Sabtu, 20 Juli 2019

Pendekar Remaja Jilid 047

Juga Toat-beng Lo-mo Wi Kong Siansu menghela napas panjang dengan menyesal.
“Sute, mengapa kau menewaskannya? Permusuhan akan menjadi makin hebat.”

Ban Sai Cinjin tersenyum.
“Suheng, pengemis itu terlalu menghina kita, dan orang jahat dan berbahaya seperti dia sudah sepatutnya dilenyapkan agar kelak tidak menimbulkan kepusingan.”

Kam Seng lalu berlutut di depan Wi Kong Siansu dan berkata,
“Suhu, betapapun juga, Mo-kai Nyo Tiang Le pernah melepas budi kepada teecu, apakah teecu boleh mengubur jenazahnya?”

Tosu itu nampak girang.
“Bagus, Kam Seng. Sikapmu menyenangkan hatiku, karena boleh kuharapkan kesetiaanmu kepadaku kelak. Kau susullah dia, kurasa takkan jauh dari sini kau akan dapat menemukannya.”

Kam Seng lalu melompat keluar dan mengejar ke arah Nyo Tiang Le tadi melompat pergi. Benar saja, di tempat yang tak jauh dari kelenteng itu ia mendapatkan tubuh supeknya itu telah tak bernyawa lagi, rebah di atas tanah dalam keadaan terlentang!

Kedua mata pengemis iblis itu terbuka dan di bawah sinar buIan, mata itu seakan-akan memandangnya dengan penuh penyesalan, mulut yang telah biru itu seakan-akan berbisik,

“Murid durhaka!”

Ia bergidik dan cepat mempergunakan saputangan untuk menutupi muka itu, lalu ia menggali lubang di tanah dekat tempat itu untuk mengubur jenazah supeknya.

Demikianlah, semenjak saat itu, Kam Seng menjadi murid Wi Kong Siansu dan menerima latihan ilmu silat yang tinggi sehingga kepandaiannya maju pesat sekali. Ketika Hok Ti Hwesio, murid Ban Sai Cinjin yang kini telah menjadi seorang hwesio muda yang cakap tiba di kelenteng itu, hwesio muda ini memandang kepada Kam Seng dan berkata,

“Sute, agaknya aku pernah melihat mukamu, entah dimana.”

Kam Seng tersenyum dan menekan debar jantungnya.
“Tak bisa jadi, Suheng. Selama hidupku baru sekali ini aku bertemu dengan kau.”

Karena Kam Seng pandai membawa diri dan amat menghormat kepada semua orang sebagai orang baru, ia amat disuka. Selain Bouw Hun Ti dan Hok Ti Hwesio, Ban Sai Cinjin masih mempunyai seorang murid lain yang usianya baru empat belas tahun, yaitu putera seorang pangeran dari kota raja.

Pangeran itu maklum akan kelihaian Ban Sai Cinjin, maka ia lalu memberikan puteranya untuk dididik oleh kakek lihai ini. Anak muda ini datang dua bulan setelah Kam Seng berada di kelenteng itu dan namanya adalah Ong Tek.

Sebelum berguru kepada Ban Sai Cinjin, Ong Tek pernah mempelajari ilmu silat dari panglima kerajaan, sehingga ilmu silatnya pun sudah lumayang juga. Kam Seng memberi banyak petunjuk kepada sutenya yang dikasihinya ini, sebaliknya Ong Tek juga memberi pelajaran ilmu surat kepada suhengnya ini. Hubungan mereka amat erat karena dengan lain-lain orang yang berada di situ, terutama dengan Hok Ti Hwesio, kedua anak muda ini kurang merasa cocok.

Dengan amat tekun dan rajin, Kam Seng berlatih ilmu silat dari Suhunya yang baru dan tanpa terasa lagi, setahun telah lewat dengan amat cepatnya.

**** 047 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar