Goat Lan sambil tersenyum-senyum mempermainkan orang ini. Hitung-hitung latihan, pikirnya! Tiga puluh jurus telah lewat dengan cepat dan karena setiap pukulan yang dikeluarkan oleh Cong Tan disertai tenaga gwa-kang yang besar, maka setelah menyerang tiga puluh jurus, tubuh orang ini telah basah kuyup oleh peluhnya sendiri.

Hong Beng menonton pertempuran itu dengan tersenyum simpul dan ia merasa geli melihat lagak Cong Tan, juga ia diam-diam menggelengkan kepalanya melihat kejenakaan tunangannya yang mempermainkan orang besar itu.

Adapun kelima orang ketua she Hek itu berdiri menonton sambil membelalakkan mata. Baru sekarang mereka menyaksikan gin-kang yang luar biasa lihainya. Hampir mereka tak dapat percaya betapa dengan hanya mengandalkan keringanan tubuh nona itu dapat menghindarkan seluruh penyerangan Cong Tan.

Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dari Goat Lan dan tubuhnya lenyap dari pandangan mata lawannya. Karuan saja Cong Tan menjadi terkejut sekali. Terdengar suara tertawa di sebelah belakang dan telinganya mendapat sentilan yang keras sehingga tcrasa pedas sekali.

Cepat ia mengayun kedua tangan ke belakang, memukul lawannya yang ternyata sudah berada di belakangnya itu. Akan tetapi, hanya nampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu gadis itu telah berada di belakangnya pula, kini mengirim tendangan perlahan ke arah punggungnya sehingga ia merasa tulang punggungnya sakit sekali hampir patah-patah!

Demikianlah, dengan mengeluarkan gin-kangnya yang paling tinggi, Goat Lan melompat-lompat dan membuat lawannya berputar mengejar angin! Akhirnya saking jengkel, pening dan lelah, It-ci-sin-kang Cong Tan Si Jari Lihai tak dapat mempertahankan dirinya lagi. Bumi yang dipijaknya serasa berputar-putar, matanya melihat ribuan bintang menari-nari dan robohlah dia bagaikan orang mabuk!

Setelah peningnya lenyap, tanpa mempedulikan suara tertawa yang riuh dari para pengemis Tongkat Hitam, It-ci-sin-kang Cong Tan lalu melompat dan berlari bagaikan seekor anjing terkena pukulan.

Kini kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu kembali menghadapi Hong Beng, dan Hek Liong berkata,

“Bagaimana, orang muda? Sebagaimana telah kukatakan tadi sebelum ada gangguan dari si sombong itu, diantara kami Hek-tung Kai-pang dan kau orang muda she Sie tidak ada permusuhan sesuatu. Akan tetapi, kau telah menghina kami dan melukai beberapa orang anggauta kami, maka kami harap kau suka minta maaf agar kami tidak terpaksa melanjutkan pertikaian kecil yang tidak ada artinya ini.”

“Maaf, Pangcu,” jawab Hong Beng dengan tenang sekali. “Aku bersedia minta maaf andaikata kedatanganku ini dianggap lancang dan mencampuri urusan kalian. Akan tetapi, untuk satu hal itu, sukarlah bagiku untuk minta maaf. Ketahuilah Pangcu, kemarin ketika aku datang ke tempat ini, aku melihat kawan-kawanmu telah mengeroyok seorang pendekar budiman sehingga tentu saja aku tidak dapat membiarkan begitu saja satu orang dikeroyok sedemikian rupa oleh kawan-kawanmu. Dalam hal ini, kawan-kawanmulah yang bersalah dan sudah sepatutnya kalau kawan-kawanmu itu yang minta maaf kepada pendekar yang sedang menderita sakit itu!”

Hek Liong mengerutkan keningnya, tanda bahwa ia tidak puas mendengar jawaban ini.
“Saudara Sie! Kami dapat menerima ucapanmu tadi. Menurut penuturan kawan-kawan kami, orang gila kemarin itu telah mengacau dan menghina kawan-kawan kami, dan dia dikeroyok oleh karena kepandaiannya lebih tinggi daripada kepandaian kawan-kawan kami. Kau sebagai orang luar, telah membantu sepihak tanpa melihat dulu sebab-sebab pertempuran. Maka sekarang, karena kau telah datang kesini dan untuk mempertahankan nama dan kehormatan kami, kami ingin sekali menerima pelajaran darimu!”

Sambil tersenyum tenang Hong Beng bangun berdiri dari tempat duduknya. Memang inilah maksud kedatangannya, untuk mencoba kepandaian kelima orang ketua itu. Memang mungkin juga ia mencegah pibu ini dengan memberi penjelasan dan memperkenalkan siapa adanya pengemis yang dianggap gila itu. Akan tetapi ia bersabar dulu dan sebelum memperkenalkan Lo Sian, ia hendak lebih dulu merasai bagaimana lihainya kelima orang pangcu itu.

“Pangcu,” katanya dengan mulut masih tersenyum, “aku sudah datang dan menurut kata-kata orang perkenalan akan menjadi lebih erat setelah dua pihak mengadu tenaga dan mengukur kepandaian masing-masing. Sebelum kita melanjutkan percakapan kita, marilah kita main-main sebentar!”

Lima orang ketua dari Hek-tung Kai-pang itu lalu berdiri dan siap menanti di lapangan pertempuran yang tadi. Semua pengemis lalu mengurung lapangan itu dan memilih tempat duduk, dengan wajah tenang akan tetapi sinar mata gembira mereka siap menonton pertandingan ilmu silat yang ramai!

Para ketua mereka tadi telah memperlihatkan kepandaian mereka, dan pemuda yang tampan itu sudah menyaksikannya pula, akan tetapi sekarang pemuda itu berani menghadapi lima orang ketua itu, mudah saja diduga oleh para pengemis yang kesemuanya memiliki ilmu silat itu bahwa pemuda ini tentulah memiliki kepandaian tinggi!

Adapun Goat Lan yang tadipun telah menyaksikan kepandaian lima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu, merasa ragu-ragu apakah Hong Beng akan dapat menandingi mereka. Biarpun gadis ini tidak ragu-ragu lagi akan kelihaian tunangannya, akan tetapi menghadapi lima orang ketua itu pun bukanlah hal yang ringan. Betapapun juga, lima orang ketua itu telah merasa jerih kepadanya, dan kalau ia ikut mencampuri urusan ini, tentu akan berkurang kegagahan dan kejantanan Hong Beng dalam pandangan mata mereka. Maka ia diam saja, duduk sambil tersenyum manis.

“Silakan, Ngo-wi Pangcu, terserah kepada Ngo-wi apakah hendak menyerang dengan bertangan kosong ataukah dengan senjata!” kata Hong Beng dengan sikapnya yang tenang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar