Rumah Pendekar Bodoh dihias indah. Tidak heran karena pada hari itu dilangsungkan pernikahan dua orang anak mereka, Hong Beng dengan Goat Lan dan Hong Li dengan Lie Siong!
Tamu-tamu telah memenuhi ruangan dan diantara mereka terdapat pula tokoh-tokoh persilatan baik kawan maupun bekas lawan seperti Hailun Thai-lek Sam-kui dan lain-lain!
Pasangan Hong Beng dan Goat Lan diperkenalkan kepada tamu-tamu lebih dulu dan setelah mendapat sambutan dan pemberian selamat, mereka lalu mengundurkan diri, diganti oleh pasangan Lie Siong dan Hong Li.
Akan tetapi, ketika sepasang pengantin ini sedang menerima penghormatan dan ucapan selamat dari para tamu, tiba-tiba seorang tinggi besar bangkit berdiri dari bangkunya dan dengan suara keras berkata,
“Cu-wi, sekalian! Sebagai sama-sama orang kang-ouw, biarlah pada saat ini aku menyampaikan perasaan tidak enak hatiku kepada sepasang pengantin dan juga tuan rumah!”
Semua orang memandang dan ternyata yang bicara itu adalah Kam Wi, tokoh Kun-lun-pai, paman dari Panglima Kam Liong!
“Sebelum Nona Sie dipinang orang lain, aku telah meminangnya lebih dulu untuk putera keponakanku, Kam Liong. Biarpun belum resmi, pihak keluarga Sie sudah menyatakan cocok, bahkan keponakanku sudah mengadakan perjalanan bersama dengan Nona Sie. Akan tetapi siapa kira, hari ini aku melihat Nona Sie menjadi isteri Lie Siong yang sesungguhnya telah menjadi suami dari seorang gadis Haimi bernama Lilani!”
Terdengar teriakan nyaring dan pengantin wanita, yaitu Lili, merenggut hiasan kepala yang menutupi mukanya dan membanting hiasan itu hingga terdengar suara keras.
“Bangsat tua, apakah kau sengaja datang untuk mengantar nyawa?” teriaknya dan ia hendak menyerang Kam Wi yang telah tertawa bergelak-gelak.
Akan tetapi Lie Siong memegang tangannya dan berbisik,
“Sudahlah, Li-moi, dia itu orang mabuk!”
Mendengar cegahan ini, Lili makin gemas, merenggutkan tangannya dan berkata,
“Orang lemah, lebih baik kau kembali kepada Lilani!”
Setelah berkata demikian, dengan isak di tenggorokan ia lalu melompat keluar dari rumah dan melarikan diri!
Lie Siong menjadi bingung, membanting topi pengantinnya lalu menyusul dan mengejar Lili yang berlari seperti terbang cepatnya! Gegerlah keadaan di situ dan Kam Wi yang masih tertawa-tawa itu ditarik tangannya oleh Tiong Kun Tojin yang mintakan maaf kepada Pendekar Bodoh untuk sutenya yang kasar.
Lili berlari terus, dan ketika ia tahu bahwa Lie Siong mengejarnya, ia berlari makin cepat. Berhari-hari mereka kejar mengejar dan akhirnya Lili tiba di dekat sumur rahasia tempat tinggal nenek aneh yang menjadi gurunya. Ia lalu terjun ke dalam sumur itu. Lie Siong terkejut sekali, akan tetapi pemuda ini pun ikut pula terjun ke dalam sumur.
Di dalam kamar di gua yang aneh itu, Lili dan Lie Siong melihat nenek yang gagu itu tengah duduk bersila dan di pangkuannya terbaring kepala seorang kakek. Alangkah terkejut hati Lie Siong ketika melihat bahwa kakek itu adalah… gurunya yang mengajarnya bermain gundu!
Nenek itu keadaannya sudah amat lemah, kurus kering dan pucat, adapun kakek itu ternyata telah menjadi mayat! Mendengar gerakan Lili dan Lie Siong, nenek yang lihai itu membuka matanya.
“Suthai, kau kenapakah…?”
Lili bertanya sambil berlutut. Nenek itu mencoret-coret di atas tanah. Lili dan Lie Siong lalu membaca tulisan-tulisan itu yang ternyata menceritakan riwayat nenek itu bersama kakek yang kini dipangkunya dan yang telah mati.
Ternyata keduanya mempunyai riwayat yang ada hubungan dekat dengan penghidupan Bu Pun Su, guru dari Pendekar Bodoh! Setelah selesai menuturkan riwayatnya dengan tulisan, nenek itu tidak kuat lagi dan ketika kedua orang muda itu memandang, ternyata bahwa nenek itupun telah menghembuskan napas terakhir!
Dengan penuh khitmat, Lie Siong dan Lili lalu meninggalkan gua itu, menutupnya dengan batu besar, kemudian keluar dari sumur itu lalu menimbuni sumur itu dengan pepohonan sehingga tempat itu merupakan sebuah makam yang luar biasa. Kemudian mereka berjalan sambil bergandengan tangan.
“Li-moi, aku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Tergantung dari keputusanmu sekarang, hanya inilah tanda bahwa semenjak dulu aku mencintamu.” Lie Siong mengeluarkan sepatu yang dulu dirampasnya dari saku bajunya.
Lili menerima sepatu itu dengan terharu. Setelah membaca riwayat nenek yang menjadi gurunya itu, lenyaplah marah dan cemburunya terhadap Lie Siong.
“Hemm, kalian ini laki-laki di seluruh dunia sama saja!” katanya cemberut akan tetapi kerling matanya membesarkan hati Lie Siong. “Kalau Sucouw Bu Pun Su sendiri sampai terjerumus, biarlah aku maafkan kau yang satu kali masuk dalam perangkap nafsu. Akan tetapi, awas, jangan sampai terulang lagi!”
Lie Siong memegang tangan Lili dengan penuh kasih sayang.
“Takkan terulang lagi sampai aku mati, Li-moi. Pula, harap kau ingat bahwa peristiwa antara aku dengan Lilani itu terjadi sebelum aku berjumpa dengan kau! Semenjak aku bertemu dengan kau… isteriku, jangankan Lilani, biar ada bidadari dari kahyangan menggodaku, hatiku takkan tergoncang!”
Lili mencibirkan bibirnya dan merenggutkan tangannya.
“Cih, mulut laki-laki memang manis, pandai membujuk merayu. Siapa dapat percaya?”
Setelah berkata demikian ia lalu melarikan diri, dikejar oleh Lie Siong! Akan tetapi mereka kini berkejar-kejaran sambil tertawa-tawa dan juga mereka mengarahkan tujuan kembali ke Shaning dimana menanti semua keluarga dengan hati gelisah!
Bagaimanakah riwayat nenek dan kakek guru-guru yang aneh dari Lili dan Lie Siong itu? Mengapa riwayat mereka sampai mengharukan Lili dan membuat gadis ini dapat memaafkan kesalahan Lie Siong yang sudah melakukan kesalahan tindak sebelum bertemu dengan dia?
Untuk mengetahui ini, dipersilakan untuk membaca cerita PENDEKAR SAKTI (Bu Pun Su Lu Kwan Cu), dimana akan muncul tokoh-tokoh besar seperti Bu Pun Su, Hok Peng Taiyu, Swi Kiat Siansu, Pok Pok Sianjin, di waktu tokoh-tokoh ini masih muda!
Bacalah riwayat Bu Pun Su di waktu kanak-kanak sampai menjadi seorang pendekar muda yang sakti dan luar biasa! Dikarang khusus untuk para pembaca Pendekar Bodoh dan Pendekar Remaja oleh Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
Tamu-tamu telah memenuhi ruangan dan diantara mereka terdapat pula tokoh-tokoh persilatan baik kawan maupun bekas lawan seperti Hailun Thai-lek Sam-kui dan lain-lain!
Pasangan Hong Beng dan Goat Lan diperkenalkan kepada tamu-tamu lebih dulu dan setelah mendapat sambutan dan pemberian selamat, mereka lalu mengundurkan diri, diganti oleh pasangan Lie Siong dan Hong Li.
Akan tetapi, ketika sepasang pengantin ini sedang menerima penghormatan dan ucapan selamat dari para tamu, tiba-tiba seorang tinggi besar bangkit berdiri dari bangkunya dan dengan suara keras berkata,
“Cu-wi, sekalian! Sebagai sama-sama orang kang-ouw, biarlah pada saat ini aku menyampaikan perasaan tidak enak hatiku kepada sepasang pengantin dan juga tuan rumah!”
Semua orang memandang dan ternyata yang bicara itu adalah Kam Wi, tokoh Kun-lun-pai, paman dari Panglima Kam Liong!
“Sebelum Nona Sie dipinang orang lain, aku telah meminangnya lebih dulu untuk putera keponakanku, Kam Liong. Biarpun belum resmi, pihak keluarga Sie sudah menyatakan cocok, bahkan keponakanku sudah mengadakan perjalanan bersama dengan Nona Sie. Akan tetapi siapa kira, hari ini aku melihat Nona Sie menjadi isteri Lie Siong yang sesungguhnya telah menjadi suami dari seorang gadis Haimi bernama Lilani!”
Terdengar teriakan nyaring dan pengantin wanita, yaitu Lili, merenggut hiasan kepala yang menutupi mukanya dan membanting hiasan itu hingga terdengar suara keras.
“Bangsat tua, apakah kau sengaja datang untuk mengantar nyawa?” teriaknya dan ia hendak menyerang Kam Wi yang telah tertawa bergelak-gelak.
Akan tetapi Lie Siong memegang tangannya dan berbisik,
“Sudahlah, Li-moi, dia itu orang mabuk!”
Mendengar cegahan ini, Lili makin gemas, merenggutkan tangannya dan berkata,
“Orang lemah, lebih baik kau kembali kepada Lilani!”
Setelah berkata demikian, dengan isak di tenggorokan ia lalu melompat keluar dari rumah dan melarikan diri!
Lie Siong menjadi bingung, membanting topi pengantinnya lalu menyusul dan mengejar Lili yang berlari seperti terbang cepatnya! Gegerlah keadaan di situ dan Kam Wi yang masih tertawa-tawa itu ditarik tangannya oleh Tiong Kun Tojin yang mintakan maaf kepada Pendekar Bodoh untuk sutenya yang kasar.
Lili berlari terus, dan ketika ia tahu bahwa Lie Siong mengejarnya, ia berlari makin cepat. Berhari-hari mereka kejar mengejar dan akhirnya Lili tiba di dekat sumur rahasia tempat tinggal nenek aneh yang menjadi gurunya. Ia lalu terjun ke dalam sumur itu. Lie Siong terkejut sekali, akan tetapi pemuda ini pun ikut pula terjun ke dalam sumur.
Di dalam kamar di gua yang aneh itu, Lili dan Lie Siong melihat nenek yang gagu itu tengah duduk bersila dan di pangkuannya terbaring kepala seorang kakek. Alangkah terkejut hati Lie Siong ketika melihat bahwa kakek itu adalah… gurunya yang mengajarnya bermain gundu!
Nenek itu keadaannya sudah amat lemah, kurus kering dan pucat, adapun kakek itu ternyata telah menjadi mayat! Mendengar gerakan Lili dan Lie Siong, nenek yang lihai itu membuka matanya.
“Suthai, kau kenapakah…?”
Lili bertanya sambil berlutut. Nenek itu mencoret-coret di atas tanah. Lili dan Lie Siong lalu membaca tulisan-tulisan itu yang ternyata menceritakan riwayat nenek itu bersama kakek yang kini dipangkunya dan yang telah mati.
Ternyata keduanya mempunyai riwayat yang ada hubungan dekat dengan penghidupan Bu Pun Su, guru dari Pendekar Bodoh! Setelah selesai menuturkan riwayatnya dengan tulisan, nenek itu tidak kuat lagi dan ketika kedua orang muda itu memandang, ternyata bahwa nenek itupun telah menghembuskan napas terakhir!
Dengan penuh khitmat, Lie Siong dan Lili lalu meninggalkan gua itu, menutupnya dengan batu besar, kemudian keluar dari sumur itu lalu menimbuni sumur itu dengan pepohonan sehingga tempat itu merupakan sebuah makam yang luar biasa. Kemudian mereka berjalan sambil bergandengan tangan.
“Li-moi, aku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Tergantung dari keputusanmu sekarang, hanya inilah tanda bahwa semenjak dulu aku mencintamu.” Lie Siong mengeluarkan sepatu yang dulu dirampasnya dari saku bajunya.
Lili menerima sepatu itu dengan terharu. Setelah membaca riwayat nenek yang menjadi gurunya itu, lenyaplah marah dan cemburunya terhadap Lie Siong.
“Hemm, kalian ini laki-laki di seluruh dunia sama saja!” katanya cemberut akan tetapi kerling matanya membesarkan hati Lie Siong. “Kalau Sucouw Bu Pun Su sendiri sampai terjerumus, biarlah aku maafkan kau yang satu kali masuk dalam perangkap nafsu. Akan tetapi, awas, jangan sampai terulang lagi!”
Lie Siong memegang tangan Lili dengan penuh kasih sayang.
“Takkan terulang lagi sampai aku mati, Li-moi. Pula, harap kau ingat bahwa peristiwa antara aku dengan Lilani itu terjadi sebelum aku berjumpa dengan kau! Semenjak aku bertemu dengan kau… isteriku, jangankan Lilani, biar ada bidadari dari kahyangan menggodaku, hatiku takkan tergoncang!”
Lili mencibirkan bibirnya dan merenggutkan tangannya.
“Cih, mulut laki-laki memang manis, pandai membujuk merayu. Siapa dapat percaya?”
Setelah berkata demikian ia lalu melarikan diri, dikejar oleh Lie Siong! Akan tetapi mereka kini berkejar-kejaran sambil tertawa-tawa dan juga mereka mengarahkan tujuan kembali ke Shaning dimana menanti semua keluarga dengan hati gelisah!
Bagaimanakah riwayat nenek dan kakek guru-guru yang aneh dari Lili dan Lie Siong itu? Mengapa riwayat mereka sampai mengharukan Lili dan membuat gadis ini dapat memaafkan kesalahan Lie Siong yang sudah melakukan kesalahan tindak sebelum bertemu dengan dia?
Untuk mengetahui ini, dipersilakan untuk membaca cerita PENDEKAR SAKTI (Bu Pun Su Lu Kwan Cu), dimana akan muncul tokoh-tokoh besar seperti Bu Pun Su, Hok Peng Taiyu, Swi Kiat Siansu, Pok Pok Sianjin, di waktu tokoh-tokoh ini masih muda!
Bacalah riwayat Bu Pun Su di waktu kanak-kanak sampai menjadi seorang pendekar muda yang sakti dan luar biasa! Dikarang khusus untuk para pembaca Pendekar Bodoh dan Pendekar Remaja oleh Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar