Kamis, 01 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 071

Baik Hong Beng maupun Giok Lan menjadi terkejut dan heran mendengar seruan ini. Mereka memandang kepada Lili dengan mata mengandung penuh pertanyaan.

“Tentu dia Suhu! Siapa lagi?”

Lili lalu menuturkan tentang Lo Sian, pengemis sakti yang dulu telah menolongnya dari tangan Bouw Hun Ti dan yang kemudian bahkan menjadi suhunya.

“Aku pun hendak mencarinya. Kalau begitu hayo kita kejar dia!”

Tiga orang muda itu lalu melanjutkan perjalanan mengejar Lo Sian yang melarikan diri. Berkat ilmu gin-kang mereka yang sudah sempurna, sebentar saja mereka dapat menyusul Lo Sian yang masih berlari-lari dan berteriak-teriak,

“Pemakan jantung…! Pemakan jantung…!”

“Suhu…!”

Lili berseru memanggil dengan hati terharu sekali. Gadis itu mendahului kedua orang kawannya dan melompat ke hadapan Lo Sian. Wajah Lo Sian yang beringas itu menghadapi Lili dan sepasang matanya yang liar memandang dengan tajam. Dengan hati ngeri Lili melihat betapa mata itu telah menjadi merah mengerikan.

Untuk sesaat Lo Sian berdiri bagaikan patung, dan dengan perlahan ia berkata,
“Kau…? Aku sudah pernah melihatmu… kau…?”

“Suhu, teecu adalah Lili, Sie Hong Li muridmu! Suhu, mengapa Suhu menjadi begini…?” Tak terasa lagi air mata mengalir turun dari sepasang mata Lili yang bagus itu.

Lo Sian tidak dapat mengingat siapa adanya Lili, akan tetapi perasaannya membisikkan kepadanya bahwa gadis ini adalah seorang yang baik kepadanya, maka ia tidak mau menyerang dan kemarahan serta ketakutannya lenyap. Akan tetapi, pada saat itu ia melihat Goat Lan dan Hong Beng yang sudah datang dan memandangnya dengan mata berkasihan. Tiba-tiba orang gila ini menjadi liar lagi dan berteriak-teriak,

“Pemakan jantung! Pemakan jantung!” Lalu ia maju menubruk dan menyerang Hong Beng dan Goat Lan.

Melihat keadaan orang itu, Goat Lan cepat turun tangan dan berhasil menotok dada Lo Sian. Pengemis gila ini roboh dengan tubuh lemas tak berdaya lagi.

“Aku harus merobohkannya dan memeriksanya!” kata Goat Lan singkat dan tanpa menanti pendapat kawan-kawannya ia lalu berjongkok dan memeriksa nadi Lo Sian.

“Keadaan jantungnya baik,” kata Goat Lan sambil memeriksa dada dan detik urat nadi.

Hong Beng memandang dengan kagum kepada tunangannya itu. Ia sendiri sedikit-sedikit mempelajari ilmu pengobatan dari ibunya yang belajar dari ayahnya pula, akan tetapi tentu saja kepandaiannya ini tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan tunangannya yang menjadi murid Yok-ong Sin Kong Tianglo Si Raja Obat.

“Paru-parunya agak lemah,” terdengar Goat Lan berkata pula.

Tanpa berkata sesuatu, gadis ini lalu mengeluarkan bambu kuningnya, dan mempergunakan ujung bambu yang runcing untuk mengerat lengan Lo Sian. Darah beberapa titik keluar dari luka kecil itu. Goat Lam menggunakan jari tangannya untuk mengambil darah ini yang segera diperiksanya dan darah itu ia tempelkan pada ujung lidahnya! Tak lama kemudian ia meludahkan darah itu dan berkata,

“Darahnya mengandung bisa yang aneh!” Ia lalu berpaling kepada Lili dan berkata, “Menurut perhitunganku, kalau kakek ini dulunya tidak gila seperti yang kau katakan, tentu dia telah terkena racun hebat, sehingga racun itu mengotorkan darahnya dan merusak ingatannya. Lili, kalau di dunia ini ada orang yang dapat menolongnya, maka orang itu bukan lain adalah Thian Kek Hwesio yang tinggal di kuil Siauw-lim-si di Kiciu, tak jauh dari sini.”

“Siapakah dia dan apakah dia mau menolongku mengobati Suhu ini?” tanya Lili penuh gairah.

“Kalau aku yang minta, mungkin dia takkan menolak. Dia adalah sahabat baik mendiang Suhu dan dia terkenal sebagai ahli penyakit gila, dan ahli pula mengobati orang terkena racun. Aku pernah diajak oleh Suhu mengunjungi Thian Kek Hwesio. Kita dapat langsung menuju kesana.”

“Sayang sekali aku tak dapat ikut. Baiklah, aku akan menyusul setelah urusanku pibu dengan ketua-ketua dari Hek-tung Kai-pang beres.” kata Hong Beng. “Tidak patut kalau aku melanggar janji, bukan perbuatan yang patut dibanggakan kalau seorang gagah melanggar janjinya.”

Goat Lan mengerutkan kening. Gadis ini pernah mendengar nama Hek-tung Kai-pang dan mendengar pula bahwa kelima kepala dari perkumpulan pengemis ini adalah orang-orang lihai yang telah mewarisi ilmu tongkat Hek-tung-hwat yang lihai. Menurut ibunya, ilmu tongkat Hek-tung-hwat masih secabang dan bahkan berasal dari Ilmu Tongkat Bambu Runcing ciptaan Hok Peng Taisu karena Hek-tung Kai-ong pencipta Ilmu Tongkat Hitam itu pernah mendapat petunjuk-petunjuk dari Hok Peng Taisu. Maka teringat betapa tunangannya akan menghadapi lima orang ketua Hek-tung Kai-pang itu, hatinya menjadi gelisah sekali.

“Kelima ketua dari Hek-tung Kai-pang itu amat lihai ilmu tongkatnya,” kata Goat Lan tanpa berani memandang kepada Hong Beng.

“Aku tidak takut…, Moi-moi,” kata Hong Beng sambil mengerling ke arah Lili.

Akan tetapi, Lili tidak mempunyai nafsu untuk menggoda orang ketika ia melihat keadaan Lo Sian dan ia mendengarkan dengan kesungguhan hati dan penuh perhatian.

“Aku percaya, Koko (Kanda), akan tetapi… karena mereka itu bukan orang-orang jahat, maka tidak baik kalau sampai terjadi bentrok yang menimbulkan permusuhan. Kalau saja Adik Lili mau ikut dengan kau… dan biarlah aku yang mengantarkan Lo-enghiong (Orang Tua Gagah) ini kepada Thian Kek Hwesio…”

“Kurasa tidak perlu, Moi-moi (Dinda). Kalau Lili ikut dengan aku, jangan-jangan aku dianggap takut dan dicap pengecut!”

Tiba-tiba Lili bangun dan berkata,
“Biarlah aku yang mengantarkan Suhu ke Kiciu. Kiciu tidak berapa jauh dari sini dan pula, perjalanan ini tidak berbahaya sama sekali. Enci Lan, kau pergilah bersama Beng-ko, dan seperti yang kau katakan tadi, lebih baik kita jangan menanam bibit permusuhan dengan Hek-tung Kai-pang. Hatiku juga tidak akan merasa tenteram kalau Beng-ko pergi seorang diri saja ke sana. Nah, Enci Lan, coba kau buatkan surat untuk Thian Kek Hwesio agar ia dapat dan mau menolong Suhu.”

Goat Lan segera menggunakan bambu runcingnya untuk mengambil kulit pohon yang lebar, kemudian dengan ujung bambunya ia menuliskan beberapa kata-kata di atas “surat” istimewa ini.

Melihat betapa Goat Lan setuju dengan usul Lili, Hong Beng tidak berani membantah lagi, karena siapakah orangnya yang tidak akan merasa gembira dan bahagia melakukan perjalanan bersama dengan tunangannya, apalagi kalau tunangan itu secantik dan segagah Goat Lan?

Demikianlah, sambil membawa “surat” dari Goat Lan, Lili lalu memulihkan keadaan suhunya dan ternyata Lo Sian menurut saja kepada Lili ketika Lili mengajaknya pergi! Hong Beng dan Goat Lan lalu kembali, menuju ke kota Ta-liong untuk memenuhi janji kepada Hek-tung Kai-pang pada keesokan harinya.

**** 071 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar