Sabtu, 03 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 080

“Kami adalah tuan rumah,” jawab Hek Liong, “dan kau adalah tamu kami. Sudah sepatutnya kalau tuan rumah melayani kehendak tamu. Silakan kau saja yang menentukan, Sie-enghiong, kami hanya melayani saja.”

Hong Beng berpikir cepat. Dalam hal pibu, orang tidak boleh berlaku sungkan-sungkan, apalagi menghadapi keroyokan lima orang seperti Ngo-hengte ketua Hek-tung Kai-pang ini. Kalau ia menghadapi mereka mengandalkan tangan kosong, biarpun ia tidak takut dan merasa yakin takkan kalah, namun selain agak sukar mengalahkan mereka, juga ia tidak dapat memperlihatkan kelihaian ilmu tongkatnya.

Ia tahu bahwa kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang ini mengandalkan kehebatan ilmu tongkat mereka maka jalan yang paling tepat untuk membuat mereka tunduk betul-betul adalah mengalahkan Ilmu Tongkat Hek-tung-hwat mereka dengan ilmu tongkat pula.

Hong Beng lalu membungkuk dan mengambil sebatang cabang kering yang besarnya hanya selengan orang dan panjangnya dua kaki lebih, kemudian sambil menjura ia berkata,

“Siauwte telah mendengar tentang kehebatan Hek-tung-hwat, dan karena kebetulan sekali siauwte pernah mempelajari sedikit ilmu tongkat yang masih amat rendah, maka siauwte akan merasa gembira dan berterima kasih sekali apabila dapat menambah pengetahuan ilmu tongkat dan menerima sedikit pelajaran ilmu tongkat dari Ngo-wi untuk membuka mata siauwte!”

Hek Liong dan kawan-kawannya saling pandang dengan heran dan tersenyum. Mereka menganggap pemuda ini terlalu lancang dan terlalu berani. Ia telah diberi kesempatan untuk memilih, mengapa memilih hendak mengadu ilmu tongkat? Pemuda ini terang mencari penyakit, pikir mereka. Hek Liong yang berpikiran adil, lalu berkata,

“Sie-enghiong, karena kau hanya memegang sebuah tongkat kayu yang kecil dan lemah, kami merasa malu untuk maju berbareng. Biarlah aku seorang saja yang mencoba dan main-main sebentar dengan ilmu tongkat itu.”

Panaslah hati Hong Beng mendengar ucapan ini. Terang sekali bahwa ia dipandang ringan sekali oleh ketua ini. Maka sambil tersenyum ia berkata manis, akan tetapi mengandung tantangan,

“Pangcu, sudah kudengar tadi bahwa untuk menghadapi ketua dari Hek-tung Kai-pang, orang harus menghadapi kelimanya sekaligus. Oleh karena adanya ketentuan itu, mana siauwte berani melanggarnya? Harap saja Ngo-wi tidak berlaku sungkan-sungkan dan persilakan maju berbareng, karena bukankah siauwte dianggap sebagai tamu yang harus dilayani oleh semua tuan rumah?”

“Hemm, jangan anggap kami keterlaluan, orang muda, kau sendiri yang minta kami maju berbareng!” seru Hek Liong dengan mendongkol.

Nyata sekali bahwa pemuda ini tidak mau menerima kebaikannya. Kepandaian apakah yang diandalkan sehingga anak muda ini berani bersikap sombong? Ia lalu memberi tanda kepada empat orang adiknya dan berbareng mereka mengeluarkan tongkat hitam mereka.

“Awas serangan!” seru Hek Liong dan bagaikan lima ekor ular hitam, tongkat di tangan kelima orang ketua itu lalu menyambar ke arah tubuh Hong Beng dari lima jurusan.

Cepat dan kuat sekali gerakan serangan tongkat-tongkat itu sehingga angin menyambar ke arah Hong Beng dari segala jurusan.

Akan tetapi, dengan memutar cabangnya, sekaligus Hong Beng telah dapat menangkis sehingga tongkat-tongkat hitam itu terpental kembali. Barulah kelima orang ketua yang tadinya memandang rendah itu menjadi terkejut sekali. Mereka merasa betapa dari cabang kecil di tangan pemuda itu yang membentur tongkat-tongkat hitam mereka, seorang demi seorang merasa betapa telapak tangan mereka seperti digurat pisau tajam rasanya!

Setelah dapat menduga bahwa pemuda itu bukanlah orang sembarangan, Hek Liong lalu berseru keras dan ia memutar-mutar tongkat hitamnya sedemikian rupa sehingga lenyaplah tongkat itu, berubah menjadi segulung sinar hitam yang mengerikan dan dahsyat sekali datangnya.

Juga keempat saudaranya tidak mau kalah, mengikuti gerakan kakak mereka ini dan sebentar lagi nampaklah lima gulungan sinar hitam bagaikan lima ekor naga sakti menyerang dan mengurung tubuh Hong Beng!

“Bagus, lihai sekali Hek-tung-hwat!” terdengar pemuda itu berseru, dan belum juga habis ucapannya itu, tiba-tiba lenyaplah tubuhnya, terbungkus oleh sinar putih kehijauan dari tongkat cabangnya yang diputar secara luar biasa sekali!






Semua pengemis anggauta Hek-tung Kai-pang menahan napas dan hampir tidak percaya kepada mata sendiri. Kalau mereka sudah biasa melihat gerakan tongkat-tongkat hitam pangcu mereka, kini mereka melihat gulungan sinar yang lebih hebat lagi. Lebih panjang, lebar dan mendatangkan angin keras sehingga semua pengemis yarig duduk di atas tanah mengelilingi tempat adu kepandaian itu, merasa muka mereka tertiup oleh angin yang dingin sekali!

Pakaian mereka berkibar-kibar dan yang aneh sekali adalah hawa yang keluar dari sinar putih kehijauan itu karena sebentar terasa dingin sekali dan sebentar pula terganti oleh hawa yang panas!

Inilah Ngo-heng-tung-hwat yang mengeluarkan hawa-hawa Im dan Yang, ilmu tongkat warisan dari Pok Pok Sianjin yang dimainkan oleh Hong Beng dengan hebatnya, karena pemuda ini memang hendak menundukkan lima orang ketua Perkumpulan Pengemis Tongkat Hitam yang tadinya memandang rendah kepadanya!

Kalau tadi ketika merasakan tangkisan tongkat ranting di tangan Hong Beng, kelima orang ketua itu merasa terkejut, adalah sekarang mereka tidak saja menjadi kaget, akan tetapi merasa amat terheran-heran!

Seujung rambut pun mereka tak pernah mengira bahwa pemuda itu selihai ini dan tak pernah pula bermimpi bahwa di dunia ini ada ilmu tongkat sehebat ini! Mereka berusaha untuk memperhebat gerakan tongkat mereka, mengurung dan menyerbu bayangan Hong Beng dengan tenaga sepenuhnya, akan tetapi tiap kali tongkat mereka terbentur oleh sinar putih kehijauan itu, tongkat mereka kembali memukul diri sendiri!

Sampai empat puluh jurus lebih Hong Beng hanya mempertahankan dirinya saja, dan tidak membalas sama sekali. Akan tetapi, tetap saja lima orang lawannya tidak berdaya sama sekali dan tidak pernah dapat menyentuhnya dengan senjata mereka.

Setelah Hong Beng merasa puas memperlihatkan kehebatan Ngo-heng-tung-hwat tiba-tiba ia lalu merubah gerakan tongkatnya dan mulai mainkan Pat-kwa-tung-hwat. Lebih hebat lagilah akibatnya! Karena pemuda itu bersilat dengan gerakan kaki atau kedudukan sesuai dengan pat-kwa (segi delapan), maka kelima orang lawannya itu seakan-akan menghadapi delapan orang pemuda!

Bukan mereka berlima yang mengurung, bahkan kini mereka merasa seperti terkurung oleh delapan orang! Mereka terkejut sekali dan gerakan mereka menjadi kacau balau. Nampaknya lawan muda itu berada di depan akan tetapi baru saja mau diserang, dari belakang telah menyambar angin cabang dari pemuda itu, seakan-akan pemuda itu dapat memecah dirinya menjadi delapan orang!

Kini para pengemis yang menonton sudah melupakan peraturan saking kagumnya. Mereka bergerak dan memuji dengan kata-kata keras, bahkan Goat Lan sendiri setelah menyaksikan ilmu tongka tunangannya, menjadi bengong! Ia merasa bangga sekali dan diam-diam ia mengakui bahwa kalau tunangannya itu mau bermain sungguh-sungguh, sepasang tombak bambu runcing sekalipun belum tentu akan dapat mengalahkannya!

“Sie-enghiong, bukalah mata kami dengan seranganmu!”

Hek Liong berkata keras karena tidak pernah melihat serangan pemuda itu. Ia merasa amat penasaran dan hendak melihat bagaimana hebatnya pemuda itu kalau menyerang.

“Maafkan, Pangcu!” terdengar Hong Beng berseru dan tersusullah seruan ini oleh teriakan kelima orang ketua itu dan terdengar suara keras.

Tahu-tahu lima batang tongkat hitam itu terlepas dari pegangan masing-masing dan melayang ke atas! Mereka cepat melompat mundur, dan melihat dengan melongo betapa Hong Beng menggerakkan tongkatnya ke atas, diputar sedemikian rupa sehingga ia dapat mengelilingi kelima batang tongkat hitam itu, “menangkap” lima batang tongkat itu dengan putaran cabangnya sehingga tongkat-tongkat itu terkumpul menjadi satu dan ketika ia mengeluarkan tangan kiri ke depan, lima tongkat hitam itu telah berada dalam pegangannya. Sambil tersenyum dan menjura, ia maju memberikan tongkat-tongkat itu kepada pemiliknya!

Untuk beberapa lama, kelima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu memandang pemuda ini dengan bengong, masih belum dapat mempercayai pengalaman mereka sendiri. Akan tetapi, tiba-tiba Hek Liong lalu menjatuhkan diri berlutut di depan pemuda itu, diikuti oleh keempat orang adiknya! Terdengar sorak-sorai para pengemis dan kelima orang ketua itu memimpin orang-orangnya berseru ramai,

“Hidup pangcu (ketua) yang baru! Hidup Sie-pangcu yang gagah!”

Bukan main kagetnya Hong Beng mendengar ucapan ini dan melihat betapa semua pengemis berlutut mengelilingi dirinya!

“Eh-eh, apa-apaan ini? Kuharap kalian tidak main-main dengan aku!” katanya gagap dengan muka berubah merah, karena ia maklum bahwa ia telah dipilih dan diangkat oleh mereka menjadi pangcu!

Akan tetapi Hek Liong yang berlutut berkata dengan suara penuh permohonan,
“Kami harap Tai-hiap jangan menolak. Dengan sejujurnya kami mengangkat Taihiap menjadi pangcu kami, karena selain Tai-hiap seorang, tidak ada orang di dunia ini yang patut menjadi pemimpin kami! Harap Tai-hiap sudi memperkenalkan diri, siapakah sebetulnya Tai-hiap ini dan murid orang sakti dari mana!”

Hong Beng menjadi serba salah. Melihat ketulusan hati mereka, untuk menolak begitu saja ia tidak tega, akan tetapi kalau diterima, bagaimana ia bisa menjadi pemimpin rombongan pengemis? Ia memandang ke arah tunangannya, dan dengan senyum lebar yang menambah keayuan dan tahu-tahu ia telah melompat kedekat Hong Beng.

“Mereka bersungguh-sungguh, tidak baik menolak maksud jujur dari perkumpulan Hek-tung Kai-pang yang terkenal gagah dan budiman ini!” katanya.

Sorak-sorai gembira menyambut ucapan gadis ini dan Hong Beng merasa seakan-akan tubuhnya terbenam makin dalam lagi. Tidak ada harapan untuk keluar setelah tunangannya sendiri bahkan menghendaki dia menjadi pemimpin pengemis.

“Baiklah, baiklah, harap kalian semua suka bangun berdiri. Hal pertama yang tidak kusukai ialah agar supaya aku jangan terlalu dipuji-puji dan disanjung-sanjung. Aku bukan seorang raja, dan kalau aku mau menerima jabatan ketua, ini hanya terpaksa karena melihat kebaikan perkumpulan ini.”

Semua orang berdiri dengan sikap hormat dan diam, menanti ucapan ketua baru itu selanjutnya.

“Aku maklum bahwa kalian mengharapkan bantuanku untuk menghadapi bahaya yang mungkin datang dari pihak Coa-tung Kai-pang,” kata pemuda yang cerdik ini. “Dan aku menerima pengangkatan ini hanya saja dengan beberapa macam syaratnya.”

“Silakan Pangcu mengemukakan syarat-syarat itu, kami sekalian tentu saja bersedia mematuhinya, karena setiap syarat dan usul pangcu kami, merupakan perintah yang akan kami jalankan dengan taruhan nyawa kami!”

Terharulah hati Hong Beng mendengar ucapan ini. Ia menghela napas panjang dan berkata,

“Tentu kalian harus mengetahui keadaanku. Biarlah aku berterus terang kepada kalian, karena kita adalah orang-orang sendiri, orang-orang sehaluan yang bertujuan memberantas dan membasmi kejahatan! Aku, Sie Hong Beng, adalah putera dari pendekar besar Sie Cin Hai atau Pendekar Bodoh!”

Semua pengemis, terutama sekali Ngo-hengte, menahan napas dan bukan main terkejutnya serta girangnya hati mereka. Kalau tadi mereka berlima masih merasa penasaran karena kalah sedemikian mudahnya oleh pemuda ini, kini rasa penasaran itu lenyap sama sekali. Pantas saja pemuda itu lihai karena tidak tahunya dia adalah putera dari Pendekar Bodoh yang namanya telah menggemparkan kolong langit!

“Suhuku yang mengajar ilmu tongkat adalah Pok Pok Sianjin, tokoh terbesar dari barat!” Kembali semua orang tertegun. “Nona ini tadi telah memperkenalkan diri sebagai murid Sin Kong Tianglo dan Im-yang Giok-cu, akan tetapi tentu kalian belum tahu bahwa dia sebenarnya adalah puteri dari pendekar besar Kwee An di Tiang-an. Dan perlu pula kuberitahukan bahwa dia adalah… tunanganku!”

Merahlah wajah Goat Lan mendengar keterangan ini. Ingin ia mencubit tunangannya itu yang dianggapnya berlebihan telah memperkenalkan dirinya pula.

“Nah, setelah kalian mengenal keadaan kami, sekarang akan kukemukakan syarat-syaratku. Biarpun aku menerima jabatan ketua, namun tidak mungkin bagiku untuk selalu berada di tempat perkumpulan kalian ini. Aku mengangkat kelima Saudara Hek sebagai wakil. Segala sesuatu mengenai perkumpulan kuserahkan kepada mereka berlima untuk mengurus. Dan aku pun tidak mau menurut kebiasaan kalian, tidak mau memakai pakaian sebagai pengemis. Akan tetapi, aku telah menerima jabatan ini, bersumpah hendak membela dan melindungi Hek-tung Kai-pang dan bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang mengancam dan yang mengganggu perkumpulan kita!”

Ramailah sorak-sorai para pengemis mendengar kesanggupan ini. Inilah yang mereka harapkan. Dengan adanya pemuda putera Pendekar Bodoh ini menjadi ketua mereka, mereka tidak takut menghadapi penjahat yang bagaimanapun juga. Juga mereka kini tidak kuatir lagi akan serbuan atau gangguan Coa-tung Kai-pang!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar