Senin, 05 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 083

“Tahan…!” seru Hong Beng dan tubuhnya berkelebat mendahului kedua orang itu.

Ia kini berdiri menghadapi mereka sambil bertolak pinggang dan matanya memandang tajam penuh ancaman.

“Apa maksud kata-katamu tadi? Apa maksudmu berkata bahwa buah takkan jatuh menggelinding dari pohonnya?”

Kim Coa Jin tersenyum mengejek
“Watak anak takkan berbeda jauh dengan bapaknya. Suhuku pernah menceritakan bahwa Pendekar Bodoh adalah seorang yang selalu mencampuri urusan orang lain, seorang yang selalu turun tangan dan bertindak sewenang-wenang mengandalkan kepandaiannya. Dan kau agaknya tidak berbeda jauh dengan ayahmu itu!”

“Siapakah suhumu?” tanya Hong Beng.

“Suhu kami adalah pendiri dari Coa-tung Kai-pang, yang bernama Coa Ong Lojin!”

Sambil berkata demikian Kim Coa Jin memandang tajam karena mengharapkan pemuda itu akan menjadi terkejut mendengar nama suhunya. Akan tetapi ternyata Hong Beng menerima keterangan ini dengan dingin saja, sungguhpun ia pernah mendengar nama orang tua yang sakti itu.

“Pernahkah suhumu bentrok dengan ayahku?”

“Belum, belum pernah. Akan tetapi Suhu telah cukup banyak mendengar dari kawan-kawannya, dan Suhu ingin sekali bertemu dengan ayahmu untuk melihat sampai dimana sih kepandaiannya maka dia dan puteranya sesombong ini!”

Tiba-tiba muka Hong Beng menjadi merah sekali, tanda bahwa ia marah.
“Jahanam berlidah busuk!” makinya sehingga Goat Lan yang sudah berdiri di dekatnya menjadi terkejut, karena tak disangkanya sama sekali bahwa tunangannya yang lemah lembut dan sopan santun ini sekarang begitu marah sampai memaki orang.

“Kau pandai benar memutar balik duduknya perkara! Pantas saja kau menjadi pengurus Perkumpulan Tongkat Ular karena watakmu seperti ular, lidahmu berbisa. Kalian yang datang mengacau di perkumpulan kami akan tetapi kalian yang menuduh kami suka mencampuri urusan orang lain! Memang ayahku suka mencampuri urusan orang lain, urusan orang jahat macam engkau yang suka mengganggu orang, dan hal seperti itu tentu saja ayahku dan aku takkan tinggal diam memeluk tangan!”

Hampir saja Hong Beng mengangkat tangan menjatuhkan pukulan, kalau saja Goat Lan tidak menyentuh pundak sambil memandangnya dengan senyum menghibur. Pemuda ini menjadi marah sekali karena mendengar ayahnya dicela oleh dua orang jahat seperti Kim Coa Jin dan Bhok Coa Jin.

Kedua orang pengemis dari Coa-tung Kai-pang itu lalu pergi dengan muka pucat dan tidak berani menengok lagi. Goat Lan menghibur tunangannya dengan kata-kata yang halus,

“Sudahlah, Koko, untuk apa mencurahkan kemarahan terhadap orang-orang macam itu? Mereka sudah dikalahkan dan tentu mereka sudah merasa kapok.”

“Mudah-mudahan begitu,” jawab Hong Beng. “Akan tetapi aku masih merasa kuatir kalau-kalau mereka akan datang lagi bersama kawan-kawan mereka untuk mengganggu Hek-tung Kai-pang.”

“Kalau begitu, lebih baik kita menanti sampai beberapa hari disini, untuk menjaga keselamatan perkumpulan. Memang sudah menjadi kewajibanmu untuk melindunginya dari serangan orang-orang jahat. Biarlah mereka mendatangkan suhu mereka, aku pun sudah pernah mendengar nama Coa Ong Lojin yang terkenal jahat. Betapapun lihainya, kita pasti akan dapat mengalahkannya.”

Demikianlah, kedua orang muda ini terpaksa menunda keberangkatan mereka dan menjaga di tempat itu bersama para pengurus Hek-tung Kai-pang sampai sepekan lamanya.

Dan ini pulalah sebabnya maka mereka tidak cepat menyusul Lili dan Lo Sian yang pergi ke rumah Thian Kek Hwesio sehingga setelah menanti tiga hari lamanya, Lili menjadi hilang sabar dan mengajak bekas suhunya itu ke Shaning, ke rumah orang tuanya sebagaimana telah dituturkan di bagian depan.

**** 083 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar