Minggu, 28 Juli 2019

Pendekar Remaja Jilid 069

“Curang!” seru pemuda ini dengan marah. “Puluhan orang mengeroyok seorang, sungguh tidak tahu malu!”

Hong Beng lalu menyerbu ke depan. Seorang pengemis tongkat hitam menyambutnya dengan tusukan tongkat pada lambungnya, akan tetapi dengan amat mudah, Hong Beng mengeluarkan tangannya dan sekali membetot, tongkat hitam itu berpindah tangan. Kaki kirinya bergerak menendang dan terlemparlah tubuh pengemis itu sampai tiga tombak lebih dan jatuh sambil berkaok-kaok kesakitan.

Para pengemis menjadi marah dan beberapa orang maju menyerbu Hong Beng. Akan tetapi, mana mereka dapat menandingi Hong Beng yang berkepandaian tinggi? Memang keahlian pemuda ini adalah permainan tongkat, kini ditangannya telah memegang sebatang tongkat yang baik, maka tentu saja ia merupakan seekor naga yang dikeroyok oleh beberapa banyak tikus! Sekali ia menggerakkan tongkatnya, terdengar jerit kesakitan dan tubuh empat orang pengemis terlempar tak dapat bangun lagi karena tangan atau kaki mereka patah-patah!

Tiba-tiba terjadi keanehan. Lo Sian yang sedang dikeroyok dan menghadapi para pengeroyoknya sambil tertawa-tawa gembira, ketika melihat sepak-terjang Hong Bengi menjadi marah sekali.

“Kau berani melukai kawan-kawanku!” teriaknya dan tongkat bambunya dengan cepat sekali menyambar ke arah leher Hong Beng!

Pemuda ini lebih merasa heran daripada terkejut. Mengapa ada orang yang membalas pertolongan dengan serangan demikian berbahaya? Namun dengan tenang ia lalu mengangkat tongkatnya menangkis dan terkejutlah ia ketika merasa betapa tenaga pengemis gila ini benar-benar tidak rendah. Ia lalu mainkan tongkatnya dan kini ia berkelahi dengan hati-hati sekali. Pengemis tongkat bambu ini menyebut para pengeroyoknya sebagai kawan-kawan, apakah dengan demikian bukan berarti bahwa ia telah mencampuri urusan dalam orang-orang golongan lain?

“Orang tua, tahan dulu. Aku tidak bermaksud jahat!” kata Hong Beng, akan tetapi Lo Sian tetap menyerangnya kalang kabut sambil mengeluarkan ilmu tongkat dari Thian-san-pai yang paling lihai.

Para pengemis kini memindahkan kemarahan mereka kepada Hong Beng dan sambil berteriak-teriak mereka lalu maju membantu Lo Sian, mengeroyok Hong Beng. Kini pemuda inilah yang dikeroyok!

Melihat betapa Lo Sian tidak memperdulikannya, dan betapa para pengemis itu mengeroyoknya dengan nekad, Hong Beng merasa mendongkol juga. Akan tetapi ia kini tidak mau melukai pengeroyoknya, cukup mendorong mereka roboh tumpang-tindih saja.

Ketika ia mengerahkan kepandaiannya, tongkat bambu di tangan Lo Sian dapat dipukulnya sehingga remuk dan ia berhasil mendorong Lo Sian sehingga terjungkal dan bergulingan beberapa kali tanpa melukainya. Tiba-tiba Lo Sian menjerit-jerit seperti orang ketakutan.

“Aduh…! Pemakan jantung…! Pemakan jantung…!”

Dan sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan, larilah Lo Sian dengan amat cepatnya bagaikan orang dikejar setan!

Mendengar dan melihat hal ini, para pengemis tongkat hitam menjadi bengong dan memandang ke arah bayangan Lo Sian, untuk sementara lupa kepada Hong Beng yang dikeroyoknya!

Pemuda ini pun menjadi terheran-heran dan ia pun cepat membuang tongkat rampasannya lalu melompat pergi mengejar bayangan Lo Sian yang berlari-lari sambil menjerit-jerit!

Setelah keluar dari kota Ta-liong, Hong Beng akhirnya dapat menyusul Lo Sian yang berlari-lari. Pemuda ini mendahuluinya, lalu membalikkan tubuh dan menghadang di tengah jalan sambil berkata,

“Perlahan dulu, Lopek!” Ia mengangkat tangan memberi isarat agar supaya orang tua itu berhenti. “Siapakah kau dan apakah artinya sikapmu yang aneh ini?”

Lo Sian memandangnya dengan tajam, kemudian tiba-tiba pengemis ini tertawa.
“Ha-ha-ha! Kau manusia berhati kejam! Kau hendak membunuhku? Bunuhlah! Kau kira aku takut mati? Ha-ha-ha!”

Sambil berkata demikian, Lo Sian lalu menggerakkan tangannya dan menyerang dengan gerak tipu Kumbang Jantan Menyambar Bunga. Akan tetapi dengan kedua tangannya digerakkan cepat sekali Hong Beng berhasil menangkap kedua pergelangan tangan Lo Sian.

“Orang tua, mengapa kau mengamuk dan mengapa pula kau berlari-lari seperti ketakutan? Ada apakah? Cobalah kau mengaku terus terang siapa kau dan percayalah bahwa aku yang muda akan berusaha untuk membantumu dan menolongmu dari kesukaran!”






“Siapa aku? Tidak tahu! Tidak tahu!” Lo Sian meronta-ronta kemudian sambil membelalakkan matanya, ia berteriak-teriak lagi, “Pemakan jantung! Pemakan jantung! Hi-hi…, pemakan jantung.” Ketika Hong Beng melepaskannya, ia berlari lagi ke dalam hutan di dekat situ.

Hong Beng merasa terharu sekali. Ternyata olehnya bahwa kakek itu benar-benar gila. Tanpa disadarinya, kedua kakinya bergerak mengejar ke dalam hutan, akan tetapi oleh karena sekarang Lo Sian tidak mengeluarkan teriakan-teriakan lagi, agak sukarlah baginya untuk dapat menyusul pengemis yang telah berlari ke dalam hutan belukar itu.

Tiba-tiba ia mendengar teriakan-teriakan di sebelah belakang dan ketika ia menengok, ia melihat betapa puluhan pengemis tongkat hitam tadipun kini telah mengejarnya! Dengan mendongkol sekali karena hatinya masih merasa amat iba kepada pengemis gila tadi, Hong Beng lalu menghadapi para pengemis itu dan mendahului memaki,

“Orang-orang berhati kejam dan jahat! Kalian ini sudah tahu bahwa pengemis tadi adalah seorang yang tidak waras pikirannya, masih saja kalian mengeroyoknya. Apakah itu dapat disebut perbuatan yang pantas?”

Seorang diantara para pengemis itu, yang bongkok tubuhnya dan yang mewakili kawan-kawannya bicara, memberi hormat dan berkata,

“Orang muda yang gagah! Kau tidak tahu bahwa si gila tadi yang mulai lebih dulu dan mengganggu kami. Kami sekali-kali bukan orang-orang yang berhati jahat dan bersikap pengecut, karena ketahuilah bahwa kami adalah anggota-anggota terpilih dari Hek-tung Kai-pang!”

Hong Beng pernah mendengar nama perkumpulan pengemis ini dari suhunya yang memuji perkumpulan ini sebagai perkumpulan yang berhaluan patriotik dan memusuhi para perampok dan pengacau. Pengemis-pengemis Hek-tung Kai-pang selalu merasa dirinya menjadi pelindung dari rakyat kecil yang miskin. Akan tetapi oleh karena Hong Beng tidak mempunyai urusan dengan perkumpulan ini, ia segera bertanya,

“Kalau begitu, kalian mengejarku ada maksud apakah?”

“Sayang sekali bahwa ketika kelima Pangcu (Ketua) kami tiba, kau telah pergi dan sekarang para Pangcu kami yang tertarik sekali mendengar kepandaianmu bermain tongkat, mengundang kepadamu untuk mengunjungi perkumpulan kami dan mengajakmu berpibu (mengadu kepandaian).”

Berserilah wajah Hong Beng mendengar tantangan ini. Memang, tiap kali mendengar orang pandai, hatinya ingin sekali mencobanya, apalagi kalau dia yang ditantang! Akan tetapi, ia masih tertarik oleh Lo Sian pengemis gila tadi dan hendak mencari serta menyelidikinya, maka ia lalu berkata,

“Baiklah, katakan pada Pangcu-pangcumu bahwa aku Sie Hong Beng menerima baik undangan mereka. Besok pagi-pagi aku akan datang mengunjungi tempat dimana kalian tadi berkumpul.”

Para pengemis itu tertegun ketika mendengar pemuda itu menerima tantangan kelima pangcu mereka, dan sikap mereka berubah menghormat sekali. Si Bongkok tadi menjura dan berkata,

“Orang muda yang gagah! Kami percaya bahwa seorang gagah seperti kau tentu takkan melanggar janji. Hanya harap kau berhati-hati menghadapi Hek-tung-hwat dari kelima orang pangcu kami!” Ia lalu mengajak kawan-kawannya mengundurkan diri. Adapun Hong Beng lalu melanjutkan perjalanannya mencari pengemis gila tadi.

Pada saat itu, di dalam hutan itu terdapat dua orang lainnya yang juga melakukan perjalanan sambil bersendau gurau. Mereka ini adalah Lili dan Goat Lan yang melakukan perjalanan menuju ke Tiang-an. Kedua orang gadis gagah ini pun mendengar teriakan-teriakan para pengemis tadi dan cepat mereka menuju ke tempat itu.

Akan tetapi para pengemis itu telah pergi meninggalkan Hong Beng dan ketika Lili melihat Hong Beng, ia cepat-cepat menarik tangan Goat Lan dan bersembunyi di balik semak belukar.

“Ssst, Goat Lan, jangan sampai terlihat oleh orang itu!” bisiknya perlahan.

Melihat sikap Lili, Goat Lan menjadi terheran dan tertarik sekali. Ia tidak mengenal siapa gerangan pemuda yang gagah dan tampan itu. Tentu saja Lili segera mengenal muka kakaknya, akan tetapi Goat Lan belum pernah bertemu muka dengan Hong Beng semenjak mereka masih kecil.

“Ada apakah, Lili? Mengapa kau agaknya takut kepada pemuda itu? Siapakah dia?”

“Eh, eh, agaknya kau tertarik kepadanya, Goat Lan!” Lili menegur sambil merengut. “Ingat, kau adalah tunangan kakakku.”

“Iih, anak gila!” Goat Lan mencubit lengan Lili, karena tahu bahwa Lili hanya menggodanya saja. “Pantasnya yang tertarik adalah engkau yang belum bertunangan!”

“Mana bisa aku tertarik kepadanya? Dia… dia telah menghinaku Goat Lan, dan sekarang aku minta kepadamu agar sukalah kau membalaskan penghinaan itu!”

Goat Lan terkejut.
“Menghinamu? Dia…?? Mengapa diam saja? Hayo kita menyerbunya dan memberi hajaran kepada orang kurang ajar itu! Penghinaan apakah yang telah ia lakukan kepadamu?”

“Terus terang saja aku pernah bertemu dengan dia dan melihat bahwa dia memiliki kepandaian tinggi, aku lalu mengajaknya pibu, akan tetapi aku… aku kalah dan ditertawakan olehnya! Aku… aku takut dan malu melihatnya, Goat Lan, maka kalau kau mau membelaku, kau keluarlah dan kau jatuhkanlah dia! Akan tetapi jangan kau ceritakan tentang aku karena aku malu. Biarlah aku bersembunyi saja melihat betapa kau mengalahkan dan merobohkannya! Atau… barangkali kau tidak berani dan tidak mau membelaku?”

“Siapa tidak berani? Kau lihat saja. Mari kita kejar dia!”

Demikianlah, kedua orang dara jelita ini menyusup semak-semak belukar mengejar Hong Beng yang berjalan sambil memandang ke sana ke mari, mencari jejak Lo Sian.

Tiba-tiba, pemuda ini terkejut sekali ketika melihat seorang gadis cantik melompat keluar dari semak-semak dan memakinya,

“Pemuda sombong dan kurang ajar, kau berani sekali menghina adikku? Bersiaplah untuk menerima beberapa pukulan pembalasan dariku!”

Sambil berkata demikian, langsung Goat Lan menyerang Hong Beng dengan ilmu silatnya Im-yang-kun-hoat yang lihai!

Hong Beng tercengang melihat kehebatan serangan ini dan tanpa berani berlaku lamban ia cepat mengelak.

“Eh, eh, apakah dunia ini sudah terbalik? Mengapa kau datang-datang menyerangku?” tanyanya terheran-heran, dan juga kagum sekali melihat betapa elok dan cantik manis gadis yang menyerangnya ini.

“Tutup mulut dan bersiaplah kalau kau memang seorang laki-laki yang gagah!” Goat Lan membentak dan menyerang lagi lebih hebat!

Melihat serangan ini, maklumlah Hong Beng bahwa ia berhadapan dengan seorang gadis pendekar yang pandai sekali, maka cepat ia lalu mengelak lagi. Goat Lan melihat gerakan pemuda itu dan diam-diam juga terkejut karena pemuda ini benar-benar memiliki gin-kang yang sempurna.

Ia menyerang terus bertubi-tubi, akan tetapi Hong Beng selalu mengelak dan menangkis. Benturan lengan mereka menyatakan kepada keduanya bahwa tenaga lwee-kang pihak lawan benar-benar tak boleh dibuat gegabah.

“Nanti dulu, Nona, kau siapakah dan mengapa pula kau menyerangku tanpa alasan? Apakah salahku?”

“Tak usah bertanya! Kalau kau memang mempunyai kepandaian, jangan menyombongkan itu di hadapan adikku, akan tetapi lawanlah aku! Ataukah, kau tidak berani karena kau berhati pengecut?”

Ucapan ini benar-benar mengenai hati Hong Beng dan menyentuh perasaan dan wataknya yang tidak mau kalah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar