*

*

Ads

Kamis, 08 Agustus 2019

Pendekar Remaja Jilid 088

Hong Beng dan Goat Lan setelah menjaga di Istana Pengemis, menanti kalau-kalau pihak Coa-tung Kai-pang datang membikin pembalasan, ternyata tidak terjadi sesuatu. Oleh karena itu, Hong Beng lalu minta diri dari kelima saudara Hek, dan berangkatlah bersama tunangannya menyusul Lili ke kota Kiciu, tempat tinggal Thian Kek Hwesio, ahli pengobatan di kuil Siauw-lim-si itu.

Thian Kek Hwesio menerimanya dengan girang karena memang sudah lama ia kenal dan mengagumi Goat Lan, murid tersayang dari sahabat baiknya, Sin Kong Tianglo. Ia merasa makin gembira ketika mendengar betapa Goat Lan telah berhasil mendapatkan To-hio-giok-ko obat satu-satunya untuk penyakit putera kaisar.

Ketika Goat Lan menyatakan terus terang bahwa ia hendak ke Tiang-an dulu untuk mengambil kitab Thian-te Ban-yo Pit-kip untuk mempelajari cara mempergunakan dua macam obat itu, Thian Kek Hwesio segera berkata,

“Tidak usah, Nona. Tak perlu kau membuang waktu untuk mengambil jalan memutar. Penyakit putera kaisar sudah payah sekali dan kalau kau tidak cepat-cepat pergi ke kota raja dan mengobatinya, mungkin kau akan terlambat dan pengharapan mendiang sahabat baikku akan sia-sia belaka.”

Terkejut Goat Lan ketika ia mendengar ucapan ini.
“Habis bagaimana baiknya, Losuhu? Aku tidak tahu apa macamnya penyakit yang diderita oleh Pangeran Muda itu dan tidak tahu cara bagaimana harus mempergunakan obat yang langka ini.”

“Jangan kuatir, pinceng pernah mendengar keterangan dari sabahat baikku gurumu itu. Baiklah kubentangkan sedikit agar lebih jelas bagimu. Penyakit yang diderita oleh Pangeran Mahkota ini adalah semacam penyakit di dalam usus besar. Menurut gurumu, usus besar itu terluka hebat dan di situ terdapat bisul yang sudah pecah dan menjadi semacam luka yang makin lama makin menghebat. Oleh karena itulah, maka Pangeran Muda itu selalu mengeluarkan kotoran darah dan tubuhnya lemas, perutnya terasa sakit. Kalau kau sudah menghadap Hong-siang (Kaisar) dan Hong-houw (Permaisuri) dan dibawa ke tempat si sakit, kau lebih dulu harus memberinya Giok-ko (Buah Mutiara) sebuah untuk dimakan mentah-mentah.

Giok-ko ini khasiatnya untuk membersihkan darah sehingga daya penolak luka di dalam itu akan menjadi kuat. Kemudian, To-bio (Daun Golok) itu boleh kau rebus dengan air sampai airnya tinggal satu bagian, lalu berikan untuk diminum. Daun ini sarinya manjur sekali untuk mengeringkan lukanya. Setelah tiga hari berturut-turut kau memberi obat To-hio-giok-ko kepada Pangeran, selanjutnya dapat kau lakukan pengobatan dengan obat-obat penguat tubuh, pembersih darah seperti biasa, bahkan amat baik kalau kau mempergunakan juga tiam-hoat (ilmu totok) untuk melancarkan jalan darah!”

Setelah mendapat keterangan demikian, Goat Lan lalu minta diri untuk segera menuju ke kota raja. Kepada Hong Beng ia berkata setelah keluar dari kuil itu.

“Koko, kau mendengar sendiri bahwa aku harus segera ke kota raja untuk mengobati putera Kaisar, demi menjaga dan menjunjung nama baik dan nama kehormatan mendiang Suhu Sin Kong Tianglo. Apakah kau hendak menyusul Lili, ataukah…?”

Goat Lan tak dapat melanjutkan kata-katanya karena sesungguhnya hatinya masih ingin sekali melakukan perjalanan dengan tunangan yang gagah berani dan tampan ini. Tentu saja sebagai seorang gadis yang sopan dan tinggi hati, ia tidak dapat menyatakan suara hatinya.

Seperti halnya Goat Lan, biarpun ia seorang laki-laki namun Hong Beng juga masih sungkan dan malu-malu. Ia pun tidak pandai menyatakan perasaan hatinya melalui bibirnya, maka dengan muka merah ia menjawab,

“Lan-moi, sebetulnya aku pun ingin sekali ke kota raja, dan… dan aku kuatir kalau-kalau para tokoh kang-ouw yang merasa iri hati terhadap mendiang suhumu, akan datang mengganggu dan menghalangimu mengobati putera Kaisar.”

“Aku pun berpikir demikian, Koko. Bukan tak mungkin sekarang telah banyak yang mengincar gerak-gerikku.”

“Biarlah aku mengawanimu sampai selesai tugasmu ini, Moi-moi, tetapi… kalau kau tidak keberatan.”

“Mengapa keberatan?”

Goat Lan memandang kepada tunangannya yang kebetulan juga menatap wajahnya. Dua pasang mata kembali bertemu untuk kesekian kalinya dan keduanya menundukkan muka dengan wajah merah dan bibir tersenyum. Tak perlu lagi kata-kata pada saat seperti itu. Mereka telah saling mendengar seribu satu ucapan yang keluar dari hati masing-masing.






“Hayo kita berangkat!”

Akhirnya Hong Beng memecahkan kesunyian yang menekan dan membuat mereka merasa canggung. Keduanya lalu berlari cepat menuju ke kota raja.

Memang kekuatiran kedua orang muda ini betul-betul terjadi. Di dalam kota raja terdapat komplotan yang siap sedia menghalangi semua usaha mengobati Pangeran yang sedang rebah menderita sakit yang amat berat. Mereka ini dikepalai oleh seorang selir kaisar yang juga mempunyai putera dan yang mengharapkan agar puteranya kelak yang menggantikan kedudukan kaisar apabila pangeran itu meninggal dunia karena sakitnya.

Selir kaisar inilah yang mengharapkan kematian putera Kaisar, dan ia telah mempercayakan semua urusan ini untuk dilaksanakan kepada seorang pembesar tinggi yang menjadi kepala pengawal istana bernama Bu Kwan Ji yang sebenarnya telah lama mempunyai hubungan gelap dengan selir kaisar itu!

Bu Kwan Ji adalah seorang yang pandai ilmu silat, termasuk perwira kelas satu di kota raja, dan mempunyai banyak kawan sepaham terdiri dari para perwira bayangkari yang tinggi ilmu silatnya. Para kawan-kawannya maklum akan keadaan Bu Kwan Ji yang dikasihi oleh Kaisar dan selirnya, dan bahwa Bu Kwan Ji mempunyai banyak harapan bagus di masa depan. Maka tentu saja mereka suka membantu agar kelak ikut pula merasakan kesenangan.

Rombongan pengkhianat ini lalu minta bantuan pula dari tiga orang tabib yang paling terkenal di kota raja. Mereka mengadakan hubungan dan Bu Kwan Ji menjanjikan upah besar dan pembagian keuntungan apabila kelak ia dapat menduduki kursi tinggi.

Memang harta benda dan pangkat dapat memabukkan manusia dan dapat membutakan mata batin manusia. Tiga orang tabib itu bukanlah orang sembarangan, bahkan ilmu silat dan ilmu pengobatan mereka sudah amat terkenal di kalangan kang-ouw.

Yang seorang bernama Ang Lok Cu, seorang pendeta dan pertapa yang terkenal dari Bukit Kun-lun-san. Orang ke dua dan ke tiga adalah dua orang hwesio gundul, kakak beradik seperguruan yang tinggi ilmu silat dan ilmu pengobatan mereka. Mereka ini bernama Cu Tong Hwesio dan Cu Siang Hwesio. Kedua orang hwesio ini dulu pernah belajar ilmu pengobatan dari Thian Kek Hwesio, akan tetapi setelah dapat menduga bahwa dua orang hwesio ini bukanlah orang-orang yang berhati teguh dan suci, Thian Kek Hwesio menghentikan pelajaran mereka. Adapun Ang Lok Cu adalah murid dari seorang tosu perantau yang ahli dalam ilmu pengobatan.

Tadinya, tiga orang pendeta ini datang ke kota raja untuk mencoba kepandaian mereka mengobati putera Kaisar, akan tetapi mereka tidak berhasil. Kemudian mereka mendengar tentang kesanggupan Sin Kong Tianglo, maka mereka menjadi iri hati dan bersama beberapa orang tokoh kang-ouw mereka menjumpai Sin Kong Tianglo dan memperolok-olokannya dan memanaskan hati Sin Kong Tianglo sehingga kakek sakti ini pergi mencari obatnya lalu menjumpai kematian di daerah dingin itu.

Ketika Bu Kwan Ji mendengar tentang kekecewaan dan iri hati dari tiga orang pendeta ini, maka ia lalu datang menghubunginya dan kini ketiga orang pendeta ini menerima tugas untuk mencegah pengobatan untuk putera Kaisar ini.

Melalui selir Kaisar, Bu Kwan Ji berhasil membuat Kaisar mengangkat ketiga orang pendeta itu menjadi tabib-tabib penjaga putera Kaisar, dan mereka inilah yang berhak memeriksa obat-obat yang hendak diminumkan kepada yang sakit.

Dengan demikian, maka bukanlah tugas yang ringan bagi Goat Lan untuk mengobati putera Kaisar itu, karena menghadapi segerombolan serigala kejam tanpa diketahuinya lebih dulu dimana serigala-serigala itu bersembunyi. Baiknya dia dan Hong Beng sudah dapat menduga lebih dulu bahwa tugasnya ini tentu akan mengalami halangan pihak yang memusuhinya.

Halangan pertama dijumpai oleh Goat Lan dan Hong Beng ketika mereka telah datang di kota raja dan hendak menghadap Kaisar. Yang menerima adalah kepala bayangkari yang juga telah menjadi kaki tangan Bu Kwan Ji, maka tidak mudah bagi kedua orang muda ini untuk menghadap Hong-siang (Kaisar). Mereka dibawa masuk ke dalam sebuah kantor besar dimana duduk Bu Kwan Ji yang memeriksa mereka.

“Kalian ini dari manakah dan dari siapakah kalian membawa obat untuk putera Kaisar?” tanya Bu Kwan Ji dengan pandangan mata tajam.

Mendengar pertanyaan yang kasar ini, Goat Lan mengerutkan keningnya. Akan tetapi Hong Beng yang tahu akan kekerasan hati Goat Lan, mewakili tunangannya menjawab,

“Kami mewakili Yok-ong (Raja Obat) Sin Kong Tianglo, membawa obat penyembuh penyakit Pangeran. Harap saja Ciangkun sudi membawa kami menghadap kepada Hong-siang atau langsung membawa kami kepada yang sakit agar supaya pengobatan tidak terlambat.”

“Mudah saja kau bicara hendak mengobati Pangeran!” tiba-tiba Bu Kwan Ji membentak marah. “Aku sudah bosan mendengar ocehan segala macam tukang obat. Sudah ratusan ahli pengobatan yang tua-tua dan berpengalaman tidak berhasil menyembuhkan Beliau, kalian ini orang-orang muda berani sekali membawa obat palsu. Apakah kalian tidak menyayangi jiwa sendiri? Awas, pengobatan yang tidak berhasil akan membuat kalian ditangkap dan menerima hukuman berat!”

Goat Lan menjadi mendongkol sekali dan cahaya berapi telah timbul pada sepasang matanya. Ingin sekali ia maju dan menampar mulut perwira ini, akan tetapi kembali Hong Beng yang menyabarkannya karena pemuda ini telah berkata pula kepada Bu Kwan Ji,

“Maaf, Ciangkun. Kami datang dengan maksud menolong. Dulu Yok-ong telah berjanji hendak menyembuhkan penyakit putera Kaisar, dan kini muridnya ini telah datang membawa obat itu. Berilah kami kesempatan untuk menolong nyawa putera Kaisar yang sakit.”

“Hemm, benarkah kau murid dari Yok-ong Sin Kong Tianglo?” tanya Bu Kwan Ji kepada Goat Lan. “Dan kau sudah mendapatkan obat yang manjur untuk mengobati penyakit putera Kaisar.”

“Benar!” jawab Goat Lan singkat.

“Kalau begitu, kau tinggalkan obat itu kepadaku agar aku dapat memberi perintah kepada tabib-tabib istana untuk meminumkan obat itu kepada Pangeran.”

“Tidak bisa demikian!” Goat Lan berkata gemas. “Obat itu tidak boleh diminumkan oleh orang lain, harus aku sendiri yang mengobatinya.”

“Kalau begitu, pergilah kalian dari sini!” Bu Kwan Ji menggebrak meja.

Mendengar ucapan ini, Goat Lan bangkit berdiri dari tempat duduknya.
“Bagus! Macam apakah perwira seperti kau ini? Kau kira kami takut kepadamu? Kami datang hendak menolong putera Kaisar dan kau sengaja mengusir kami? Kalau kami melaporkan hal ini kepada Hong-siang, aku kuatir kau takkan dapat mempertahankan pangkatmu lagi!”

Bu Kwan Ji memandang tajam dan melihat sikap kedua orang muda yang gagah ini, hatinya menjadi ragu-ragu.

“Pulanglah dan besok kalian boleh datang kembali. Aku harus melaporkan hal ini kepada Kaisar lebih dulu. Aku hanya menjalankan tugas, karena siapa tahu kalau ada yang datang berpura-pura membawa obat akan tetapi sebenarnya hendak meracuni Pangeran!”

Dengan mendongkol Goat Lan dan Hong Beng terpaksa keluar dari situ, karena mereka mau tak mau harus membenarkan pula ucapan ini. Memang Bu Kwan Ji orangnya cerdik sekali. Melihat keadaan kedua orang muda itu dan mendengar bahwa nona itu adalah murid Sin Kong Tianglo yang sakti, ia tidak berani berlaku sembrono. Ia menyuruh kedua orang muda itu pulang dulu untuk mencari kesempatan mengatur siasat.

Ketika Goat Lan dan Hong Beng keluar dari situ, mereka melihat tiga orang perwira menyusul mereka dan berjalan mengikuti mereka.

“Kalian mau apa?” Goat Lan membentak marah.

“Oleh karena Ji-wi hendak mengobati putera Kaisar, maka kami disuruh mengikuti Ji-wi dan mencari tahu dimana Jiwi bermalam, agar mudah memanggil apabila ada perintah dari Kaisar untuk memanggil Ji-wi menghadap,” jawab seorang perwira itu.

Hong Beng dan Goat Lan tak dapat membantah dan setelah mereka mendapat kamar dalam sebuah hotel, ketiga orang perwira itu pergi meninggalkan mereka.

“Malam ini kita harus berhati-hati,” kata Hong Beng kepada Goat Lan. “Siapa tahu kalau-kalau ada penjahat datang mengganggu. Ayah seringkali bercerita tentang penjahat-penjahat yang pandai di kota raja.”

Goat Lan mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya setelah makan malam. Hong Beng juga duduk di dalam kamarnya, duduk bersila di atas ranjang, tidak mau tidur, dan hanya beristirahat sambil bersamadhi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar